Majalah Digital Kabari Edisi 81 - 2013 | Page 14

utama MEMERANGI PRODUK & Aksi Pemalsuan di Indonesia Indonesia ditengarai menjadi sasaran empuk, menjadi ‘pasar’ produk ‘asli tapi palsu’ alias ‘aspal’. Baik produk aspal yang datang dari luar negeri, maupun yang dibuat di dalam negeri. Jadi, saat ini masyarakat betul-betul diserbu produk aspal dari berbagai penjuru, sampaisampai terdengar anekdot mengatakan, “Zaman serba palsu, sampai cinta pun direkayasa, dipalsukan!” Grafik Terus Meningkat Pada 2012, International Data Cooperation (ID) melansir data, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-11 sebagai negara pembajak software di dunia. Sebanyak 86 persen sof t ware bajakan beredar di Tanah Air dengan nilai kerugian 1,46 miliar dolar AS atau Rp12,8 triliun. Bentuk pembajakan umumnya berupa perbanyakan secara ilegal, penggunaan software tanpa lisensi oleh individu dan p e r u s a h aa n komer sial, s er t a pemasangan software tanpa lisensi oleh penjual hardware. Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan P RODUK PALSU IBARAT SEL K A NK ER YA NG T ERUS MEN YEBAR HINGGA KE PENJURU DUNIA, PUN KE TANAH AIR TERCINTA INI. Sulit dibasmi bila berupaya sendiri-sendiri. “Semua pihak, produsen asli, pemerintah dan masyarakat, mesti merapatkan barisan, bersama-sama menolak praktik maupun barang palsu,” demikian Widyaretna Buenastuti, Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) kepada Kabari. Widyaretna Buenastuti 14 | KabariNews.com “Secara garis besar, Indonesia selalu jadi korban penjualan produk palsu atau produk bajakan dari luar negeri. Kita bisa temukan peredaran barang palsu, yang kebanyakan berasal dari Tiongkok dan Malaysia,” ujar Direktur Penyidikan pada Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM, Mohammad Adri kepada pers beberapa waktu lalu. Setiap bulan Lebih dari 20-30 Karyawan & Experts Ikut membantu Kabari di Amerika dan Indonesia, Quality is Number One, tanpa Copy & Paste