PRIORITAS
41
Humas DJPB KKP
Humas DJPB KKP
ini perlu segera diantisipasi karena
secara langsung akan berdampak
pada penurunan suplai bahan pan-
gan bagi masyarakat.
KKP melalui Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya telah melaku-
kan upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek)
budidaya dan terbukti berhasil.
Salah satunya yaitu inovasi teknolo-
gi budidaya ikan Lele sistem bioflok.
Yaitu suatu teknik budidaya melalui
rekayasa lingkungan dengan men-
gandalkan suplai oksigen dan pe-
manfaatan mikroorganisme, yang
secara langsung dapat meningkat-
kan nilai kecernaan pakan.
Teknologi ini semakin populer
karena terbukti mampu menggenjot
produktivitas lele yang tinggi, peng-
gunaan lahan yang tidak terlalu luas
dan hemat air. “Bioflok ini menjadi
solusi untuk memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat, apalagi saat ini
produk Lele sangat memasyarakat
sebagai sumber gizi yang dige-
mari,” terang Slamet.
Tiga Kali Lipat
Inovasi yang dikembangkan ini
dapat menggenjot produktivitas bu-
didaya hingga tiga kali lipat diband-
ingkan dengan budidaya sistem
konvensional.
Sebagai perbandingan, budi-
daya dengan sistem konvension-
al dengan padat tebar 100 ekor/
m3 memerlukan 90-110 hari untuk
panen, sedangkan untuk sistem
bioflok dengan padat tebar 500-
1000 ekor/m3 hanya membutuh-
kan 75-90 hari saja. Di samping itu,
penggunaan pakan lebih efisien.
Jika pada teknologi konvensional
nilai Feed Convertion Ratio (FCR)
rata-rata 1,5, dengan teknologi bio-
flok FCR dapat mencapai 0,8 – 1,0.
Artinya untuk menghasilkan 1
kg daging ikan pada teknologi kon-
vensional membutuhkan rata – rata
1,5 kg pakan, sedangkan dengan
teknologi bioflok hanya membutuh-
kan 0,8 – 1,0 kg pakan.
Selain itu, teknologi ini juga ter-
bukti sangat efisien. Sebagai ilus-
trasi dengan rata-rata padat tebar
1.000 ekor/m3, maka dalam satu
kolam bulat ukuran diameter 3 m,
dapat ditebar benih lele sebanyak
MINA BAHARI | Agustus 2017