Suara Golkar edisi November 2013 | Page 58

MUDA BERKARYA MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR Untuk memahami selisih pilihan politik antara yang setuju dan tidak setuju untuk memilih Aburizal Bakrie, kita bisa meminjam penjelasan Denemark (2002)6 yang menyatakan bahwa pada kondisi tertentu, efek media televisi juga mengakibatkan suara yang mengambang atau kemunculan “swing voters” baru di kalangan pemilih tersebut. Hal itu, diakibatkan adanya pertentangan batin di dalam diri pemilih tentang pilihan partai atau kandidat yang tidak sesuai dengan gambaran kondisi ideal dari apa yang diinginkan oleh pemilih. Lebih lanjut Denemark (2002) menyatakan bahwa yang paling penting dari tayangan iklan politik di televisi adalah bagaimana televisi tersebut menjadi kendaraan untuk mengangkat tingkat keterpilihan atau elektabilitas Aburizal Bakrie. Iklan politik Aburizal Bakrie yang memberikan pengaruh tingkat keterpilihan 30% pada segmen pemilih pemula perlu dimaknai juga sebagai bentuk evaluasi tentang positioning pemilih dalam menentukan pilihan politiknya kepada Aburizal Bakrie. Ada kecenderungan bagaimana 22% responden lain yang tidak setuju menentukan pilihan politiknya kepada Aburizal Bakrie karena belum terbentuknya positioning iklan Aburizal Bakrie untuk segment pemilih pemula khususnya di Kota Yogyakarta. Seperti dijelaskan sebelumnya, positioning yang jelas tentang image politik akan memudahkan masyarakat khususnya pemilih pemula dalam memilih partai politik atau kandidat yang sesuai berdasarkan ideologi dan program kerja yang ditawarkan. Belum terbentuknya positioning suatu kandidat untuk membentuk image politik yang kuat dalam benak masyarakat berarti menyulitkan masyarakat untuk mengidentifikasi