Majalah Digital Kabari Edisi 86 - 2014 | Page 25

KISAH Masih jelas diingatnya, bagaimana ia diperkenalkan dengan bermacammacam ilmu. Tiap hari, selain sekolah, ia juga ikut di banyak kursus dan keterampilan, hingga belajar karate dan kini berhak memakai sabuk hitam. Pendek kata, ia terbiasa aktif dan selalu bersemangat mengejar kemajuan. Tidak ada kata tidak bisa, baginya. Tak heran jika banyak bakat Angel yang kemudian terasah dan mampu menorehkan prestasi yang membanggakan. Semua berakar dari orang tua, kata Angel, tentang pencapaian yang diraihnya saat ini. Dari orang tua ia menyerap nilai-nilai positif, sehingga ia terbiasa untuk berani menjawab tantangan. Pernah dulu, semasa kecil, ia tinggal di Manado, daerah asal ibunya, Sintje Kolang. Diketahui, masyarakat di kota itu mayoritas kulitnya putih, sementara ia mewarisi warna kulit Papanya yang asli Papua. Temantemannya di sekolah tak mau bermain bersama, bahkan mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan. Sebagai anak kecil, tentu Angel sangat sedih. Syukurlah, orang tua lagi yang membesarkan hati dan menegarkan jiwanya. Ayah dan Ibunya menasihati dengan kembali ke ajaran agama yang dianutnya. Mereka mengajak Angel untuk mempraktikkan firman Tuhan yang berbunyi, ‘Jika pipi kananmu ditampar, berikanlah juga pipi kirimu’. Dengan membalas perbuatan tak baik mereka dengan sikap yang baik, mereka pasti berubah. Ternyata benar. Dari situlah tumbuh rasa percaya diri yang tinggi dalam dirinya. Prestasi Demi Prestasi Pengalaman pahit masa lalu bukan alasan untuk menjegal langkah seseorang meraih kesuksesan, demikian orang bijak berkata. Angel pun yakin ada ketentuan yang telah digariskan Tuhan dan wajib diterima dengan penuh syukur. Dari pada tenggelam dalam perasaan negatif, ia pun berbalik menyemangati diri untuk maju. Syukurnya, orang tuanya pandai mengelola kondisi kejiwaan putri mereka. Misalnya, Angel yang ‘tomboi’ diarahkan untuk menggali sisi keperempuanannya dengan memberinya tantangan ikut kompetisi kecantikan. Sang Papa meminta Angel tampil sebagai perempuan yang identik dengan karakter feminin, cantik dan luwes. Ditantang sang Papa, karuan Angel penasaran. Masih diingatnya, katakata ayahnya, ‘Kalau kamu lolos seleksi ‘Puteri Kecantikan’ berarti kamu benar-benar perempuan. Tidak lolos, keluarga kita punya dua anak cowok. Siapa yang tidak tertantang, kata Angel, lalu mendaftar di Dinas Pariwisata, 15 menit menjelang penutupan. Tantangan pertama, menulis makalah dalam bahasa Inggris, dan itu bisa dilaluinya dengan baik sehingga lolos seleksi. Tapi, lanjut Angel, sifatnya yang ‘tomboi’ tak berarti hilang seketika. Pernah saat mobil menjemputnya untuk mengikuti penjurian, ia sedang di atas puncak pohon mangga di depan rumahnya. Tak pelak, supir itu teriak memanggilnya turun. Juga, menjelang malam penjurian ‘Grand Final Puteri Merauke’ itu, ia masih ujian naik sabuk karate. Padahal ia hanya punya 15 menit untuk belajar jalan dengan hak ekstra tinggi. Syukurlah, ia mampu tampil dengan baik, bahkan menang sebagai ‘Puteri Merauke 2007’. Dengan begitu, ia mampu menjawab tantangan ayahnya, bahwa putrinya yang juara II pada Kejuaraan Karate Senior Putri 2007 ini, benar perempuan! Begitulah, prestasi demi prestasi diukirnya, hingga terakhir keluar sebagai Miss Southeast Asia Friendship berkat keramahan dan kecerdasan yang dimilikinya. Sebelumnya, ‘Puteri Merauke’ ini menjadi ‘Puteri Indonesia Papua’, lalu masuk 10 besar di ajang ‘Puteri Indonesia’ dan juga 3 besar ‘Puteri Berbakat’. Saat ini Angel tekun mengikuti kuliah di semester 10 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia. Tetapi kegiatan kuliah ini rupanya belum cukup. Ia masih bergabung di Yayasan Ant Charity, menyalurkan kecintaanya pada sesama dengan mengajar anakanak dari kelompok marginal. Bersama mereka, dapat tertawa, bernyanyi dan berbagi wawasan. Ternyata di sela agenda kuliah, tiap Sabtu dan Minggu, ia bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan nasional. Angel bersyukur, Tuhan memberinya kemudahan dan jalan untuk mencari uang sesuai citacitanya. Dulu semasa kecil ia ingin naik pesawat, mengunjungi tempat-tempat yang indah. Ini kesampaian, bahkan secara gratis ia dapat jalan-jalan ke berbagai tempat berkat profesinya sebagai pramugari. Menengok ke belakang perjalanan hidupnya, Angel bersyukur telah dipersiapkan orang tuanya, terutama sang Papa untuk mandiri dan tidak cengeng. Ia merasakan benar bekal pendidikan yang mereka tanamkan. Kini, setelah papanya wafat pada Desember 2013, ia mampu menjadi tulang p չ