Majalah Digital Kabari Edisi 61 - 2012 | Page 29

[indonesia] Selesai masa penerimaan CPNS daerah, dikirimlah tenaga-tenaga baru Pengajar Muda Arif bersama anak-anak SDN Tarak, untuk mengabdi di Fakfak – Papua Barat kampung-kampung. Hebatnya, kampung-kampung sebelah mendapat jatah 1 sampai 2 guru tambahan, sekalipun di sana sudah ada 3 orang guru. Lalu sekolah kami? Rasanya tak cukup menampung air mata dan rasa sakit dari perlakuan ketidak-adilan yang kami rasakan. Inikah takdir Tuhan yang melahirkan kami di atas pulau mungil di bumi Papua? Jika iya, bukannya Tuhan akan mengubah suatu kaum jika kaumnya sendiri mau berubah? Jika kami mau berubah, apakah akan kuat untuk menerjang gelombang tantangan dunia yang semakin hari menghimpit pendidikan sebagai landasan perekonomian? Kawan, tak baik aku mengeluh, apalagi atas nama warga yang sudah nyata-nyata “di-anak-pungut-kan”. Tabu rasanya membuka penyakit yang sedang kami derita. Lebih baik katong (kita) baku bagi (saling membagi) tugas untuk mencari solusinya, melakukan sekecil apapun tindakan yang berbuah senyuman untuk bangsa. Kami lahir dengan sejemput darah pejuang. Kami juga terbiasa hidup di atas gugusan pulau yang terkenal dengan ganasnya gelombang. Kami sedang dan akan terus berusaha menerjang gelombang ketidak-adilan, sama seperti nenek moyang yang berperang merebut kemerdekaan. Kami ingin melunasi janji kemerdekaan yang bercerita tentang pendidikan. Kami sedang merubah secara bertahap, memperbaiki setiap sisi kapal kehidupan untuk menyeberang menuju pulau kesejahteraan. Belum ada tambahan guru, tak ada keterangan penambahan ruang )