seputar rapimnas
MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR
adalah peran dari LSM. Kalau nanti ada caleg yang sudah bikin
iklan dimana-mana dan ternyata tidak sesuai dengan yang dicatat
ini, akan menjadi protes-protes, dimana posisi ketika nanti sudah
pemenangan pemilu tapi ada temuan seperti itu nantinya bisa
diolah, namanya juga politik. Bisa diolah oleh lawan politik, dan
merugikan partai.
Tidak mudah mensinergikan laporan keuangan caleg dengan
partai, harus punya sistem. Apakah sekarang caleg-caleg ini
mencatat laporan keuangannya? Saya rasa tidak. Takut ketahuan
juga. Bila itu dimasukkan sebagai sumber pemasukan dari
perusahaan, ada batasnya, bila dimasukkan sebagai pemasukkan
dari perorangan akan dikejar pajak. Ini serius. Menurut pengalaman
saya, ini harus di-share dalam Rapimnas, dan bersikap hati-hati.
Konsolidasi penting, untuk mengatasi hal tersebut. Di Jateng,
survei membuktikan Maret lalu posisi Golkar cukup bagus, posisi
kedua setelah PDIP. Karena Jateng ini basis banteng. Di Jateng ini
gubernurnya PDIP, meskipun bupati-bupati dari Golkar menang di
beberapa daerah tapi pemenangan pilkada tidak bisa berbanding
lurus dengan pileg.
Money politics juga harus diberikan catatan khusus. Siapapun
yang melanggar akan ditindak oleh KPU, diskualifikasi terhadap
caleg tersebut. Di sisi satunya, masyarakat yang telah jadi
pragmatis tadi, di sisi lain aturan KPU ketat. Nah bagaimana cara
memadukan dua kepentingan ini antara aturan dan kepentingan.
Sekarang ini yang paling bahaya adalah persaingan internal
antar caleg, istilahnya jeruk makan jeruk. Paling bahaya karena,
tidak hanya caleg bersama caleg tapi ada ketua DPD. Ketua DPD
yang berpihak pada caleg tertentu, sehingga caleg lain tidak
diberi kesempatan. Karena caleg yang didukung DPD mungkin
mengedepankan masalah uang, nah ini bahaya sekali. Kalau ini
terjadi maka, kader – kader potensial yang di partai ini tidak akan
mendapat tempat.
Kader – kader muda yang belum mempunyai kemapanan
secara finansial tapi punya kecerdasan dan pengabdian yang tinggi
terhadap partai dimana tempatnya? Sistem kita ini benar-benar
membelenggu kader yang punya ideologi dan sistem yang bagus.
Ada beberapa aturan, yakni UU No 8/2012 tentang pemilu,
peraturan KPU No 13/2013, Peraturan KPU No 15/ 2013
pelaksanaan kampanye, ada Peraturan KPU No 11/2013 tentang
tahapan pemilu legislatif. Juga termasuk soal atribut, mana yang
dilarang mana yang boleh. Ini harus dipahami dan dijalankan.
Karena semua ini ada wasitnya, ada jurinya. Dimana wasitnya
bukan hanya lembaga formal, tapi juga ada LSM LSM.
Sekarang ini kecenderungannya, terjadi semacam emosional
dari masyarakat, yang juga didukung dari LSM tadi yang memang
sedikit antipati terhadap partai poliik yang telah eksis di DPR.
Sebabnya adalah korupsi. Padahal tidak semuanya korupsi.
Mungkin dari 560 hanya beberapa yang korupsi, tapi imejnya
sudah sedemikian rupa. Bila caleg-caleg ini tidak mengerti dan
tidak memahami, cara menjawab kepada masyarakat ini bisa
menimbulkan konflik dan perang mulut, bisa bisa perang fisik.
Beberapa waktu lalu di Jateng saya menghadapi LSM yang
begitu apriori. Saya ajak bicara, akhirnya ketemu titik temunya.
