Majalah Digital Kabari Edisi 54 - 2011 | Page 26

ke Indonesia menggunakan jalan udara. Di mana kegiatan perdagangan terlihat hanya melalui cargo-cargo di Bandara. “Terbanyak sih saya melihat di pelabuhan Dili. Sepertinya barang-barang itu dari Surabaya,” katanya. Artis Indonesia masih sering manggung di TL terlalu jauh. Artinya berlaku untuk orangorang yang bertempat tinggal di sekitar perbatasan, seperti para petani NTT yang punya tanah di TL itu. Berlaku juga untuk mereka yang memiliki kerabat di Timor Leste dan berkunjung secara berkala bila ada upacara kematian. Selain itu penduduk sekitar juga memanfaatkan untuk perdagangan skala kecil. PLB tidak berlaku untuk warga yang tinggal jauh dari perbatasan. Perdagangan Semarak Antusiasme pelintas batas antara Indonesia-Timor Leste di empat pintu utama kedua negara naik terus sejak pertengahan 2010 lalu. Pejabat NTT mengatakan, tingginya antusiame itu katanya, karena warga sudah bisa menggunakan PLB. Padahal sebelumnya harus membayar visa sebesar 30 dolar atau sekitar Rp 300 ribu lebih untuk keluar masuk. “Warga mengaku senang karena sudah bisa menggunakan PLB,” katanya. Di perbatasan, Tesia tak hanya menemukan kemudahan dalam masuk ke Timor Leste. Dia juga mendapati kegiatan dagang di perbatasan ramai sekali. “Banyak sekali truk yang mengangkut sembako dan beberapa orang berdagang di sana,” katanya. Ini pertamakali baginya melihat kegiatan perdagangan antara Indonesia dan Timor Leste di perbatasan. Sebelumnya dia lebih banyak pergi Dia juga menyaksikan perdagangan illegal seperti penjualan bensin dan minyak tanah. Harga bensin di TL lebih mahal. “Di sana sekitar $1.- seliter bensin. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya 4500 rupiah saja,” katanya. Jadi tak heran kita banyak menjumpai pedagang dari Surabaya dan Makassar di wilayah itu. Memang banyak yang telah berubah di TL. Awal pasca merdeka, pemerintah TL berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia antara lain dengan menetapkan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari Australia sebagai “balas budi” atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum. Selain itu pemerintah Timor Timur merubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste (RDTL) dan mengadopsi mata uang dolar Amerika Serikat sebagai mata uang resmi. Untuk jangka pendek, perubahan mata uang jadi dolar itu mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia. Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung pada pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi NTT. Australia pernah mencoba menguasai distribusi barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi gagal, karena terlalu mahal dan kurang dikenal rakyat Timor Leste. Negara ini memiliki potensi terhadap minyak dan gas, namun mereka menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang sangat berat dari rakyat, karena kondisi ekonomi rakyat khususnya di daerah-daerah pedalaman yang masih amat miskin. Tapi tak apa. Kondisi itu membuat banyak orang Indonesia di NTT yang semula tak tahu sekarang menjadi tahu cara berdagang. Dan itu menguntungkan mereka. q (Indah) Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37128 Kabari Artikel Nomer • Ikut www.KabariNews.com 26 | KabariNews.com Kabari is the only Indonesian Magazine in the U.S. that uses article numbering technology making it easy to share articles to friends and families. Thank you, Kabari Fans, for sharing Kabari Articles to your friends and families.