“Itulah
mengapa
saya
mendorong agar banyak perempuan
di luar sana mulai memikirkan dan
ikut berpartisipasi secara aktif.
Bukan hanya sebagai konstituen
tetapi aktif langsung menjadi kader
partai, pengurus partai dan menjadi
perwakilan partai baik di eksekutif
maupun di legislatif,” tegas anggota
Komisi V DPR RI tersebut.
Menurut Hetifah, kekhawatiran
yang dialami para perempuan bisa
dikurangi dengan membangun
persaudaraan sesama perempuan.
Kebersamaan
tersebut
dapat
dibentuk dengan sikap untuk saling
mengingatkan dan membesarkan.
Hetifah berharap, hasil Pemilu
2014 mencerminkan representasi
yang lebih baik dari berbagai aspek.
Baik usia, jenis kelamin, profesi, yang
senior maupun yang muda. Namun,
terutama terjadi peningkatan yang
signifikan pada kuantitas dan kualitas
perempuan di parlemen.
“Karena adanya perempuan
yang berkompeten masuk dalam
parlemen, pasti akan membuat
kebijakan lebih berkeadilan secara
umum, bukan hanya representatif
saja,” ujar anggota DPR RI dari daerah
pemilihan Kalimantan Timur ini.
Menurut dia, tanpa keterwakilan
perempuan di parlemen, maka
sejumlah persoalan akan terlewatkan,
seperti kebutuhan dari kelompok
marjinal lainnya baik kelompok balita,
kelompok lansia, maupun kelompok
penyandang cacat. Oleh karena
itu, lanjut Hetifah, aksi afirmatif kepada
perempuan akan sangat penting
dalam mewarnai kebijakan di
parlemen mengingat kebutuhan
kelompok marjinal lain tersebut masih
cukup bergantung pada sensitivitas
kelompok perempuan.
“Dalam hal ini, seperti
penyediaan fasilitas umum
yang memadai bagi mereka
yang tergolong dalam kelompok
marjinal lebih sering disuarakan
kelompok perempuan. Sebagai
contoh, kelompok perempuan akan
lebih memperhatikan pembangunan
infrastruktur seperti trotoar bagi pejalan
kaki sehingga juga dapat digunakan
oleh pengguna kereta dorong,
fasilitas kamar kecil atau toilet yang
lebih bersih, dan sebagainya,” tukas
Hetifah.
Hetifah mengaku bangga
dengan kebijakan Partai Golkar yang
memberi kesempatan cukup besar
bagi perempuan berkiprah. Baik
dalam proses pencalegan maupun
nanti ketika terpilih dan bekerja
bakti sebagai anggota DPR. Namun
demikian, kata dia, Partai tetap perlu
melakukan pendampingan, bantuan
fasilitas logistik dan terutama dalam
hal informasi.
“Saya berharap Partai bisa
memberikan informasi tentang sistem
Pemilu, tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Saya
juga ingin agar partai bekerja sama
dengan KPU dan Bawaslu untuk
menghindari terjadi kecurangan
dalam Pemilu. Karena perempuan
yang selalu paling dirugikan jika terjadi
praktek kecurangan dalam Pemilu,”
tambahnya.
Dengan demikian, akan ada
peningkatan kapasitas caleg-caleg
Partai Golkar ketika bertarung di dapil
masing-masing. Sementara untuk
caleg perempuan, harus ditingkatkan
kapasitasnya sehingga ketika terpilih
ia akan tahu tugas-tugasnya.
“Gimana sih tugas DPR itu?
Dan bagaimana supaya kita kita lebih
aktif di dalamnya. Kemudian kita tahu
tugas kita sehingga berani melakukan
apa yang seharusnya dilakukan bisa
diketahui sejak awal,” tutur Hetifah.
(ham/sa)
61