Majalah Digital Kabari Edisi 61 - 2012 | Page 26

[indonesia] kisah Indra Menagih Janji SBY T ak pupus untuk menuntut keadilan, itulah tekad Indra Azwan yang dibawa dari kota Malang menuju Jakarta. Indra ingin menuntut keadilan dengan menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ini bukan kali pertama pengorbanan seorang ayah yang mencari keadilan untuk putra kesayangannya. Setelah dua kali berjalan kaki dari rumahnya di Jalan Genuk Watu Barat, Gang II No 95, Malang, Jawa Timur menuju Istana Negara, Jakarta, kini pria beranak empat kembali melakukan aksi yang sama. Namun, aksi jalan kaki kali ini tak hanya menuju Istana Negara di Jakarta. Indra berencana mencapai Mekkah, Arab Saudi. Dengan berbekal informasi dan peta perjalanan darat. Indra yakin ia bisa sampai di Tanah Suci bagi umat Islam. “Saya akan mengadu di sana tentang keadilan di tanah air," kata Indra saat beristirahat di SPBU Jalan By Pass Brigjen Dharsono, Cirebon, Sabtu (10/3). Sudah 19 tahun ia menunggu keadilan hukum atas Rizki Andika, putra sulungnya yang tewas ditabrak lari oleh oknum perwira polisi pada tahun 1993 silam. Namun sampai detik ini kasus tabrak lari yang membuat ia harus kehilangan Andika tidak juga diproses. Pelaku pun saat ini masih berkliaran bebas tanpa ada proses hukum yang menjeratnya. Untuk itu, Indra datang kembali untuk menuntut keadilan bagi anaknya dengan menagih janji SBY. Aksi jalan kaki meminta keadilan sudah tiga kali ia lakukan. Aksi pertama dimulai pada 9 Juli 2010 dan tiba di Istana Negara 22 hari kemudian. Aksi kedua dimulai 27 September 2011 melalui jalur selatan. Dan ketiga kalinya dimulai sejak 18 Februari 2012. Sebelumnya, Indra pernah berjuang hingga ke Komnas HAM, sampai akhirnya kasus tabrak lari itu diproses hukum pada 2008, tapi bukan keadilan yang dia dapat, pasalnya sang pelaku dibebaskan dengan alasan kasus kadaluarsa. Malah, saat ini pelaku menjabat di 26 | KabariNews.com lingkungan Polda Jatim. Karena itu, Indra nekat menemui SBY lagi, bahkan ia pun sudah membuat surat wasiat yang ditandatangani dan dicap jempol darah. Dalam surat itu tertulis pesan, jika terjadi sesuatu pada perjalanannya ke Jakarta atau meninggal secara tidak wajar, maka jenasahnya jangan dimandikan atau dikafani. Keluarga diminta menyerahkan jenasahnya ke Istana Negara. “Surat wasiat ini dibuat hanya untuk berjaga-jaga karena saya tidak mau seperti Munir” ujarnya. Kedatangannya bukan hanya ingin menemui SBY, tapi juga akan mengembalikan uang sebesar Rp 25 juta yang delapan bulan lalu diberikan presiden kepadanya. Uang itu sengaja ia kembalikan karena sesungguhnya bukan amplop yang ia inginkan. Indra hanya ingin agar kasus kematian anaknya bisa diproses hukum. Dengan begitu, pelaku penabrakan terhadap anaknya diadili menurut hukum yang berlaku. “Uang dari Kapolda Jatim Rp 2,5 juta sudah saya kembalikan pada 20 Februari kemarin. Sekarang tinggal mengembalikan uang dari presiden,” ujar Indra. Ditanya tentang uang Rp 25 juta yang baru akan dikembalikan tahun ini, pria berjanggut itu mengatakan, ketika itu ia sengaja menerima uang karena ingin mengetahui sejauh mana kesungguhan pemerintah menangani kasus yang menimpa anaknya. q (Pipit) Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37930 Kabari guarantees the lowest ad rate with the best value.