ke Indonesia menggunakan
jalan udara. Di mana
kegiatan perdagangan
terlihat hanya melalui
cargo-cargo di Bandara.
“Terbanyak sih saya melihat
di pelabuhan Dili. Sepertinya
barang-barang itu dari Surabaya,” katanya.
Artis Indonesia masih sering manggung di TL
terlalu jauh.
Artinya
berlaku
untuk orangorang yang
bertempat
tinggal
di sekitar
perbatasan,
seperti
para petani NTT yang punya tanah di TL itu. Berlaku juga untuk
mereka yang memiliki kerabat di Timor Leste dan berkunjung secara
berkala bila ada upacara kematian. Selain itu penduduk sekitar juga
memanfaatkan untuk perdagangan skala kecil. PLB tidak berlaku
untuk warga yang tinggal jauh dari perbatasan.
Perdagangan Semarak
Antusiasme pelintas batas antara Indonesia-Timor Leste di empat
pintu utama kedua negara naik terus sejak pertengahan 2010 lalu.
Pejabat NTT mengatakan, tingginya antusiame itu katanya, karena
warga sudah bisa menggunakan PLB. Padahal sebelumnya harus
membayar visa sebesar 30 dolar atau sekitar Rp 300 ribu lebih
untuk keluar masuk. “Warga mengaku senang karena sudah bisa
menggunakan PLB,” katanya.
Di perbatasan, Tesia tak hanya menemukan kemudahan dalam
masuk ke Timor Leste. Dia juga mendapati kegiatan dagang di
perbatasan ramai sekali. “Banyak sekali truk yang mengangkut
sembako dan beberapa orang berdagang di sana,” katanya. Ini
pertamakali baginya melihat kegiatan perdagangan antara Indonesia
dan Timor Leste di perbatasan. Sebelumnya dia lebih banyak pergi
Dia juga menyaksikan perdagangan illegal seperti penjualan bensin
dan minyak tanah. Harga bensin di TL lebih mahal. “Di sana sekitar
$1.- seliter bensin. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya
4500 rupiah saja,” katanya. Jadi tak heran kita banyak menjumpai
pedagang dari Surabaya dan Makassar di wilayah itu.
Memang banyak yang telah berubah di TL. Awal pasca merdeka,
pemerintah TL berusaha memutuskan segala hubungan dengan
Indonesia antara lain dengan menetapkan bahasa Portugis sebagai
bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok
dari Australia sebagai “balas budi” atas campur tangan Australia
menjelang dan pada saat referendum. Selain itu pemerintah Timor
Timur merubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica
Democratica de Timor Leste (RDTL) dan mengadopsi mata uang
dolar Amerika Serikat sebagai mata uang resmi. Untuk jangka
pendek, perubahan mata uang jadi dolar itu mengakibatkan daya
beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi
Indonesia.
Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung pada
pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai
bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi NTT. Australia
pernah mencoba menguasai distribusi barang-barang kebutuhan
sehari-hari tapi gagal, karena terlalu mahal dan kurang dikenal rakyat
Timor Leste. Negara ini memiliki potensi terhadap minyak dan gas,
namun mereka menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang
sangat berat dari rakyat, karena kondisi ekonomi rakyat khususnya
di daerah-daerah pedalaman yang masih amat miskin. Tapi tak apa.
Kondisi itu membuat banyak orang Indonesia di NTT yang semula tak
tahu sekarang menjadi tahu cara berdagang. Dan itu menguntungkan
mereka. q (Indah)
Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini,
Klik www.KabariNews.com/?37128
Kabari Artikel Nomer • Ikut www.KabariNews.com
26 | KabariNews.com
Kabari is the only Indonesian Magazine in the U.S. that uses article numbering technology making it easy to share
articles to friends and families. Thank you, Kabari Fans, for sharing Kabari Articles to your friends and families.