[indonesia]
profil
Dekan Termuda
dengan Visi Global
S
ebelumnya, tak
banyak orang tahu
tentang Firmanzah.
Namun ketika dia terpilih menjadi
dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FE-UI) dia
mencuri perhatian banyak pihak.
Bagaimanapun, saat pemilihan
dekan FE UI di tahun 2009, dia
masih berusia 32 tahun. Saat itu,
dia harus bersaing dengan calon
dekan lainnya yang juga mantan
dosennya. Kesempatan kedua,
dia mencuri perhatian publik
lagi ketika di usia 34 tahun dia
berhak menulis namanya dengan
Prof Firmanzah PhD di bidang
managemen strategis.
Lahir tahun 1976. Anak ke 8 dari 9 bersaudara. Firmanzah
menghabiskan masa kecil hingga SMA di Surabaya. Ibunya yang
buta huruf, membesarkannya sendirian karena sudah bercerai dari
suaminya sejak Fiz (sapaan akrabnya) berumur 2 tahun. Namun, Fiz
kecil yang saat itu bercita-cita menjadi astronot, tidak berkecil hati.
Anak ke-8 dari 9 bersaudara ini mempelajari semangat juang tinggi
dari sang ibu.
Dia belajar tentang kesetiaan, persahabatan dan kasih sayang dari
ibunya, Kusweni. Hal inilah yang membuatnya memiliki falsafah
hidup, bahwa rasa kemanusiaan adalah naluri yang paling kuat untuk
memenangkan pertarungan dalam hidup. Baginya, pertarungan
itu bisa terjadi di mana saja, dan yang membedakan antara yang
menang dan yang kalah adalah strategi.
Dalam mendidik anak-anaknya, ibunya pun tak menerapkan
manajemen belajar yang ketat dan disiplin. Ia diajarkan untuk lebih
manajemen hasil bukan manajemen proses. Fiz mengatakan:
“Mau belajar seperti apa, terserah. Yang penting, nilainya bagus,“
tambahnya menirukan kata-kata sang ibu. Itulah yang membuatnya
22 | KabariNews.com
bisa membaca buku di sela-sela main gundu. Sejak muda, Fiz
mengaku sudah mengetahui visinya, yakni menjadi orang yang
berguna bagi masyarakat
Saat lulus SMA 2 Surabaya, ia memilih Fakultas Ekonomi UI dan
lulus dalam waktu 3,5 tahun. Ia pun sempat mencoba dunia asuransi
sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali ke bangku
kuliah, Setahun kemudian, dia mengambil program S-2 di bidang
yang sama dan menyelesaikannya dalam dua tahun.
Melanjutkan studi di Universitas Lille di Prancis, merupakan titik balik
Fiz mengenal dunia yang lebih luas. Ia mendalami bidang strategi
organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universtas tersebut.
“Ketika mendapatkan beasiswa ke Prancis, itu merupakan perjalanan
pertama saya ke luar negeri dan kali pertama pula naik pesawat,”
kenangnya.
Fiz juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam
bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau
and Pays De l’Adour, dan selesai pada 2005. Karena lulus tercepat
di angkatannya, Fiz lantas mendapatkan beasiswa program doktoral
dalam bidang manajemen strategis internasional dari University of
Pau and Pays De l’Adour dan meraih PhD pada 2005.
Ia pun sempat mengajar setahun di Perancis, sebelum dipanggil
pulang oleh dekan FE UI saat itu, Prof Bambang Permadi Soemantri
Brodjonegoro untuk mengajar di UI. “Padahal, tiga hari sebelumnya,
saya baru saja mendapat tawaran menjadi dosen tetap dengan gaji
tinggi dan fasilitas lengkap,” ujarnya.
Fiz menilai, menetap di Prancis akan menjadikannya dosen terbang
di berbagai negara di dunia, antara lain Maroko dan Inggris. Fasilitas
perpustakaan universitas yang lengkap juga merupakan surga
baginya.
Mendapati bahwa kehidupan di Prancis akan terlalu nyaman, ia pun
memilih kembali ke Indonesia. “Ada banyak hal yang bisa dilakukan
di sini dan itu akan lebih berarti, karena hidup ternyata tidak hanya
mencari kenyamanan, “ujar suami Ratna Indraswari ini sambil
tersenyum.
Ingin jadi wakil Kabari di wilayah Anda? Email [email protected]