Majalah Digital Kabari Vol: 8 Oktober - November 2007 | Page 40
Prof. Sylvia
Tiwon, Phd,
pengajar Sastra
dan Bahasa
Indonesia di UC
Berkeley
kabari: edukasi
Juliana Wijaya, PhD
bersama mahasiswa
Bahasa Indonesia
kelas mahir di UCLA
Got Bahasa Indonesia?
Sekilas tentang Bahasa Indonesia
di Amerika Serikat
SALAH SATU BUTIR SUMPAH PEMUDA YANG DIIKRARKAN 28 OKTOBER 1928
BERBUNYI “KAMI PUTERA DAN PUTERI INDONESIA MENJUNJUNG BAHASA
PERSATUAN, BAHASA INDONESIA (BI)”.
Uniknya, pemuda pemudi berbeda suku peserta
konggres itu berbahasa Belanda antar sesamanya.
Dalam konggress, mereka sengaja memakai Bahasa
Melayu (BI). Peristiwa ini direkam oleh satu-satunya pers Melayu-Tionghoa, Ken Po. Bahkan,
reporternya, W.R. Supratman, sempat memainkan
biola irama lagu “Indonesia Raya”. Sengaja tidak
dinyanyikan, karena sisa ketakutan sebelumnya,
di mana sidang dihentikan opsir Belanda ketika
peserta menyebut kata “merdeka”.
Orang sering lupa bahwa kesepakatan pemuda
hampir 80 tahun lalu itu berdampak besar buat
perjalanan bangsa Indonesia. Pendeknya, sekarang semua insan dari Sabang sampai Merauke
bisa berkomunikasi dengan BI. Tak terbayangkan
apa jadinya Republik Indonesia tanpa BI. Tanpa
Sumpah Pemuda, bukan tidak mungkin ramburambu di Indonesia sekarang berbunyi Wilkommen
atau Verboden . Bisa-bisa, isi pembicaraan sinetron
kita berbahasa Belanda atau Jawa. Jangan lupa,
majalah ini berbahasa Indonesia, meski beredar luas
di Amerika Serikat (AS).
Dalam suasana Sumpah Pemuda itulah, tulisan ini
mencoba memotret sekilas pengajaran BI di AS.
Menjadi menarik, karena tetap ada orang-orang
yang tertarik belajar BI di negeri berbahasa Inggris, yang menguasai budaya global dengan MTV
atau film Hollywoodnya. Untuk itu saya mengontak
40 | kabari:
Prof. Silvya Tiwon, PhD dari University of California,
Berkeley dan Juliana Wijaya, PhD dari University of
California Los Angeles. Keduanya asal Indonesia
dan mengajar BI di AS.
Sejak tahun 1954 program BI sudah dimulai dengan
berdirinya program studi Asia Tenggara di UC
Berkeley. Saat itu Bahasa Melayu atau BI diajarkan
oleh Prof. Denzel R. Carr, di bawah fakultas Bahasa
Oriental. Saat ini BI masuk sebagai bagian dari
Program Studi Asia Tenggara. Menyusul belakangan, Program Studi Asteng UCLA lahir dibidani oleh
Prof. Anthony Reid. Seiring dengan itu, dibukalah
Program BI tahun 1999 oleh Juliana Wijaya, PhD. BI
merupakan salah satu dari empat Bahasa Asia Tenggara yang ditawarkan. Semula hanya kelas pemula.
Lalu, tahun 2005 ada kelas pemula, menengah dan
mahir.
Tentang animo mahasiswa Amerika, Prof. Tiwon
yang mengajar di Bahasa dan Sastra Indonesia
di Program Paska Sarjana UC Berkeley ini berpendapat bahwa belakangan ini minat belajar
mengenai Indonesia mulai meningkat dalam berbagai bidang. Misalnya Ilmu Politik, Sastra, Ekologi,
Budaya, Anthropologi, Linguistik, Sejarah Kesenian
dan Musik. Bahkan, di jurusan Sastra Inggris mulai
ada pengajar atau mahasiswa yang antara lain
tertarik karena karya besar Pramoedya Ananta Toer.
Karya sastrawan Indonesia kenamaan ini memang
www.KabariNews.com