Majalah Digital Kabari Vol: 6 Agustus - September 2007 | Page 8
Pendakian
Merah Putih,
17 Agustusan di Puncak Gunung
BANYAK cara untuk
merayakan 17 Agustusan. Salah satunya
dengan mendaki gunung. Kegiatan pendakian ini adalah cara
lain yang dilakukan
para pecinta alam
dalam mensyukuri
kemerdekaan negeri
kita ini, Indonesia
tercinta. Pendakian
gunung saat 17an
atau pendakian
Merah Putih biasanya
dilaksanakan setiap
tahun secara massal
oleh berbagai kelompok pecinta alam.
Bedanya pendakian
merah putih dengan
pendakian-pendakian lain, kecuali dilaksanakan secara
massal, para pendaki juga membawa bendera merah
putih secara bersama-sama kemudian menggelar upacara pengibaran bendera di puncak gunung.
Upacaranya sendiri dilaksanakan tepat pada 17
Agustus, saat Matahari muncul dari ufuk timur. Seluruh
pendaki pada saat pengibaran hari itu larut dalam kesyahduan yang mendalam, rasa nasionalisme menjulang setinggi gunung yang didaki. Angin kencang dan
hawa dingin yang menusuk tulang seolah tidak mereka
rasakan, semua larut dalam kekhidmatan, kebersamaan,
dan keharuan.
Pendakian Gunung Semeru
Dalam sekali pendakian merah putih, jumlah peserta
dapat mencapai ratusan bahkan ribuan. Tidak ada yang
mengorganisasi mereka. Semua serba spontan, seperti
yang dilakukan beberapa orang dari kelompok pecinta
alam asal Bandung, Wanadri, saat melakukan pendakian
merah putih di Gunung Semeru, Jawa Timur. Begitu
tiba di Ranu Pane, titik awal pendakian, mereka tidak
8 | kabari:
menyangka jumlah pendaki yang juga ingin melakukan
pendakian mencapai ribuan orang.
Di sela-sela persiapan pendakian, salah satu kelompok pecinta alam asal Malang mengumumkan, mereka
membutuhkan tenaga untuk mengangkut bendera
merah putih berukuran 20×10 meter dan secara spontan, seluruh pendaki mengatakan siap membantu. Saat
itu tidak kurang ada 30-an kelompok pecinta alam yang
turut serta, mulai dari kelompok pecinta alam dari kalangan kampus sampai ormas.
Komeng, sebut saja namanya begitu, menuturkan, ”Saat
itu saya melihat kebersamaan yang erat di antara para
pendaki, mereka mau membagi beban dan kegembiraan secara tulus.” Komeng dan beberapa temannya
dari Wanadri termasuk yang membantu mengangkut
bendera berukuran 20×10 meter tersebut. Bendera itu
digulung dan diikat pada sebilah bambu, kemudian
digotong secara bergantian menuju puncak.
Pagi hari sekitar pukul 09.00, mulai dari Ranu Pane,
rombongan secara bergelombang memulai pendakian.
Untuk menghindari penumpukan di satu jalur, rombongan dipecah ke beberapa jalur pendakian. Jalur pembawa bendera tetap melewati jalur konvensional.
Selepas siang rombongan pembawa bendera sampai
di Ranu Kumbolo di ketinggian 2.400 meter. Di Ranu
Kumbolo terdapat danau indah dengan air yang bersih.
Di sini rombongan bersitirahat sejenak dan membekali
diri dengan air danau.
Dari Ranu Kumbolo, para pendaki menuju padang
rumput luas yang bernama Oro-oro Ombo. Selepas dari
Oro-oro Ombo rombongan melewati hutan cemara nan
indah yang bernama Cemoro Kandang.
Pengibaran di Kalimati
Rombongan pembawa bendera saat menjelang malam
sudah mulai kepayahan, memanggul bendera yang
beratnya sekitar 100 kg memang bukan perkara mudah.
Meski diangkat secara bergantian, medan di Gunung
Semeru bukanlah medan yang mudah. Perlu kerjasama,
kesabaran dan kegigihan agar mampu membawa
bendera itu sampai di puncak. “Terus terang meski kami
sering naik gunung, pendakian kali ini seperti memiliki