Majalah Digital Kabari Edisi 98 - 2015 | Page 33

KISAH Untuk berbagi dan mengomentari artikel ini klik KabariNews.com/76301 Angkie dengan bukunya berjudul Perempuan Tunarungu Menembus Batas bagaimana yang harus dihadapi jika merekrut karyawan dengan keterbatasan. Hanya saja bagi Angkie sama seperti yang dikatakan oleh Hellen Keller, ketika satu pintu tertutup, masih ada pintu lainnya yang menunggu terbuka. Angkie yakin masih ada yang mau menerimanya sebagai karyawan dalam keadaan apa pun. Dan, terbukti benar optimisme itu. Angkie tercatat pernah bekerja di beberapa perusahaan, yakni First Media, IBM Indonesia, PT Geo Link Nusantara Oil and Gas Services. Mendirikan Thisable Enterprise Di tahun 2009, Angkie bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehjira dan dia menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam acara Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand. Setahun kemudian, Angkie membuat perusahaan yang berorientasi sosial sekaligus bisnis dengan nama Thisable Enterprise. Thisable Enterprise ini dapat dikatakan wadahnya dalam berkarya. “Selangkah lagi menggapai impian saya untuk mandiri dan bisa mempekerjakan siapapun yang membutuhkan dengan sistem inklusi. Maksudnya, menyatukan faktor disabilitas dan non disabilitas untuk samasama bekerja dalam passion yang sama. Bentuk dari kegiatan Thisable Enterprise ini adalah social business for society profit, “ kata dia. Empat tahun perjalanan Thisable Enterprise memang tidak mudah. Tahun pertamanya membangun branding dengan strategi marketing communication, yakni menerbitkan sebuah buku berjudul “Perempuan Tunarungu Menembus Batas”. Ini sebagai bentuk suara Angkie kepada masyarakat bahwa kaum disabilitas ada di sekitar kita dan berharap mereka diberi kesempatan yang sama dalam berkarya, baik dalam segi pendidikan dan ketenagakerjaan. Kabarinews.com “Buku merupakan suara saya dalam berkarya, walaupun saya tidak bisa mendengar. Tapi saya bisa melihat apa yang terjadi di sekitar, lalu saya menyuarakan dengan bentuk tulisan. Saya berharap semua orang yang membaca akan memahami bahwa hidup kita ini lebih dari sekadar mencari bahagia, tetapi juga berjuang menciptakan kebahagiaan,” kata Angkie. Tahun kedua, Thisable Enterprise melakukan pendekatan dengan berbagai pihak dengan melakukan program-program yang Angkie dan tim lakukan adalah CSR integrated. Kerja sama dilakukan dengan berbagai perusahaan menyankut isu disabilitas. Micro Enterprise mencetak entrepreneur disabilitas agar lebih mandiri, kemudian mendirikan Learning Center, yaitu bekerja sama dengan institusi pendidikan sebagai program pengabdian masyarakat. Salah satunya yang telah dilakukan adalah menggaet The London School of Public Relations Jakarta dengan membuka kelas komunikasi untuk kaum disabilitas agar mereka memiliki pengetahuan mengenai komunikasi sebagai penciptaan sumber daya manusia yang siap bersaing di era modern. Employement Services yaitu mendukung perusahaan dalam merekrut karyawan disabilitas. Dan Social Marketing Communication membuat event tahunan sendiri yaitu Thisable Festival sebagai salah satu bentuk awareness untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. “Tidak mudah menjalankan Thisable Enterprise ini, tetapi karena passion saya di dunia komunikasi, maka saya enjoy saya menggabungkan social communication sebagai bentuk pesan saya kepada dunia, bahwa disabilitas adalah sumber daya manusia milik negara dengan beragam potensinya. Life is not finding ourselves, but life is about creating ourselves. Jangan hanya diam tanpa suara untuk mencari kesejahteraan, tetapi bergerak maju menciptakannya bersama.” (1009) Kabari |33