Majalah Digital Kabari Edisi 59 - 2012 | Page 23

[indonesia] maafkan dia,” lanjutnya. apakah Handoyo serius melamarnya atau hanya ingin menghinanya. Louisa dibesarkan sama seperti keenam adiknya yang normal. Tidak dibedabedakan. Satu hal yang pasti, katanya, ia harus kuat, karena kalau cengeng akan dimasukkan ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC). Ia pun masuk ke sekolah umum hingga berhasil meraih gelar Sarjana Hukum sesuai saran ayahnya yang seorang jaksa. Namun, ia juga mendapat gelar diploma komputer seperti yang didambakannya. Louisa langsung menolak dan menutup semua akses untuk pria itu. Tak putus asa, Handoyo melamar kembali, kali itu datang bersama keluarganya. Tapi begitu melihat tubuh Louisa, orang tua Handoyo langsung menolak. Sampai lima kali lamaran Handoyo batal, tetapi berkat kuasa Tuhan, akhirnya mereka ke pelaminan pada 13 Oktober 2004. Dua bulan menikah, Louisa mengandung. Dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilannya itu karena akan sangat membahayakan jiwanya. Namun Louisa dan suaminya yakin Tuhan akan melindungi, lalu memutuskan untuk mempertahankannya, apa pun pengorbanannya. Enam bulan lamanya Louisa hanya berbaring di Rumah Sakit Anak & Bersalin Harapan Kita, Jakarta di bawah pengawasan tim dokter yang terdiri dari 7 dokter ahli kandungan. Bertemu Jodoh Dari Tuhan Pada usia 20 tahun Louisa merawat bayi temannya sebagai anak sendiri, yang dinamainya Maria Rosa Widya Buana. Itu dilakukannya, karena ia sadar keadaan dirinya dan tak berani berpikir tentang pernikahan. Sebaliknya, kepada semua pria, ia sengaja bersikap sombong, karena takut jatuh cinta. Tetapi Tuhan Maha Kuasa. Pada 1999 ia bertemu pria asal Surabaya bernama Handoyo Suryo (48) dalam perjalanan berlibur ke Bali bersama putrinya. Ia duduk bersisian. Alkitab yang selalu dibawanya itu terjatuh, dan Handoyo mengambilkannya. Louisa berlagak sombong dan menjawab singkat-singkat pertanyaan Handoyo. “Mbak kok sombong sih?” Handoyo menyentilnya, yang langsung mengejutkan Louisa. Ia baru sadar kalau sikapnya itu telah melukai hati orang. Sebagai permintaan maaf, Louisa mau bertukar alamat email dan nomor telepon. Pertemuan itu berlanjut menjadi hubungan pertemanan. Keduanya cocok satu sama lain. Tiga tahun berteman, Handoyo melamar yang membuat Louisa panik luar biasa. Tak tahu Thinking about Advertising? Sebuah keajaiban, perut dengan diameter 15 cm yang sempit itu diisi janin. Bolehlah Louisa cacat, tetapi ia melahirkan bayi perempuan sehat dan normal sepanjang 42 cm pada 15 Juni 2005. Bayi itu dinamainya Maria Gabriella Handoyo. Ini peristiwa pertama kali di Tanah Air sehingga dicatat di MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) pada Juni 2005 sebagai wanita pertama Indonesia tinggi 74 cm dapat melahirkan. Persalinan Gaby