Majalah Digital Kabari Edisi 93 - 2014 | Page 18

KESEHATAN KUALITAS TIDUR MEMPENGARUHI KESEHATAN Dr. Taruna Ikrar University of California, School of Medicine, Irvine, USA T idur merupakan salah satu fungsi penting dari otak, sehingga jika fungsi Tidur terganggu akan menyebabkan masalah pada kesehatan dan kualitas kehidupan secara menyeluruh. Pemahaman tentang proses tidur dan terbangun akan mempengaruhi dalam identifikasi dan klasifikasi berbagai macam gangguan tidur. Tahapan tidur tersebut, didasarkan pada tahapan berikut: Penilaian tahapan tidur secara khusus dengan menggunakan kondisi terbangun menuju tidur, terbagi atas empat tahap tidur, yaitu: non-gerakan mata yang cepat “(Non Rapid eye movement: NREM)”, hingga tahap tidur “(rapid eye movement: REM)”. Pada saat tahapan 1: fase terjaga atau bangun, tonus otot mata biasanya tinggi, dengan gerakan mata yang cepat. Sedangkan pada tahap tidur ditandai dengan gerakan mata bergulir dengan reaktivitas terhadap rangsangan luar tubuh yang menurun, dan mengalami penurunan konsentrasi. Tahap selanjutnya atau tahap 2: dengan menggunakan EEG akan terbaca latar belakang dengan tonus yang rendah sampai sedang dan 18 | KabariNews.com disertai adanya “spindle” tidur pada bacaan EEG nya. Dilanjutkan pada Tahap 3; ditunjukkan dengan adanya amplitudo yang tinggi (0 sampai 2 Hz) frekuensi delta yang menempati 20 persen sampai 50 persen dari latar belakang bacaan EEG. Kemudian Tahap 4 mirip dengan tahap 3, kecuali disertai dengan tonus tinggi dan gelombang delta yang membentuk minimal 50 persen dari hasil bacaan EEG. Tahap 3 dan 4 ini, sering digabungkan dan disebut sebagai tahapan tidur nyenyak. Kondisi tubuh dalam fase tertidur nyenyak, bisa dirasakan dengan: detak jantung dan tingkat pernapasan diperlambat dan teratur. Gangguan tidur merupakan masalah umum yang mengenai banyak orang. Gangguan ini dapat menyebabkan kesusahan dan ketidaknyamanan, fungsi siang hari terganggu, dan komplikasi serius. Mekanisme Tidur Pada Sistem Saraf Keadaan terjaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem (Ascending Reticular Activity System: ARAS). Aktifitas ARAS menentukan kualitas tidur seseorang. Sistem ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik, dan hormonal. Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino tryptopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat, dan akan menyebabkan keadaan mengantuk atau tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/terjaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana sangat berhubungan dengan aktifitas serotonis di nukleus raphe dorsalis dengan tidur REM. Sistem Adrenergik juga sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur. Sistem adrenergic ini ditentukan oleh system saraf yang mengandung norepineprin dan terletak di badan sel saraf pada batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah sistem histaminergik, yaitu histamine tubuh yang berpengaruhi kemampuan tidur. California Media International, Inc Penerbit Kabari