Majalah Digital Kabari Edisi 59 - 2012 | Page 20

[indonesia] Ketika sang istri – Asminingsihmasih hidup, Soetandyo terbiasa berangkat berjalan kaki berdua karena istri bekerja di kampus yang sama. Jarak kampus dan rumahnya sekitar 1 kilometer. Setelah istrinya meninggal, dia sering memakai sepeda dayung ke kampus. Tetap sederhana. Bersahaja namun juga gaul. Dia akrab dengan Facebook, Blackberry dan Blog. Kadang, kelihatan sering memainkan game di dua account FBnya. Teman-temannya bermacam-macam. Dia tidak segan memberi komentar atau menerima komentar dari status yang dibuatnya. Status-statusnya kadang ringan, kadang berat. GA328 Jakarta-Surabaya delayed, dari etd 19.45 ke 21.15. Bikin mulesssss Atau: Chelsea-Wigan, akhirnya 1-1. Lawan City (papan atas) bisa menang, kok lawan Wigan (papan bawah) nggak bisa menang. Yes, bola itu bundar. Di masa tuanya, Soetandyo tak punya keinginan berlebihan. Bagi dia hidup sekarang lebih nikmat, lebih bertenaga. “Saya tak punya majikan dan tidak punya anak buah. Sikap ini sudah saya jalani sejak dulu, ketika Nama: Profesor Soetandyo Wignjosoebroto Istri: Asminingsih (alm), memiliki 3 anak, 5 cucu. Lahir: Madiun 19 November 1932. Kuliah: Fakultas Hukum Unair, Mengambil bidang Public Affair dan Public Administration. 1973 mengambil Socio Legal Theories and Methods di Srilanka. Aktivitas: • Dosen di Unair sejak 1963. Pendiri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga – FISIP Unair pada tahun 1977. Banyak mengajar bidang Sosiologi (Sosiologi Hukum, Sosiologi Makro dll) Bergelar Profesor dan telah pensiun. • Tahun 1993, Pak Tandyo terpilih menjadi anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Selama d XH\