MINA BAHARI Edisi II - 2017 | Page 25

PRIORITAS 23 Humas KKP /Joko Siswanto “Negara, masyarakat, dan pasar bisa berperan dengan baik, maka menurut saya perlu penguatan pengelolaan kolaboratif baik negara, masyarakat maupun pasar, tidak bisa sendirian. Saya kira pol- ri dan angkatan laut akan terbantu dengan adanya informasi dari nelayan. Nelayan bisa menjadi mitra strategis untuk aparat, hal ini sangat terbantu kare- na aparat memiliki keterbatasan, keterbatasan akan fasilitas, anggaran dan SDM,” tuturnya. Arif juga menjelaskan instru- men monitoring konservasi menjadi penting, karena diharapkan memiliki bukti empiris dan bukti objektif, da- lam membukti- kan peningkatan kelimpahan sum- ber daya.Ia juga menambahkan pada hukum dibutuhkan in- strumen baru untuk alat bukti. Misalnya pada ikan yang di tangkap dengan pengeboman sudah bisa diidentifikasi, namun untuk ikan hasil pembiu- san masih sulit dibuktikan apakah ikan tersebut dib- ius atau tidak khususnya pada ikan hias yang kerap sekali diperdagangkan. Arif mengungkapkan bahwa perlu dipikirkan mata pencaharian alternatif untuk pelaku DF. “Karena pelaku bom itu ada dua kelas, pertama ada kelas middle-nya yang memang dia penampung dan ada kelas bawahnya yang dia melakukan itu karena bu- tuh makan, dan kelas yang butuh makan ini perlu kita selamatkan dengan mata pencaharian alter- natif entah itu rumput laut maupun alat penangkap lain yang ramah lingkungan.”Jelasnya. Ia juga me- nekankan pada etika, bahwa kita harus berpikir un- tuk etika biosentrisme dan ekosentrisme. “Etika-etika itulah yang bisa mem- bangun spirit kita mencintai lingkungan, keseimban- gan alam se- hingga pada akhirnya kita bisa cinta pada lingkungan dan alam termasuk cinta laut ini, kalau kita sudah cin- ta laut maka itu yang akan membuat keberlanjutan pada sumber daya. Itulah sebuah langkah yang perlu kita lakukan dalam rangka mem- bangun budaya bahari, tidak hanya sekedar mem- bangun dalam bidang ekonomi, tetapi juga memba- ngun keberlanjutan sebuah keniscayaan,” tutupnya. Karena penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bom seberat 250 gram akan menyebabkan luasan terumbu karang yang hancur mencapai 5,30 m2. Bagaimana kalau beratnya 2 kg, atau 2.000 gram, bayangkan betapa besar kerusakannya MINA BAHARI | Agustus 2017