Mereka tidak semua salah dan tidak semua benar, tentang
pemahaman kepada DPR, Pemerintah, semua menjalankan
aktifitas politik, bernegara dengan aturan undang – undang yang
dibuat oleh teman- teman yang sebelumnya sehingga kita hanya
melaksanakan. Tapi mereka kan gak mau tahu pokoknya tahunya
Edisi No.1 November 2013
MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR
hari ini. Misalnya mengenai masalah pensiunan, kalau tidak
dikuasai betul dan caleg tidak bisa menjelaskan, wallahualam.
Khusus di wilayah koordinasi Bapak, seperti kesolidannya
saat ini?
Saya rasa hampir sama di seluruh tingkat nasional ini. Untuk
membulatkan visi itu susah karena ego daripada pimpinan DPD,
ego dari caleg kan luar biasa. Apalagi kalau ada keterikatan
bukan hanya moral, tapi juga finansial ini ketua DPD akan sulit
melepaskan.
Jadi, secara umum sudah siap ya untuk memenangkan Pemilu
2014?
Secara individual, terutama dari fraksi memang sudah siap,
tapi yang sekarang ini kan, nasionalnya. Ada ketidaksukaan, entah
karena apa, sehingga DPD memberikan hambatan hambatan, ini
bahaya. Kalau bicara soliditas, ya saya bicara jujur belum 100%
seperti yang kita harapkan. Saya harus bicara jujur, saya gak suka
kalau depannya bicara baik, tapi nantinya ada apa-apa. Dalam
pencapaian target kita juga rasional. Saya juga sampaikan pada
Ketua Umum, bahwa Jateng juga tidak berani memberikan janji
bahwa kita dua kali lipat kenaikannya, atau kita nomer 1.
Pada pemilu tahun depan, targetkan berapa kursi?
Target disana kita bikin estimasi, kita ada 11 kursi untuk dapil
tertentu, estimasi penambahan kursi maksimal 20 kursi, tapi juga
harus realistis. Bila ambil moderatnya, kita itu ambil 18 kursi. Kalau
dari 11 jadi 18, kita ambil kursi 7 lagi. Bagaimana caranya? Namun
kalau mau cari paling optimis itu ada posisi 16 – 17 kursi.
Untuk Yogya bisa menangkan berapa persen dari total
kabupaten/kota?
Untuk Yogya saya targetkan 2 kursi karena dulu latar
belakangnya, Golkar selalu dapat 2 kursi DPR RI di sana. Kalau
pemenangan wilayah saya belum tahu karena tangung jawabnya
wilayah. Saya belum korek sampai situ, dan saya tidak mau
menjawab sesuatu yang saya tidak tahu. Jateng 1 kalau mau
mencapai target maksimal 20 harus maka harus menambah 1
kursi, Jateng 2 harus bertahan 2 kursi, jateng 3 harus bertambah
1 kursi. Tapi, rata-rata harus menambah 1 kursi. Tapi ini tidak
mungkin, berat, dalam tataran ideal. Daerah-daerah yang pernah
mendapat 2 kursi kita ambil kembali.
Namun ini juga harus kompak. Jangan sampai menggarap
konstituennya lewat satu pintu. Karena suara terbesar itu suara
mengambang. Suara mengambang itu masyarakat yang suka di
klaim, ini basis merah, basis hijau, ini harus kita masuk. Caranya,
pendekatan secara kultur, dengan peta sosiografi tadi. Kita juga
tidak boleh menggurui, secara arogansi perintah sana sini, atau
pake ajudan.
Bapak sendiri nyaleg dari Dapil mana?
Saya nyaleg dari Dapil Jateng III. Kebetulan tempat kelahiran
saya. Dulu raih dua kursi. Sekarang tinggal satu kursi.
Berati, minimal mempertahankan kursi bapak saat ini dan
menambah satu l