Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 52

pelaksanaan pemilu berjalan dengan baik, sesuai aturan, dengan tingkat pemahaman yang baik di kalangan penyelenggara, saksi dan pemilih, Partai Golkar optimis bisa mencegah kecurangan-kecurangan yang terjadi. Dalam dua kali pemilu, Partai Golkar bukanlah partai yang punya afiliasi politik dengan Presiden (Megawati pada 2004 dan SBY pada 2009). Untuk ketiga kalinya, Partai Golkar bukanlah partai yang satu bendera dengan Presiden pada 2014. Artinya, inilah untuk ketiga kalinya Partai Golkar mengikuti pemilu dengan posisi Presiden RI bukan dari Partai Golkar. Akan tetapi, Partai Golkar juga bukan partai oposisi yang berada di luar pemerintahan. Partai Golkar selalu mengambil peran aktif di pemerintahan, mengingat silabus pelatihan berisi tentang karya dan kekaryaan. Silabus ini selalu membawa pikiran kaderkader Partai Golkar untuk masuk dan mewarnai pemerintahan. Kesadaran berpemerintahan ini muncul sebagai bagian dari program yang mewarnai Partai Golkar sejak awal. Pemilu adalah proses yang panjang, bagaikan lari maraton. Waktu empat bulan barangkali terlalu pendek bagi sebagian orang, namun bisa juga terlalu panjang bagi sebagian yang lain. Dalam ukuran saya sendiri, empat bulan adalah waktu yang pas. Kalau kampanye dibagi menjadi tiga tahapan, yakni dikenal, disukai dan dipilih, maka tersedia satu bulan waktu untuk dikenal, satu bulan untuk disukai, satu bulan untuk dipilih dan satu bulan untuk pemeliharaan suara pemilih 46 sampai hari H. Apalagi, tidak mudah untuk mendapatkan pemilih (baru) dewasa ini. Bagi Partai Golkar, afiliasi kepartaian tetap penting mengingat lamanya usia partai ini. Bagi Partai Golkar, pelajaran politik sudah banyak diambil selama lima belas tahun terakhir. Sejumlah tokoh sudah mendirikan partai politik baru, walau sebelumnya bernaung di bawah beringin. Yang bertahan juga ada, sekaligus kader-kader baru yang kini menapaki usia emasnya masingmasing. Perimbangan para senior dan yunior begitu terasa. Walau kalangan senior masih menduduki posisi-posisi penting di partai, upaya mempercayai kalangan yunior juga sudah dimulai. Partai Golkar memang tidak memberi tempat kepada kemunculan sosok yang tiba-tiba. Seseorang ditempa dengan kerja berat. Bahkan, terpilih sebagai legislator saja belum cukup untuk meraih kepercayaan dari partai. Selama 15 tahun, Partai Golkar sama sekali tidak menempatkan kadernya di pucuk tertinggi puncak karier politik, yakni Presiden Republik Indonesia. Absen gelar kepresidenan yang termasuk lama, untuk ukuran partai politik yang selalu berada di urutan pertama atau kedua. Tentu jabatan presiden bukanlah segalagalanya, mengingat fungsi masingmasing orang sudah ada. Dan hanya satu orang yang menjadi Presiden RI. Bagi Partai Golkar, kemenangan dalam pemilu 9 April 2014 menjadi titik penting untuk kehadiran lebih banyak ide dan gagasan dalam panggung politik, ketimbang isu-isu harian yang tidak banyak gunanya untuk masyarakat luas. Tinggal sekarang seluruh tenaga, pikiran, dana dan waktu diberikan bagi kemenangan Partai Golkar, baik untuk posisi legislatif, maupun eksekutif. Kado HUT Emas ke50 Partai Golkar yang jatuh bertepatan dengan hari pelantikan Presiden RI periode 2014-2019, yakni tanggal 20 Oktober 2014, tentulah kemenangan. Kemenangan itu artinya, bertepatan dengan ulang tahun emas Partai Golkar, Presiden Republik Indonesia yang dilantik adalah kader utama Partai Golkar yang sudah ditetapkan sebagai calon presiden sejak Oktober 2012 lalu. Rapimnas ke-5 Partai Golkar, 21-23 November 2013, juga sudah dipersiapkan menuju ke sana. Artinya, puncak harapan Partai Golkar adalah memenangkan pemilu 9 April 2014 dan sekaligus pemilu presiden dan wakil presiden 9 Juli 2014. Lalu, ketika benderabendera keemasan muncul menjelang HUT ke-50 Partai Golkar, 20 Oktober 2014, Presiden terpilih berasal dari Partai Golkar. Itulah untuk pertama kalinya dalam sejarah, peringatan HUT Partai Golkar dilakukan dari dalam Gedung MPR RI, sekaligus juga di Istana Negara. Dengan cara itulah Partai Golkar memiliki peran jangka menengah dan panjang guna mewujudkan Visi Negara Kesejahteraan 2045. Bernyalikah kita?