Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 54

Golkar, Rabu (4/12). Lika-liku hidup dari masa SD hingga menjadi sipir penjara membuat Agun menegaskan kuat-kuat dalam dirinya bahwa ia ingin  hidup sukses, bahagia, senang. Kisah itulah yang kemudian ia tuangkan dalam bukunya Hidup Sukses dengan Lima Jari. “Buku ini merupakan buku yang lebih banyak bercerita seputar kehidupan saya hingga saat ini. Kisah sukses yang berprinsip dengan lima jari,” ungkapnya. Apa itu prinsip lima jari? “Saya mulai dari jempol. Jempol itu identik dengan prestasi. Maksudnya, awali hidup sukses dengan prestasi. Prestasi itu apa? Ya tentu kinerja kita, integritas kita, kemampuan kita,” jelas Agun. Dari prestasi yang baik dipastikan kita akan mendapatkan apa yang ia sebut dengan jari telunjuk, yakni pengakuan. Prestasi dan pengakuan, kata Agun, akan memudahkan kita menjalani hidup. Tapi tentunya, lanjut Agun,  hidup bukan sekadar untuk mencari prestasi dan pengakuan.  “Hidup ini kan juga seperti jari manis. Apa itu,  saya menyebutnya dengan pendapatan. Tentu di dalamnya memuat gaji yang tinggi, rumah bagus, jabatan dan lain sebagainya,” papar dia. Namun, perlu diingat, urai Ketua Komisi II DPR RI ini, kalau mau ke jari manis harus melompati dulu “tembok tinggi” yang disebut dengan jari tengah. Kalau tidak bisa langsung melompat, yang harus 48 dilakukan adalah pendekatan, lobi dan relasi.  Dalam konteks ini, pendekatan yang digunakan harus sesuai. “Kalau pendekatan pekerjaan ya pekerjaan, kewenangan dengan kewenangan,” tuturnya. Pada intinya, mantan Aktivis HMI ini menuturkan bahwa untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan perjuangan ekstra-keras, tidak kenal lelah dan pantang menyerah. Nah, Agun juga mengingatkan bahwa setelah meraih pendapatan yang enak-enak, jangan lupa dengan jari yang terakhir, jari kelingking. Apa maknanya? Yakni, kemampuan merawat yang sudah dimiliki. Jadi, kalau sudah dapat pujian, penghormatan, jangan takabur, congkak dan sombong. Karena, tegas Agun, ini semata-mata ciptaan Tuhan. Prestasi yang besar jika tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan seseorang kalah. “Tapi, kalau dia hanya merawat doang, tidak di back-up oleh pengakuan, pasti akan kalah juga. Hanya mengandalkan pengakuan tanpa prestasi kalah juga. Ini sistem. Makanya penting kelima-limanya dikuasai,” lanjutnya. Agun juga mengatakan agar kita tidak mudah panik dengan keadaan yang cepat berubah. Roda terus berputar, makanya percaya pada kehendak Tuhan sangat penting dalam menjalani kehidupan. “Anda jangan takut dengan itu karena kehidupan memang terus berputar. Pandai-pandailah merawat dan bersyukur atas keadaan yang anda terima sekarang ini,” tuturnya. Rasa syukur atas karunia Ilahi inilah yang menjadikan Agun selalu tenang menjalani terpaan kehidupan. Hidup baginya mengalir saja, tidak perlu takut dan tidak bergantung kecuali kepada Tuhan. Kesuksesan hidup baginya juga tidak bisa diukur dengan jabatan semata. Baginya menjalani kehidupan seperti sekarang tanpa didikte dan diatur orang lain adalah bagian dari kesuksesannya. “Seperti saya hari ini, saya merasa hidup saya tidak didikte, tidak diatur orang tuh. Itulah independen. Saya bebas tuh gak pernah ada kuatir ketakutan akan dicopot,” ujarnya. Kalaupun memang harus dicopot, lanjutnya, ia akan menerima dengan lapang dada. Jika itu prosesnya benar. Tetapi jika salah ia akan protes. Pada intinya, hidup itu adalah ujian. Karena itu, harus ikhlas menjalaninya. “Saya hanya berdoa agar ketika diberi ujian tidak melampaui batas kemampuan saya. Kalaupun itu terjadi jangan sampai terjadi buat anak-anak dan keluarga saya,” kata anggota DPR RI yang sudah melewati pergantian lima presiden tersebut. Pengagum mantan Presiden B.J. Habibie ini menasihati agar kita selalu bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan. “Selalulah mengucap syukur atas apa yang diberikan-Nya. Ikhlas ketika mendapat musibah. Sebab ini sistem yang teratur,” kata Agun. (td/sa)