Majalah Digital Kabari Vol: 7 September - Oktober 2007 | Page 53

Paul Amron Yuwono dan Priskila Mersiawati itu berjalan sukses. Bravo buat panitia tak terkecuali, semua warga dan pecinta masyarakat Indonesia yang turut terlibat acara ini. “Kita beruntung cuaca San Francisco cerah sekali” kata Bapak Yudhistiranto Sungadi, Konsul Jendral RI di San Francisco, yang bersama istri dan staffnya bekerja keras menyukseskan acara ini. Dalam kesempatan terpisah, Pak Yudhis berharap bahwa masyarakat Indonesia dalam waktu dekat bisa membentuk organisasi non-profit yang khusus menangani Indoday setiap tahunnya. Segenap acara Indoday ‘07 beserta penampilan Katon & Ira menyatukan tali rasa dan membawa kita menemukan kembali ke-Indonesiaan kita. Benar kata Pak Tony Lolong, Ketua Panitia Indoday ‘07, “It’s great to be Indonesian” (bangga menjadi bangsa Indonesia). Merdeka! Kabari Oktober: Lebih jauh dengan Katon Bagaskara dan Ira Wibowo ton, membuat semua pihak yang bersangkutan di belakang panggung bertambah sibuk. Acara penyambutan perayaan kemerdekaan RI melalui atraksi-atraksi tarian dan nyanyian yang diadakan di pusat perbelanjaan kota San Francisco Union Square ini cukup sukses. Dari tarian anak-anak dan orangtua grup PADI BaRea, pencak silat yang dilakukan oleh orang bule, grup gamelan yang terdiri dari orangorang bule, nyanyian musik pop grup anak muda, sampai sajian beberapa tarian Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang dibawakan oleh penari-penari Indonesia profesional di Bay Area seperti I Made Moja, Kompiang Metri Davies, Mbak Nini, dan Mbak Debbi. Dan puncak acaranya adalah suguhan lagu-lagu pop Indonesia dari penyanyi ternama Katon Bagaskara yang ditemani sang istri Ira Wibowo. Antrean panjang juga menghiasi warung-warung makanan dari beberapa restoran Indonesia di Bay Area dan kios-kios seni batik, kerajinan tangan, dan lukisan. INDODAY BEHIND THE SCENES, Heboh di Belakang Panggung H EBOH. BEGITULAH SUASANA YANG DIRASAKAN OLEH PARA PANITIA DAN PENGISI ACARA. Hiruk-pikuk dan dentuman speaker datang dari suara penari dan penyanyi yang sedang beraksi di panggung, serta gemuruh tawa dan tepukan tangan penon- Sebagai salah satu pengisi acara dan menari bersama grup PADI BaRea, membuat saya lebih lama bersibuk ria di belakang panggung dan melihat para panitia dan pengisi acara yang lain berlalu-lalang beranjak dari panggung, memasuki panggung. Tua-muda, pria-wanita, dan para anak-anak dari tim pengisi aca- ra dan panitia semua sibuk seperti tak ada hentinya. Mulai dari merias wajah dan rambut oleh para penari, grup pop wanita sedang melatih vokal dan gaya tari, serta para panitia yang terus menerus berteriak dan memberi aba-aba kepada seluruh pihak tim acara. Jarang sekali saya melihat tim panita dan tim pengisi acara beristirahat sambil menikmati makanan lebih dari sepuluh menit. Sepertinya selalu ada saja yang harus dikerjakan. Walaupun acara berjalan lancar di atas panggung, di belakang panggung tidak begitu mulus. Ada saja hal-hal yang tidak diinginkan yang terjadi pada tim panitia atau sesama tim pengisi acara. Contohnya seperti lupa membawa aksesoris, datang terlambat, kesalahan teknis seperti suara speaker tidak jelas atau musik dipasang terlalu cepat, bahkan kesalahpahaman antara tim panitia dan tim pengisi acara. Tetapi semua hambatan ini tidak mematahkan semangat para tim panitia dan tim pengisi acara, karena walau bagaimana pun acara harus tetap berjalan. Dan ini terbukti dengan kesuksesan acara seni kebudayaan Indonesia ini. Akhirnya, para panitia memberi pengisi acara sebuah penghargaan berupa sertifikat, menandakan bahwa mereka telah berpartisipasi untuk membantu merayakan kemerdekaan Indonesia lewat kesenian budaya Nusantara. Tetapi menurut saya penghargaan yang sesungguhnya a