MINA BAHARI Edisi II - 2017 | Page 43

PRIORITAS 41 Humas DJPB KKP Humas DJPB KKP ini perlu segera diantisipasi karena secara langsung akan berdampak pada penurunan suplai bahan pan- gan bagi masyarakat. KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah melaku- kan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) budidaya dan terbukti berhasil. Salah satunya yaitu inovasi teknolo- gi budidaya ikan Lele sistem bioflok. Yaitu suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan dengan men- gandalkan suplai oksigen dan pe- manfaatan mikroorganisme, yang secara langsung dapat meningkat- kan nilai kecernaan pakan. Teknologi ini semakin populer karena terbukti mampu menggenjot produktivitas lele yang tinggi, peng- gunaan lahan yang tidak terlalu luas dan hemat air. “Bioflok ini menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk Lele sangat memasyarakat sebagai sumber gizi yang dige- mari,” terang Slamet. Tiga Kali Lipat Inovasi yang dikembangkan ini dapat menggenjot produktivitas bu- didaya hingga tiga kali lipat diband- ingkan dengan budidaya sistem konvensional. Sebagai perbandingan, budi- daya dengan sistem konvension- al dengan padat tebar 100 ekor/ m3 memerlukan 90-110 hari untuk panen, sedangkan untuk sistem bioflok dengan padat tebar 500- 1000 ekor/m3 hanya membutuh- kan 75-90 hari saja. Di samping itu, penggunaan pakan lebih efisien. Jika pada teknologi konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata 1,5, dengan teknologi bio- flok FCR dapat mencapai 0,8 – 1,0. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada teknologi kon- vensional membutuhkan rata – rata 1,5 kg pakan, sedangkan dengan teknologi bioflok hanya membutuh- kan 0,8 – 1,0 kg pakan. Selain itu, teknologi ini juga ter- bukti sangat efisien. Sebagai ilus- trasi dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m3, maka dalam satu kolam bulat ukuran diameter 3 m, dapat ditebar benih lele sebanyak MINA BAHARI | Agustus 2017