Suara Golkar edisi November 2013 | Page 16

MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR MEDIA CENTER BKPP PARTAI GOLKAR “Kemarin angka terbaik sudah mencapai 36%, PDIP 28% dan Partai Demokrat 5,4%. Kemudian baru menyusul Gerinda, PKB dan PAN. Itu hasil survey dapil. Dengan keadaan yang membaik ini, kita berharap seluruh caleg berusaha betul dan meningkatkan. Dengan cara pendekatan langsung ke masyarakat,” ujar dia. Setya juga berbagi tips kepada para kader atau caleg yang akan bertarung di Pileg. Menurut dia, dalam rangka mencapai target perolehan suara hingga 30% pada Pileg, harus menggunakan cara-cara sederhana namun mudah dipahami masyarakat. “Makanya, tagline-tagline yang kita buat, atau stiker yang dibikin harus dalam cara sederhana. Bahasanya sederhana. Mudah dipahami masyarakat. Juga sesuai aturan KPU,” kata dia. Selain itu, mulai Januari 2014, kampanye yang dilakukan dalam bentuk door to door campaign (kampanye dari pintu ke pintu). Sedangkan untuk saat ini, dalam bentuk kampanye yang sifatnya penetrasi. Bahkan, kalau perlu, menginap dan tidur bersama masyarakat. Dari situ kemudian bisa ngobrol dengan masyarakat sehingga mengetahui kebutuhan mereka dan mereka juga mengenal caleg. “Dimana kalau perlu tidur satu bantal, mereka kiri dan kanan. Dan kita ngobrol dengan mereka. Itu lebih menyentuh,” kata dia. Setya juga mengatakan, berbagai program nyata telah dilakukan. Di antaranya, pembenahan infrastruktur perdesaan, bantuan untuk kelompok masyarakat yang memiliki lahan garam, bantuan pemugaran, dan lain sebagainya. Kegiatan yang merupakan program nasional tersbeut, juga merupakan bentuk dukungan Partai Golkar pada kebutuhan ril dan pro kesejahteraan masyarakat. Empat Pilar, Masa Depan Indonesia Hajriyanto Y Thohari, Wakil Ketua MPR RI 2009-2014 dan Ketua Media Center BKPP Partai Golkar JAKARTA, MEDIA CENTER – Duduk di jabatan prestisius dan ikonik di negara ini, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), bagi Hajriyanto Y Thohari bukan berarti kebanggaan tiada tara. Lebih dari itu, berada di sana bagi dia adalah pengabdian. Berupaya merajut dan memperkuat landasan kebersamaan di tengah berbagai krisis yang potensial membuat bangsa ini bakal tinggal catatan sejarah saja bila tidak dijaga. Berada di sana sejak empat tahun lalu adalah sepenuhnya masa pengabdian. Bersama almarhum Taufik Kiemas, mantan Ketua MPR RI, berjibaku mendorong dan menjadikan Empat Pilar sebagai ‘nafas’ hidup segenap rakyat Indonesia. Empat pilar itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pengikat dalam kepelbagaian. Bersama para pimpinan dan anggota MPR RI, pria kelahiran Karanganyar pada 26 Juni 1960 tersebut berjibaku menyebarluaskan empat pilar kebangsaan itu ke seantero negeri. Semata-mata demi tetap tegak dan terjaminnya masa depan negara ini. Semua lapisan masyarakat didatangi. Semua daerah berusaha dijangkau. Berbagai keterbatasan berusaha diatasi atau diterabas. Berbagai cara dan sarana digunakan. Semuanya demi sebanyak mungkin masyarakat memahami dan mengerti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. “Negara Kesatuan Republik Indonesia secara de facto adalah negara yang sangat majemuk dan kemajemukan Edisi No.1 November 2013 16 Edisi No.1 November 2013 17 itulah yang menjadi perekat