Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 67

“Itulah mengapa saya mendorong agar banyak perempuan di luar sana mulai memikirkan dan ikut berpartisipasi secara aktif. Bukan hanya sebagai konstituen tetapi aktif langsung menjadi kader partai, pengurus partai dan menjadi perwakilan partai baik di eksekutif maupun di legislatif,” tegas anggota Komisi V DPR RI tersebut. Menurut Hetifah, kekhawatiran yang dialami para perempuan bisa dikurangi dengan membangun persaudaraan sesama perempuan. Kebersamaan tersebut dapat dibentuk dengan sikap untuk saling mengingatkan dan membesarkan. Hetifah berharap, hasil Pemilu 2014 mencerminkan representasi yang lebih baik dari berbagai aspek. Baik usia,  jenis kelamin, profesi, yang senior maupun yang muda. Namun, terutama terjadi peningkatan yang signifikan pada kuantitas dan kualitas perempuan di parlemen. “Karena adanya  perempuan yang berkompeten masuk dalam parlemen, pasti akan membuat kebijakan lebih berkeadilan secara umum, bukan hanya representatif saja,” ujar anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Timur ini. Menurut dia, tanpa keterwakilan perempuan di parlemen, maka sejumlah persoalan akan terlewatkan, seperti kebutuhan dari kelompok marjinal lainnya baik kelompok balita, kelompok lansia, maupun kelompok penyandang cacat. Oleh karena itu, lanjut Hetifah, aksi afirmatif kepada perempuan akan sangat penting dalam mewarnai kebijakan di parlemen mengingat kebutuhan kelompok marjinal lain tersebut masih cukup bergantung pada sensitivitas kelompok perempuan. “Dalam hal ini, seperti penyediaan fasilitas  umum yang memadai bagi mereka yang tergolong dalam kelompok marjinal lebih sering disuarakan kelompok perempuan. Sebagai contoh, kelompok perempuan akan lebih memperhatikan pembangunan infrastruktur seperti trotoar bagi pejalan kaki sehingga juga dapat digunakan oleh pengguna kereta dorong, fasilitas kamar kecil atau toilet yang lebih bersih, dan sebagainya,” tukas Hetifah. Hetifah mengaku bangga dengan kebijakan Partai Golkar yang memberi kesempatan cukup besar bagi perempuan berkiprah. Baik dalam proses pencalegan maupun nanti ketika terpilih dan bekerja bakti sebagai anggota DPR. Namun demikian, kata dia, Partai tetap perlu melakukan pendampingan, bantuan fasilitas logistik dan terutama dalam hal informasi. “Saya berharap Partai bisa memberikan informasi tentang sistem Pemilu, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.  Saya juga ingin agar partai bekerja sama dengan KPU dan Bawaslu untuk menghindari terjadi kecurangan dalam Pemilu. Karena perempuan yang selalu paling dirugikan jika terjadi praktek kecurangan dalam Pemilu,” tambahnya. Dengan demikian, akan ada peningkatan kapasitas caleg-caleg Partai Golkar ketika bertarung di dapil masing-masing. Sementara untuk caleg perempuan, harus ditingkatkan kapasitasnya sehingga ketika terpilih ia akan tahu tugas-tugasnya. “Gimana sih tugas DPR itu? Dan bagaimana supaya kita kita lebih aktif di dalamnya. Kemudian kita tahu tugas kita sehingga berani melakukan apa yang seharusnya dilakukan bisa diketahui sejak awal,” tutur Hetifah. (ham/sa)  61