Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 65

ANAK MUDA MESTI BERPOLITIK JAKARTA, SUARA GOLKAR – Seperti biasa, setiap menjelang Pemilu, para pemilih muda yang jumlahnya sangat besar menjadi rebutan. Namun, kenyataannya tidak mudah untuk meraih perhatian mereka. Banyak faktor penyebabnya. Mulai dari keawaman soal politik hingga antipati atau alergi terhadap politik. Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Tantowi Yahya berharap, para pemilih muda dapat menggunakan hak konstitusionalnya pada 9 April 2014. Dia mengatakan bahwa berbeda dari di negara lain, di Indonesia memang tidak ada sanksi bila tidak ikut memilih. Namun, tidak memilih itu adalah kerugian besar. “Tidak memilih itu adalah sebuah kerugian besar. Sebab, Pemilu adalah forum bagi rakyat Indonesia untuk mengubah pemerintahan,” ujar Tantowi di Jakarta, Jumat (6/12). Tantowi berpendapat bahwa pemuda harus membuang jauh-jauh alergi politik. Sebab ada perbedaan mendasar antara politik dan partai politik. Kerancuan selama ini terjadi karena maraknya kegiatan dalam dunia politik yang kontraproduktif seperti korupsi dan banyaknya absensi anggota DPR RI. “Harus dipahami ada perbedaan mendasar antara politik dan partai politik. Kalau partai itu adalah wadah, politik adalah cara dan strategi. Jadi apa pun yang kita lakukan itu tidak bisa lari dari politik, politik itu tidak najis. Bukan sesuatu yang jahat atau patut kita hindari. Nah ini dulu yang harus dilakukan oleh generasi muda,” jelas Tantowi. Lebih lanjut, Tantowi mengatakan, di negara-negara yang menganut sistem demokrasi seperti di Indonesia, perwakilan di DPR melalui partai politik tidak bisa dihilangkan. Karena itu, kehadiran partai politik tidak mungkin terelakkan. “Tanpa memilih maka generasi muda di Indonesia telah mendukung stagnasi pemerintahan saat ini,” tandas Tantowi. Oleh karena itu, menurut Tantowi, partai politik wajib memberi perhatian khusus kepada generasi muda, terutama memberi pemahaman mengenai arti penting politik bagi kehidupan berbangsa. Selain itu,  ia juga berharap, Golkar sebagai partai modern bisa memanfaatkan para kader mudanya untuk berinteraksi dengan masyarakat dan memberi kontribusi pemikiran untuk kemajuan partai. “Partai dan kader-kader partai juga bertanggung jawab melakukan pendidikan politik kepada warga masyarakat yang belum sadar politik,” tutur Tantowi. Pendidikan politik bagi para pemu- da juga harus dilakukan dalam bahasa yang mudah dicerna. Bahkan, menurut Tantowi, karena disinyalir masih banyak masyarakat yang anti-politik, saat ini dibutuhkan komunikator dan  public  speaker untuk menyampaikan isu-isu politik dan bisa diterima masyarakat. Para pemuda juga memiliki peranan besar dalam perubahan bangsa. Mereka adalah komponen penting yang dapat mengubah keadaan bangsa. Karena itulah ia juga mengajak anakanak muda untuk sadar politik dan mau bergabung dengan partai. “Saya berharap anak-anak muda mau bergabung dengan SOKSI ataupun AMPG sebagai salah satu sayap partai. Saya juga berharap orangorang muda ini kelak bisa menjadi mesin partai yang sangat ampuh melihat energi yang besar serta wawasan mereka yang segar,” tambah Tantowi.  Terkait pencalegannya, Tantowi optimistis dapat lolos dan terpilih. Dikatakannya, sebagai tokoh publik dirinya sudah memiliki modal sosial berupa popularitas. “Untuk popularitas saya sudah punya, kini tinggal melanjutkan ke tahapan akseptabilitas atau keterpilihan,” katanya. Tantowi juga mengakui ciat-citanya saat ini adalah memenangkan Partai Golkar dalam Pemilu 2014, terutama pemenangan Partai Golkar di DKI Jakarta. “Saya berharap terjadi peningkatan suara Partai Golkar, paling tidak di Dapil III DKI Jakarta,” katanya. (ham/ sa)  59