PRIORITAS 37
Sementara itu, untuk memberdayakan nelayan
kecil, KKP akan memberikan stimulus dalam bentuk
bantuan alat tangkap ikan, perahu, dan sebagainya.
Tak hanya kepada nelayan kecil, bantuan juga akan
diberikan kepada para lulusan instansi pendidikan
KKP yang ingin menjadi nelayan.
Beri Pelatihan Nelayan dengan Konsep TOT
KKP memberikan pelatihan berbasis training of train-
ers (ToT) bagi para pelaku kelautan dan perikanan,
konsep ini digunakan untuk mengoptimalkan angga-
ran yang terbatas demi membangun insan perikanan
yang terdidik dan terlatih.
“Kita melaksanakan training of trainers ini, karena
permintaan terhadap nelayan yang terdidik dan
terlatih sekitar sekian ratus ribu orang setiap tahun-
nya. APBN kita tidak mungkin bisa memenuhi itu,
makanya maka kita bikin t raining of trainers untuk
6.000 orang. Kita harapkan, 6.000 trainers yang kita
lahirkan ini bisa melakukan kegiatan pelatihan lagi
kepada nelayan lainnya,” jelas Rifky.
KKP juga telah menyiapkan enam balai diklat dan
pelatihan, lima diperuntukkan bagi masyarakat, dan
satu bagi aparatur. Untuk pelatihan masyarakat,
KKP membangun Balai Pendidikan dan Pelatihan
Perikanan (BPPP) di Medan, Tegal, Banyuwangi,
Bitung, dan Ambon. Sementara itu, bagi aparatur
KKP membangun satu Balai Diklat Aparatur (BDA)
di Sukamandi, Subang.
Presiden Pantau Langsung Pendidikan Kelautan
dan Perikanan ke SUPM Waiheru
Presiden Joko Widodo mengunjungi Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Waiheru,
Ambon, Maluku, pada Kamis (9/2). Sekolah tersebut
merupakan salah satu satuan pendidikan menen-
gah KKP. Kunjungan tersebut adalah salah satu
rangkaian kunjungan kerja Presiden di Ambon untuk
penebaran benih ikan di keramba jaring apung.
Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi yang did-
ampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta se-
jumlah Menteri dan pejabat negara lainnya berdialog
dengan para siswa dan pengelola SUPM.
SUPM menyelenggarakan pendidikan vokasi dengan
porsi praktik 70% dan teori 30%. SUPM juga meng-
gunakan pendekatan teaching factory untuk meng-
hasilkan wirausaha muda di sektor kelautan dan
perikanan. Sebanyak 46% peserta didik merupakan
anak pelaku utama kelautan dan perikanan (nelayan,
pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan, serta
petambak garam) yang tidak mampu. (*Dianaddin/
AFN)
Rifky mengatakan, pelatihan yang diberikan akan
dilakukan secara lebih mendalam daripada yang su-
dah-sudah. KKP tidak hanya memberikan pelatihan,
tetapi juga melanjutkannya dengan program serti-
ikasi bagi para peserta, sehingga mereka memiliki
kompetensi dan kapasitas sebagai pelatih.
“Kalau yang dilatih 6.000 orang ini bisa memberikan
pelatihan kepada 30 orang lain misalnya, artinya
dalam tempo satu tahun kita menghasiklan 6.000 x
30 yaitu 180.000 orang tenaga yang terlatih. Tahun
depannya, yang terlatih ini akan menghasilkan tena-
ga terlatih lagi. Jadi akan ada pertumbuhan tenaga
terlatih ini terus menerus,” papar Rifky.
Diakui Rifky, pelatihan yang dilakukan juga bertujuan
untuk mendukung kegiatan di lingkup Eselon I KKP.
Misalnya dalam sosialisasi peralihan alat tangkap
ikan cantrang ke alat tangkap yang ramah lingkun-
gan, KKP memberikan pelatihan kepada 390 ne-
layan di 12 Kabupaten/Kota di sembilan provinsi.
Istimewa
April 2017 | MINA BAHARI