[indonesia]
Selesai masa
penerimaan CPNS
daerah, dikirimlah
tenaga-tenaga baru
Pengajar Muda Arif bersama anak-anak SDN Tarak,
untuk mengabdi di
Fakfak – Papua Barat
kampung-kampung.
Hebatnya, kampung-kampung sebelah mendapat jatah 1 sampai
2 guru tambahan, sekalipun di sana sudah ada 3 orang guru. Lalu
sekolah kami?
Rasanya tak cukup menampung air mata dan rasa sakit dari
perlakuan ketidak-adilan yang kami rasakan. Inikah takdir Tuhan
yang melahirkan kami di atas pulau mungil di bumi Papua? Jika
iya, bukannya Tuhan akan mengubah suatu kaum jika kaumnya
sendiri mau berubah? Jika kami mau berubah, apakah akan kuat
untuk menerjang gelombang tantangan dunia yang semakin hari
menghimpit pendidikan sebagai landasan perekonomian?
Kawan, tak baik aku mengeluh, apalagi atas nama warga yang sudah
nyata-nyata “di-anak-pungut-kan”. Tabu rasanya membuka penyakit
yang sedang kami derita. Lebih baik katong (kita) baku bagi (saling
membagi) tugas untuk mencari solusinya, melakukan sekecil apapun
tindakan yang berbuah senyuman untuk bangsa.
Kami lahir dengan sejemput darah pejuang. Kami juga terbiasa hidup
di atas gugusan pulau yang terkenal dengan ganasnya gelombang.
Kami sedang dan akan terus berusaha menerjang gelombang
ketidak-adilan, sama seperti nenek moyang yang berperang merebut
kemerdekaan. Kami ingin melunasi janji kemerdekaan yang bercerita
tentang pendidikan. Kami sedang merubah secara bertahap,
memperbaiki setiap sisi kapal kehidupan untuk menyeberang menuju
pulau kesejahteraan.
Belum ada tambahan guru, tak ada keterangan penambahan ruang )