MUDA BERKARYA
MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR
Untuk memahami selisih pilihan politik antara
yang setuju dan tidak setuju untuk memilih Aburizal
Bakrie, kita bisa meminjam penjelasan Denemark
(2002)6 yang menyatakan bahwa pada kondisi tertentu,
efek media televisi juga mengakibatkan suara yang
mengambang atau kemunculan “swing voters” baru di
kalangan pemilih tersebut. Hal itu, diakibatkan adanya
pertentangan batin di dalam diri pemilih tentang pilihan
partai atau kandidat yang tidak sesuai dengan gambaran
kondisi ideal dari apa yang diinginkan oleh pemilih.
Lebih lanjut Denemark (2002) menyatakan bahwa yang
paling penting dari tayangan iklan politik di televisi
adalah bagaimana televisi tersebut menjadi kendaraan
untuk mengangkat tingkat keterpilihan atau elektabilitas
Aburizal Bakrie.
Iklan politik Aburizal Bakrie yang memberikan
pengaruh tingkat keterpilihan 30% pada segmen pemilih
pemula perlu dimaknai juga sebagai bentuk evaluasi
tentang positioning pemilih dalam menentukan pilihan
politiknya kepada Aburizal Bakrie. Ada kecenderungan
bagaimana 22% responden lain yang tidak setuju
menentukan pilihan politiknya kepada Aburizal Bakrie
karena belum terbentuknya positioning iklan
Aburizal Bakrie untuk segment pemilih
pemula khususnya di Kota Yogyakarta.
Seperti dijelaskan sebelumnya, positioning
yang jelas tentang image politik akan
memudahkan
masyarakat
khususnya
pemilih pemula dalam memilih partai politik
atau kandidat yang sesuai berdasarkan
ideologi dan program kerja yang ditawarkan.
Belum terbentuknya positioning suatu
kandidat untuk membentuk image politik
yang kuat dalam benak masyarakat
berarti menyulitkan masyarakat untuk
mengidentifikasi