[indonesia]
Ketika
sang istri –
Asminingsihmasih hidup,
Soetandyo
terbiasa
berangkat
berjalan
kaki berdua
karena istri
bekerja di
kampus yang sama. Jarak kampus dan rumahnya sekitar 1 kilometer.
Setelah istrinya meninggal, dia sering memakai sepeda dayung ke
kampus. Tetap sederhana.
Bersahaja namun juga gaul. Dia akrab dengan Facebook, Blackberry
dan Blog. Kadang, kelihatan sering memainkan game di dua
account FBnya. Teman-temannya bermacam-macam. Dia tidak
segan memberi komentar atau menerima komentar dari status yang
dibuatnya. Status-statusnya kadang ringan, kadang berat. GA328
Jakarta-Surabaya delayed, dari etd 19.45 ke 21.15. Bikin mulesssss
Atau: Chelsea-Wigan, akhirnya 1-1. Lawan City (papan atas) bisa
menang, kok lawan Wigan (papan bawah) nggak bisa menang. Yes,
bola itu bundar.
Di masa tuanya,
Soetandyo tak
punya keinginan
berlebihan. Bagi
dia hidup sekarang
lebih nikmat, lebih
bertenaga. “Saya
tak punya majikan
dan tidak punya
anak buah. Sikap
ini sudah saya jalani
sejak dulu, ketika
Nama: Profesor Soetandyo Wignjosoebroto
Istri: Asminingsih (alm), memiliki 3 anak, 5 cucu.
Lahir: Madiun 19 November 1932.
Kuliah: Fakultas Hukum Unair, Mengambil bidang Public
Affair dan Public Administration. 1973 mengambil Socio Legal
Theories and Methods di Srilanka.
Aktivitas:
•
Dosen di Unair sejak 1963. Pendiri Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga – FISIP Unair pada
tahun 1977. Banyak mengajar bidang Sosiologi (Sosiologi
Hukum, Sosiologi Makro dll) Bergelar Profesor dan telah
pensiun.
•
Tahun 1993, Pak Tandyo terpilih menjadi anggota Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Selama
d XH\