MINA BAHARI Edisi I - 2017 | Page 19

PRIORITAS >> PILAR KEBERLANJUTAN TANPA CANTRANG TANGKAPAN MELIMPAH Semakin banyak nelayan yang meninggalkan cantrang dan beralih ke alat tangkap yang lebih ramah lingkungan. Akses nelayan semakin dipermudah. Menurut Koordinator Forum Masyarakat Peduli Nelayan Kabupaten Pati Hadi Sutrisno, kini alat penangkapan ikan cantrang pelan-pe- lan mulai ditinggalkan oleh nelayan. Selain karena dilarang, menangkap ikan dengan alat penangkapan ikan jenis lain yang lebih ramah lingkungan pun juga dapat membuat hasil tangkapan ikan melimpah. Humas KKP/ Elvis Sendouw “Memang belum semua nelayan Pantura, terutama di Pati beralih alat tangkap," kata Hadi kepada tim Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Masih ada sekitar 20% dari sekitar 1000 nelayan disini. Ya 150 sampai 200 orang.” Seperti diketahui, sekitar 95 persen warga di kampung nelayan Bendar berprofesi sebagai nelayan. Sebagian besar nelayan kini telah meraih kesuksesan. Padahal, mereka awal- nya merupakan nelayan kecil dan anak buah kapal yang bekerja pada kapal pengusaha. Namun, kata Hadi, mereka kemudian mengi- kuti oknum nelayan lain yang memodiikasi alat tangkap, termasuk dirinya. “Oknum nelayan ini memperbesar jaring, mengecilkan mata jaringnya sampai melaku- kan markdown kapal," ujar Hadi. "Namun, seiring dengan reformasi birokrasi di KKP dan Kemenhub sekarang sudah tidak ada lagi markdown ukuran kapal, petugas juga sudah tidak ada yang berani nakal-nakal.” Menurutnya, nelayan yang sampai saat ini masih menggunakan cantrang lebih karena kebutuhan mendesak. “Tidak disuruh beralih pun pada akhirnya dia akan beralih," imbuhn- ya. para nelayan ini, kata Hadi, rata-rata cuma menggunakan cantrang sampai 3 tahun atau setelah mereka balik modal. “Nelayan di sini rata-rata sekarang sudah memakai gillnet atau purse seine pelagis kecil. April 2017 | MINA BAHARI 17