KESEHATAN
KUALITAS TIDUR
MEMPENGARUHI KESEHATAN
Dr. Taruna Ikrar
University of California,
School of Medicine, Irvine, USA
T
idur merupakan salah satu fungsi
penting dari otak, sehingga
jika fungsi Tidur terganggu
akan menyebabkan masalah pada
kesehatan dan kualitas kehidupan
secara menyeluruh. Pemahaman
tentang proses tidur dan terbangun
akan mempengaruhi dalam identifikasi
dan klasifikasi berbagai macam
gangguan tidur.
Tahapan tidur tersebut, didasarkan
pada tahapan berikut: Penilaian
tahapan tidur secara khusus dengan
menggunakan kondisi terbangun
menuju tidur, terbagi atas empat tahap
tidur, yaitu: non-gerakan mata yang
cepat “(Non Rapid eye movement:
NREM)”, hingga tahap tidur “(rapid
eye movement: REM)”.
Pada saat tahapan 1: fase
terjaga atau bangun, tonus otot mata
biasanya tinggi, dengan gerakan
mata yang cepat. Sedangkan pada
tahap tidur ditandai dengan gerakan
mata bergulir dengan reaktivitas
terhadap rangsangan luar tubuh yang
menurun, dan mengalami penurunan
konsentrasi. Tahap selanjutnya atau
tahap 2: dengan menggunakan EEG
akan terbaca latar belakang dengan
tonus yang rendah sampai sedang dan
18 | KabariNews.com
disertai adanya “spindle” tidur pada
bacaan EEG nya. Dilanjutkan pada
Tahap 3; ditunjukkan dengan adanya
amplitudo yang tinggi (0 sampai 2 Hz)
frekuensi delta yang menempati 20
persen sampai 50 persen dari latar
belakang bacaan EEG. Kemudian
Tahap 4 mirip dengan tahap 3, kecuali
disertai dengan tonus tinggi dan
gelombang delta yang membentuk
minimal 50 persen dari hasil bacaan
EEG. Tahap 3 dan 4 ini, sering
digabungkan dan disebut sebagai
tahapan tidur nyenyak. Kondisi tubuh
dalam fase tertidur nyenyak, bisa
dirasakan dengan: detak jantung dan
tingkat pernapasan diperlambat dan
teratur.
Gangguan
tidur
merupakan
masalah umum yang mengenai
banyak orang. Gangguan ini dapat
menyebabkan
kesusahan
dan
ketidaknyamanan, fungsi siang hari
terganggu, dan komplikasi serius.
Mekanisme Tidur Pada
Sistem Saraf
Keadaan terjaga atau bangun
sangat dipengaruhi oleh sistem
(Ascending Reticular Activity System:
ARAS). Aktifitas ARAS menentukan
kualitas tidur seseorang. Sistem
ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas
neurotransmiter
seperti
sistem serotoninergik, noradrenergik,
kholonergik,
histaminergik,
dan
hormonal.
Hasil
serotonergik
sangat
dipengaruhi oleh hasil metabolisme
asam amino tryptopan. Dengan
bertambahnya jumlah tryptopan, maka
jumlah serotonin yang terbentuk juga
meningkat, dan akan menyebabkan
keadaan mengantuk atau tidur. Bila
serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya,
maka
terjadi
keadaan tidak bisa tidur/terjaga.
Menurut beberapa peneliti lokasi
yang terbanyak sistem serotogenik
ini terletak pada nukleus raphe
dorsalis di batang otak, yang mana
sangat berhubungan dengan aktifitas
serotonis di nukleus raphe dorsalis
dengan tidur REM.
Sistem Adrenergik juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas tidur.
Sistem adrenergic ini ditentukan oleh
system saraf yang mengandung
norepineprin dan terletak di badan sel
saraf pada batang otak. Kerusakan sel
neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi
penurunan
atau
hilangnya REM tidur. Obat-obatan
yang mempengaruhi peningkatan
aktifitas neuron noradrenergik akan
menyebabkan penurunan yang jelas
pada tidur REM dan peningkatan
keadaan jaga.
Stimulasi jalur kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran
EEG seperti dalam keadaan jaga.
Gangguan aktifitas kholinergik sentral
yang berhubungan dengan perubahan
tidur ini terlihat pada orang depresi,
sehingga terjadi pemendekan latensi
tidur REM.
Hal lain yang tidak kalah
pentingnya
adalah
sistem
histaminergik, yaitu histamine tubuh
yang berpengaruhi kemampuan tidur.
California Media International, Inc Penerbit Kabari