[indonesia]
maafkan dia,” lanjutnya.
apakah Handoyo serius
melamarnya atau hanya ingin
menghinanya.
Louisa dibesarkan sama
seperti keenam adiknya
yang normal. Tidak dibedabedakan. Satu hal yang
pasti, katanya, ia harus kuat,
karena kalau cengeng akan
dimasukkan ke Yayasan
Pembinaan Anak Cacat
(YPAC). Ia pun masuk ke
sekolah umum hingga berhasil
meraih gelar Sarjana Hukum
sesuai saran ayahnya yang
seorang jaksa. Namun, ia
juga mendapat gelar diploma
komputer seperti yang
didambakannya.
Louisa langsung menolak
dan menutup semua akses
untuk pria itu. Tak putus asa,
Handoyo melamar kembali,
kali itu datang bersama
keluarganya. Tapi begitu
melihat tubuh Louisa, orang
tua Handoyo langsung
menolak. Sampai lima kali
lamaran Handoyo batal, tetapi
berkat kuasa Tuhan, akhirnya
mereka ke pelaminan pada
13 Oktober 2004.
Dua bulan menikah, Louisa mengandung.
Dokter menyarankan untuk mengakhiri
kehamilannya itu karena akan sangat
membahayakan jiwanya. Namun Louisa dan
suaminya yakin Tuhan akan melindungi, lalu
memutuskan untuk mempertahankannya, apa
pun pengorbanannya. Enam bulan lamanya
Louisa hanya berbaring di Rumah Sakit Anak
& Bersalin Harapan Kita, Jakarta di bawah
pengawasan tim dokter yang terdiri dari 7
dokter ahli kandungan.
Bertemu Jodoh Dari Tuhan
Pada usia 20 tahun Louisa merawat bayi
temannya sebagai anak sendiri, yang
dinamainya Maria Rosa Widya Buana. Itu
dilakukannya, karena ia sadar keadaan dirinya
dan tak berani berpikir tentang pernikahan.
Sebaliknya, kepada semua pria, ia sengaja
bersikap sombong, karena takut jatuh cinta.
Tetapi Tuhan Maha Kuasa. Pada 1999
ia bertemu pria asal Surabaya bernama
Handoyo Suryo (48) dalam perjalanan berlibur
ke Bali bersama putrinya. Ia duduk bersisian.
Alkitab yang selalu dibawanya itu terjatuh, dan
Handoyo mengambilkannya. Louisa berlagak
sombong dan menjawab singkat-singkat
pertanyaan Handoyo.
“Mbak kok sombong sih?” Handoyo
menyentilnya, yang langsung mengejutkan
Louisa. Ia baru sadar kalau sikapnya itu telah
melukai hati orang.
Sebagai permintaan maaf, Louisa mau bertukar alamat email
dan nomor telepon. Pertemuan itu berlanjut menjadi hubungan
pertemanan. Keduanya cocok satu sama lain. Tiga tahun berteman,
Handoyo melamar yang membuat Louisa panik luar biasa. Tak tahu
Thinking about Advertising?
Sebuah keajaiban, perut dengan diameter 15
cm yang sempit itu diisi janin. Bolehlah Louisa
cacat, tetapi ia melahirkan bayi perempuan
sehat dan normal sepanjang 42 cm pada 15
Juni 2005. Bayi itu dinamainya Maria Gabriella
Handoyo. Ini peristiwa pertama kali di Tanah
Air sehingga dicatat di MURI (Museum Rekor
Dunia Indonesia) pada Juni 2005 sebagai
wanita pertama Indonesia tinggi 74 cm dapat
melahirkan.
Persalinan Gaby