Golkar, Rabu (4/12).
Lika-liku hidup dari masa SD
hingga menjadi sipir penjara membuat
Agun menegaskan kuat-kuat dalam
dirinya bahwa ia ingin hidup sukses,
bahagia, senang. Kisah itulah yang
kemudian ia tuangkan dalam bukunya
Hidup Sukses dengan Lima Jari.
“Buku ini merupakan buku
yang lebih banyak bercerita seputar
kehidupan saya hingga saat ini. Kisah
sukses yang berprinsip dengan lima
jari,” ungkapnya.
Apa itu prinsip lima jari?
“Saya mulai dari jempol.
Jempol itu identik dengan prestasi.
Maksudnya, awali hidup sukses
dengan prestasi. Prestasi itu apa?
Ya tentu kinerja kita, integritas kita,
kemampuan kita,” jelas Agun.
Dari prestasi yang baik
dipastikan kita akan mendapatkan
apa yang ia sebut dengan jari
telunjuk, yakni pengakuan. Prestasi
dan pengakuan, kata Agun, akan
memudahkan kita menjalani hidup.
Tapi
tentunya,
lanjut
Agun, hidup bukan sekadar
untuk mencari prestasi dan
pengakuan. “Hidup ini kan juga
seperti jari manis. Apa itu, saya
menyebutnya dengan pendapatan.
Tentu di dalamnya memuat gaji yang
tinggi, rumah bagus, jabatan dan lain
sebagainya,” papar dia.
Namun, perlu diingat, urai
Ketua Komisi II DPR RI ini, kalau
mau ke jari manis harus melompati
dulu “tembok tinggi” yang disebut
dengan jari tengah. Kalau tidak bisa
langsung melompat, yang harus
48
dilakukan adalah pendekatan, lobi dan
relasi. Dalam konteks ini, pendekatan
yang digunakan harus sesuai. “Kalau
pendekatan pekerjaan ya pekerjaan,
kewenangan dengan kewenangan,”
tuturnya.
Pada intinya, mantan Aktivis
HMI ini menuturkan bahwa untuk
mencapai kesuksesan dibutuhkan
perjuangan ekstra-keras, tidak kenal
lelah dan pantang menyerah.
Nah, Agun juga mengingatkan
bahwa setelah meraih pendapatan
yang enak-enak, jangan lupa dengan
jari yang terakhir, jari kelingking.
Apa maknanya? Yakni, kemampuan
merawat yang sudah dimiliki.
Jadi, kalau sudah dapat pujian,
penghormatan, jangan takabur,
congkak dan sombong. Karena, tegas
Agun, ini semata-mata ciptaan Tuhan.
Prestasi yang besar jika tidak dirawat
dengan baik akan menyebabkan
seseorang kalah.
“Tapi, kalau dia hanya
merawat doang, tidak di back-up oleh
pengakuan, pasti akan kalah juga.
Hanya mengandalkan pengakuan
tanpa prestasi kalah juga. Ini sistem.
Makanya penting kelima-limanya
dikuasai,” lanjutnya.
Agun juga mengatakan agar
kita tidak mudah panik dengan
keadaan yang cepat berubah. Roda
terus berputar, makanya percaya
pada kehendak Tuhan sangat penting
dalam menjalani kehidupan.
“Anda jangan takut dengan
itu karena kehidupan memang terus
berputar. Pandai-pandailah merawat
dan bersyukur atas keadaan yang
anda terima sekarang ini,” tuturnya.
Rasa syukur atas karunia Ilahi
inilah yang menjadikan Agun selalu
tenang menjalani terpaan kehidupan.
Hidup baginya mengalir saja, tidak
perlu takut dan tidak bergantung
kecuali kepada Tuhan. Kesuksesan
hidup baginya juga tidak bisa diukur
dengan jabatan semata. Baginya
menjalani kehidupan seperti sekarang
tanpa didikte dan diatur orang lain
adalah bagian dari kesuksesannya.
“Seperti saya hari ini, saya
merasa hidup saya tidak didikte, tidak
diatur orang tuh. Itulah independen.
Saya bebas tuh gak pernah ada kuatir
ketakutan akan dicopot,” ujarnya.
Kalaupun memang harus
dicopot, lanjutnya, ia akan menerima
dengan lapang dada. Jika itu
prosesnya benar. Tetapi jika salah ia
akan protes. Pada intinya, hidup itu
adalah ujian. Karena itu, harus ikhlas
menjalaninya.
“Saya hanya berdoa agar ketika
diberi ujian tidak melampaui batas
kemampuan saya. Kalaupun itu terjadi
jangan sampai terjadi buat anak-anak
dan keluarga saya,” kata anggota DPR
RI yang sudah melewati pergantian
lima presiden tersebut.
Pengagum mantan Presiden
B.J. Habibie ini menasihati agar
kita selalu bersyukur atas apa yang
diberikan Tuhan. “Selalulah mengucap
syukur atas apa yang diberikan-Nya.
Ikhlas ketika mendapat musibah.
Sebab ini sistem yang teratur,” kata
Agun. (td/sa)