Majalah Digital Kabari Edisi 51 - 2011 | Page 22

[indonesia] profil Dekan Termuda dengan Visi Global S ebelumnya, tak banyak orang tahu tentang Firmanzah. Namun ketika dia terpilih menjadi dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) dia mencuri perhatian banyak pihak. Bagaimanapun, saat pemilihan dekan FE UI di tahun 2009, dia masih berusia 32 tahun. Saat itu, dia harus bersaing dengan calon dekan lainnya yang juga mantan dosennya. Kesempatan kedua, dia mencuri perhatian publik lagi ketika di usia 34 tahun dia berhak menulis namanya dengan Prof Firmanzah PhD di bidang managemen strategis. Lahir tahun 1976. Anak ke 8 dari 9 bersaudara. Firmanzah menghabiskan masa kecil hingga SMA di Surabaya. Ibunya yang buta huruf, membesarkannya sendirian karena sudah bercerai dari suaminya sejak Fiz (sapaan akrabnya) berumur 2 tahun. Namun, Fiz kecil yang saat itu bercita-cita menjadi astronot, tidak berkecil hati. Anak ke-8 dari 9 bersaudara ini mempelajari semangat juang tinggi dari sang ibu. Dia belajar tentang kesetiaan, persahabatan dan kasih sayang dari ibunya, Kusweni. Hal inilah yang membuatnya memiliki falsafah hidup, bahwa rasa kemanusiaan adalah naluri yang paling kuat untuk memenangkan pertarungan dalam hidup. Baginya, pertarungan itu bisa terjadi di mana saja, dan yang membedakan antara yang menang dan yang kalah adalah strategi. Dalam mendidik anak-anaknya, ibunya pun tak menerapkan manajemen belajar yang ketat dan disiplin. Ia diajarkan untuk lebih manajemen hasil bukan manajemen proses. Fiz mengatakan: “Mau belajar seperti apa, terserah. Yang penting, nilainya bagus,“ tambahnya menirukan kata-kata sang ibu. Itulah yang membuatnya 22 | KabariNews.com bisa membaca buku di sela-sela main gundu. Sejak muda, Fiz mengaku sudah mengetahui visinya, yakni menjadi orang yang berguna bagi masyarakat Saat lulus SMA 2 Surabaya, ia memilih Fakultas Ekonomi UI dan lulus dalam waktu 3,5 tahun. Ia pun sempat mencoba dunia asuransi sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali ke bangku kuliah, Setahun kemudian, dia mengambil program S-2 di bidang yang sama dan menyelesaikannya dalam dua tahun. Melanjutkan studi di Universitas Lille di Prancis, merupakan titik balik Fiz mengenal dunia yang lebih luas. Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universtas tersebut. “Ketika mendapatkan beasiswa ke Prancis, itu merupakan perjalanan pertama saya ke luar negeri dan kali pertama pula naik pesawat,” kenangnya. Fiz juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai pada 2005. Karena lulus tercepat di angkatannya, Fiz lantas mendapatkan beasiswa program doktoral dalam bidang manajemen strategis internasional dari University of Pau and Pays De l’Adour dan meraih PhD pada 2005. Ia pun sempat mengajar setahun di Perancis, sebelum dipanggil pulang oleh dekan FE UI saat itu, Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro untuk mengajar di UI. “Padahal, tiga hari sebelumnya, saya baru saja mendapat tawaran menjadi dosen tetap dengan gaji tinggi dan fasilitas lengkap,” ujarnya. Fiz menilai, menetap di Prancis akan menjadikannya dosen terbang di berbagai negara di dunia, antara lain Maroko dan Inggris. Fasilitas perpustakaan universitas yang lengkap juga merupakan surga baginya. Mendapati bahwa kehidupan di Prancis akan terlalu nyaman, ia pun memilih kembali ke Indonesia. “Ada banyak hal yang bisa dilakukan di sini dan itu akan lebih berarti, karena hidup ternyata tidak hanya mencari kenyamanan, “ujar suami Ratna Indraswari ini sambil tersenyum. Ingin jadi wakil Kabari di wilayah Anda? Email [email protected]