Suara Golkar edisi November 2013 | Page 52

MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR Aburizal Bakrie (ARB); Kader Terbaik Partai Golkar untuk Menangkan Pilpres 2014 Jika pemilu diadakan hari ini, kemudian kita gunakan gabungan unsur eligibilitas dan elektabiltas setiap Capres (berdasar survei-survei paling mutakhir) sebagai dasar untuk memprediksi siapa pemenangnya, maka yang akan terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia adalah Aburizal Bakrie (ARB). ke-3 dengan dipilih oleh 10.5% responden. Sementara Jusuf Kalla muncul di urutan ke-8, sama dengan kandidat tertinggi peserta konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan, yang dipilih oleh 1.1% responden. Ini berarti, baik secara internal Partai Golkar maupun ketika disandingkan dengan kandidat dari partai lain secara terbuka, ARB tetap masih merupakan Kader terbaik Partai Golkar untuk diusung sebagai Capres di Peilpres 2014 nanti. “Bapak Bangsa” dengan latar kepahlawanan. Fakta ini juga mengonfirmasi sebuah riset bertajuk “Negara Baru” dari Harvard University yang menyimpulkan bahwa 60 tahun pertama sebuah Negara (dihitung sejak hari kemerdekaannya) akan dipimpin oleh para warrior (pejuang). Namun setelah lewat masa tersebut, akan muncul sebuah era yang disebut dalam riset tersebut sebagai the age of intrepreneur. Point penting kedua adalah, cukup menarik ketika ARB diasosiasikan sebagai dekat dengan rakyat. Fakta ini mengkonfirmasi bahwa kegiatankegiatan Roadshow yang sudah dua tahun berjalan, disusul penayangan iklan selama hampir setahun belakang ini, meski belum sangat massif, cukup berhasil dalam membranding ARB. Eligibilitas ARB berarti, sebagai Capres, Aburizal Bakrie didukung oleh partai atau gabungan partai yang potensial mendapatkan angka 20% dari kursi parlement. Dan kita tahu, Partai Golkar diprediksi oleh hampir semua lembaga survei independen bakal memenangi pemilu 2014 dengan perolehan suara, minimal 20%. Artinya, masalah eligibilitas tidak lagi menjadi persoalan bagi Capres Aburizal bakrie. Bagaimana dengan Elektabilitas ARB? Sebagai partai politik paling mapan di Indonesia, Partai Golkar memang memiliki banyak kader yang potensial untuk diusung sebagai Capres. Namun dari semua kader yang dimiliki Partai Golkar, ARB tetap masih yang paling unggul. Data hasil survei Indo Barometer sangat gamblang mengkonfirmasi hal tersebut. Dengan simulasi pertanyaan “Seandainya Pemilu Edisi No.1 November 2013 Presiden dilakukan hari ini, dari 3 nama (Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, M. Jusuf Kalla) ini, mana yang akan Anda pilih?” Jawabannya adalah 30 % responden memilih Aburizal Bakrie, 13.8% memilih M. Jusuf Kalla, dan 3% memilih Akbar Tandjung. Perlu diberi catatan, bahwa meski dalam simulasi ini nama Capres yang diajukan semuanya kader Golkar, tetapi populasi survei adalah seluruh pemilih secara nasional, bukan survei terhadap internal pendukung Golkar. Artinya 30% responden yang memilih ARB adalah 30% dari suara nasional, bukan 30% dari pendukung golkar. Demikian pula ketika diajukan pertanyaan terbuka, dimana kepada responden tidak disodorkan pilihan nama, dari kalangan kader Golkar muncul dua nama. Aburizal Bakrie tetap masih unggul, menempati urutan 52 Alasan yang paling kuat dan banyak diungkap publik yang memilih Aburizal Bakrie, secara berurutan, adalah karena ARB pengusaha, dekat dengan rakyat, memiliki kinerja bagus, pintar/intelektual, berwibawa, orang partai, tegas, berpengalaman, berjiwa sosial dan baik. Yang menarik dari data ini adalah, alasan dekat dengan rakyat (15.9%) menempati urutan kedua dengan jarak tipis dari alasan nomor satu; karena ARB pengusaha (19.0%). Dua point penting dapat ditarik dari fakta ini. Pertama, kalau ARB didukung dengan alasan ia seorang pengusaha itu tidak aneh karena selama ini, Aburizal Bakrie memang lebih dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. Meski demikian fakta ini sedikit banyak menunjukkan adanya kesadaran baru pada ranah kognitif masyarakat Indonesia, bahwa dalam perjalanan ke depan, pemimpin profesional dengan latar belakang kewirausahaan (yang berarti lebih dekat dengan kesejahteraan, kemajuan dan keterbukaan) akan lebih dibutuhkan dibanding pemimpin yang menyimbolkan Edisi No.1 November 2013 53 *******