Majalah LPM API #1 Majalah API 1 | Page 42

janjinya dengan mengajariku dan membantuku menyelesaikan tugas desainku setiap kali otakku sedang kering . Dan seiring berjalannya terkadang banyak hal yang tidak dapat kita mengerti , tapi suara hati dapat merasakan dan mengatakannya . Entah apa ini aku tak mengerti apa yang kurasa , dengan hanya melihatnya saja hati ini begitu bahagia terlebih ketika mendengar suara spesifik darinya yang dapat meningkatkan detak laju jantung . Tapi aku tak pernah bisa menebak perasaan apa ini , mungkin hanya suara hatiku yang sanggup mengatakannya . Jarum jam saling berkejaran setiap waktu ketiganya tak pernah lelah untuk berputar layaknya bumi yang berputar pada porosnya alias rotasi bumi . Hanya satu yang kutahu mungkin jam akan berhenti berputar jika peru- sahaan baterai terkena angin bahorok . Begitulah hidup , waktu tak pernah ber- henti mereka terus ber- jalan kedepan dan tak akan per- nah kembali ke belakang so life must go on lakukan apa yang sanggup dilakukan hari ini . Begitulah kulewati setiap detik dengan menggunakan perasaan itu untuk memotivasiku melakukan hal-hal terbaik dalam hidupku .
Banyak hal yang kulakukan awalnya aku berharap itu dapat membuatnya bangga padaku , langkah pertamaku adalah iseng-iseng mengikuti lomba desain walaupun kemampuanku hanya rata-rata . Tapi aku berusaha keras dengan menerapkan belajar semalam suntuk dan yang terpenting agar aku punya alasan untuk belajar bersama Adrian . Tak ku sangka dapat memenangkan lomba yang pesertanya dari berbagai kampus . Langkah kedua ku menyetujui ajakan sisy untuk ikut Ekstra . musik di kampus yang sama sekali bukan duniaku . Dan bodohnya aku hanya untuk melihat Adrian , walaupun suaraku seperempat dari suara koesplus tapi tetap bersemangat mengikuti ekstra . Music sampai harus belajar acoustic alias musik dari petikan gitar selama sebulan . Dan selanjutnya tercetus ideku mengikuti les bahasa inggris agar dapat mengajari Adrian bahasa inggris , dan yang paling gila adalah ketika kuputuskan untuk mengikuti panjat tebing setinggi 500 meter yang kemudian hasilnya hampir saja kakiku menjadi korban amputasi . Dan masih banyak hal lainnya yang kulakukan dengan motivasi yang aneh , hanya untuk bisa melihat orang yang kusuka .
Namun ada sesuatu yang terasa janggal dalam benakku , semakin aku berharap rasanya semakin jauh darinya . Hanya satu yang tak dapat kulakukan adalah membuka rahasia hati ini . Hari-hari berlalu dengan begitu cepatnya , hingga akhirnya aku menyadari perasaanku ini terkadang membuat hatiku menangis . Hingga akhirnya ceritaku ini harus berakhir karena sesuatu telah mengubah diriku menjadi bayangan yang tak dianggap . Adrian telah menyelesaikan kuliahnya dan akan segera diwisuda . Tepat di hari wisuda Adrian , cuaca begitu cerah membawa langkahku menuju tempat pertama kali bertemu Adrian , kali ini suara hatiku berkata tak ada lagi hal bodoh yang kulakukan seperti memanjat tebing , atau belajar bahasa inggris dan sebagainya . Tetapi aku sedang menunggu seseorang untuk mengatakan sesuatu yang tertahan dihatiku . Menunggu memang hal yang paling membosankan , sampai akhirnya kuputuskan untuk pergi dari tempat itu . Kuarahkan pandanganku mengawasi setiap kendaraan yang lewat , ingin rasanya mengubah setiap kendaraan ini menjadi patung pancoran agar aku bisa menyeberang dengan tenang . Suasananya di depan kampusku memang selalu ramai , terlebih ruas jalan yang lebar membuatku terkadang harus mengalah pada kendaraan yang lewat hanya untuk menyeberang . Seketika pandanganku terhenti pada satu kendaraan yang lewat Honda CBR 250 r dengan plat nomor ADR2016 tak salah lagi itu adalah Adrian . Seseorang yang kutunggu sejak beberapa jam lalu mendadak jantung ini kembali berdegup kencang , tapi sejenak kuarahkan pandanganku dengan lebih tajam , kurasa mata ini benar-benar rabun atau memang ini benar-benar kenyataan . Pengendaranya memang Adrian namun yang tak dapat kupercaya adalah siapa yang bersama Adrian orang yang selalu mendukungku melakukan ide-ide gilaku walaupun dia tak pernah tau apa yang membuatku mencetuskan ide gila itu . Dia adalah Sisy orang pertama yang ku kenal ketika ospek , hatiku kacau kupercepat langkahku menyeberangi jalan . Dan kemudian kudengar suara dentuman keras seperti satu ton piring yang dibanting dari atas udara mengagetkanku . Entah apa yang terjadi banyak orang berlari mendekati kerumunan besar di tengah jalan . Tapi perasaan hatiku sungguh membuat hatiku begitu mendung hingga tak dapat bergabung dengan hiruk pikuk dunia . Dan akhirnya perasaan itu membawaku untuk tetap menunggu Adrian di tempat ini walau entah sampai kapan . Lamunanku yang membawaku pada kisah yang terpendam menari-nari dalam otakku , kembali mengingatkanku pada orang yang selalu ku tunggu . Adrian Satria Wijaya orang yang selalu membuat suara hatiku berteriak padaku . Begitu lama aku menunggu sampai waktu mengalah pada kegigihanku dan mempertemukanku dengan Adrian . Walaupun sekian lama tak melihatnya perasaanku masih tetap sama dan akan selalu sama . Adrian tetaplah orang yang selalu membuat jantungku berdegup kencang . Namun kali ini Adrian datang bukan untuk membayar angkotku , tapi untuk menghadiri reuni Alumni mahasiswa Universitas Nusa bakti . Menurutku Adrian terlihat semakin dewasa dan masih seperti dulu pribadi yang perhatian dan peka dengan orang disekitarnya . Dan berita baik sekarang Adrian telah menjadi seorang pengusaha muda dengan 2.500 karyawan . Aku berjalan kearahnya hati kecilku berharap Adrian dapat melihatku , suara hatiku berkata untuk mengatakan ses-