Majalah Digital Kabari Edisi 62 - 2012 | Page 27

[indonesia] Spike, dan Conoco Philips. Produksinya setiap hari 41.057 barrel. Dua terbawah pengahsil minyak besar Indonesia adalah propinsi Jambi dan Papua Barat. Jambi setiap harinya menghasilkan 19.506 barrel dikelola oleh Petrochina, Pearl Oil, dan Conoco Philips. Mereka mengelola Blok Jabung, Bangko, Tungkal dan Jambi Selatan blok B. Sedangkan Papua Barat menghasilkan minyak bumi sebanyak 14.811 barrel per hari, dikelola oleh Pertamina, Petrochina dan British Petroleum. Ketiga perusahaan ini mengelola Blok Tangguh, Salawati Kepala Burung dan Kepala Burung. Saat ini seluruh hasil minyak Indonesia sekitar 912.899 barrel per hari, sedangkan kebutuhan Indonesia adalah 1,3 juta barrel setiap hari. Selebihnya harus di impor dari perusahaan asing yang juga mengambil minyak Indonesia. Suatu keadaan yang ironis. Dari sekian banyak perusahaan minyak di atas, sebagian besar adalah perusahaan asing. Indonesia selalu memperpanjang kontrak dengan perusahaan-perusahaan itu. Blok Cepu misalnya. Grup Exxon yang beroperasi di sana mendapat 45 persen dari minyak yang dihasilkan, Pertamina 45 persen dan 10 persennya adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Mengapa kontrak selalu diperpanjang? Teknologikah? Bukan. Sudah puluhan tahun di Cepu berdiri Akamigas (Akademi Minyak dan Gas), milik Pertamina. Lalu di ITB dan UGM juga ada Jurusan Pertambangan yang menghasilkan tenaga pintar yang siap jadi pengelola. Belum lagi universitas swasta lain seperti Trisakti yang punya lulusan andal. Sebenarnya teknologi minyak sudah dikuasai bangsa ini sejak Belanda pergi dan terjadi nasionalisasi sekitar tahun 1950-an. Pertamina sebenarnya bisa mengelola sendiri karena mereka memiliki teknologi. Permodalan mungkin bisa diatasi karena puluhan bank dalam negeri dapat dengan mudah menyetorkan uang senilai Rp 30 triliun yang dibutuhkan. Dengan gelontoran minyak begitu banyak dan kebutuhan serta harganya yang selalu meningkat, bank mana yang tak mau mengambil keuntungan untuk membantu Pertamina? Jadi apa penyebab kontrak dengan perusahaan asing diperpanjang? Jawabannya adalah, mental para pejabat yang tak mau bersusah payah, dengan mudah menyerahkan kekayaan alam ke pihak asing. “Mental penjajah dan dijajah inilah yang tak bisa lepas dari bangsa ini,” kata mantan Ketua Bappenas Kwik Kian Gie. Bisakah kita mengharapkan Pertamina menjadikan Indonesia sebagai salah satu lumbung minyak dunia dan mampu melakukan pemetaan cadangan minyak baru? Dengan begitu didapatkan data tentang lokasi minyak bumi baru di Indonesia. Tapi itu tentu dengan catatan, mental pejabat yang berwenang mengelola lokasi-lokasi minyak tidak tergadai. Dengan begitu, mungkin tak banyak orang yang makin miskin, karena pemerintah menarik subsidi BBM. Kita tidak seharusnya miskin di negara kita yang kaya. Tapi memang, terlalu banyak ironi di negara ini. n (1002) Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini Klik www.KabariNews.com/?38033 Jual Meterai Indonesia, hubungi 1-800-281-6175 125 Artikel Baru • Ikut www.KabariNews.com Setiap bulan lebih dari 120 artikel baru ditulis untuk www.KabariNews.com dan tidak ada copy dan paste dari media lain. KabariNews.com #62, Apr - Mei 2012 | 27