Majalah Digital Kabari Edisi 59 - 2012 | Page 48

pariwisata P Warkop Pancong, ‘seribu’ Pelanggan ernah makan kue pancong? Kue tradisional yang kini sudah sulit ditemui ini, ternyata masih banyak diminati masyarakat terutama kaum muda. Di Bekasi, tepatnya di Jl Agus Salim, (belakang stasiun Bekasi) ada sebuah warung kopi (warkop) yang sudah sejak tahun 80an menjajakan kue pancong. Jenis makanan ringan tempo dulu ini terlihat memang sederhana dan tidak menarik. Tapi jangan salah, rasanya tidak kalah dengan kueh bolu yang biasa dijual di toko-toko. Dilihat dari bentuknya, kue pancong masih satu jenis dengan kue pukis dan kue rangi, bedanya kue pancong lembut dan berasa gurih. dibangun karena usaha coba-coba ini, kian laris dan terkenal di kawasan Bekasi dan sekitarnya. Warung ini buka 24 jam setiap hari. Lilis, salah satu penerus usaha keluarga ini mengaku setiap hari warungnya dipenuhi pelanggan, apalagi malam hari dan saat akhir pekan, pembeli rela antri sampai jam 12 malam. “Setiap hari ramai, mulai dari anak sekolah sampai tukang becak kalau ngaso (istirahat) ya disini. Kalau malam apa lagi, mereka (pembeli, red.) sampai antri di jalan, ya maklum warungnya sempit,” katanya. Katanya tidak terlalu sulit untuk membuat kue pancong, hanya dibutuhkan bahan terigu, mentega, gula, vanili dan pengembang kue. Semua diramu menjadi satu adonan dan dipanggang dengan cetakan khusus kue pancong. “Ini warung warisan bapak. Dari jaman bapak warung ini juga sudah dikenal orang, makanya sekarang kita anakanaknya gantian ngurus warung ini, karena Warung sederhana ini tidak pernah sepi pelanggan, meski hanya disediakan 2 baris kursi kayu panjang mengelilingi kompor pemangganan, puluhan pelanggan rela antri. Ada dua pelayan yang selalu setia melayani, mereka adalah cucu dari pendiri, sekaligus pemilik warung. Secara turun temurun warung yang awalnya 48 | KabariNews.com Kabari Indonesia dan Kabari A