Majalah Digital Kabari Edisi 50 - 2011 | Page 15

[indonesia] orang, dengan ketuanya, Harini Bambang. Terdapat beberapa orang kader, yang melakukan peningkatan kesadaran lingkungan di tingkat masyarakat serta relawan. Kegiatan kelompok ini bersifat sederhana dan bertujuan agar lingkungan tempat tinggalnya bebas dari sampah dan penuh tanaman. Mereka mendaur-ulang sampah, pengomposan sampah organik, serta menanam pohon. Tak salah jika tahun 1996 UNESCO memilih Banjarsari sebagai lokasi proyek percontohan pengelolaan limbah rumah-tangga, dengan penekanan pada konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dalam kenyataanya mereka juga melakukan 4R (Replanting / penghijauan). Kurangnya dana menghambat kelancaran kegiatan. Anggaran tahunan kegiatan mereka tidak lebih besar dari Rp. 50 juta, meskipun mendapat dukungan dari UNESCO. Namun, pengumpulan dana melalui penjualan produk daur-ulang dan kompos, iuran anggota dan iuran pelatihan telah menjadi sumber pendapatan tetap. Inilah yang membuat kelompok masyarakat ini mampu menopang dirinya sendiri. Untuk melakukan pengembangan kegiatan pengelolaan sampah, sejak 2001, UNESCO dan kampung Banjarsari meminta bantuan Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TLBPPT). Mereka melakukan pembinaan yang berkelanjutan dari aspek teknologi dan manajemen persampahan. Kegiatan utama pengelolaan sampah dimulai dengan pengomposan dan penanaman tanaman obat dan penghijauan lingkungan. Produk kompos dijadikan pupuk tanaman di kebun tanaman obat, pot, dan taman warga. “Dampaknya sangat positif, kampung Banjarsari kini berubah menjadi kampung ramah lingkungan. Sepanjang kampung itu terlihat hijau dan sejuk oleh tanaman yang tumbuh subur di dalam pot grabah, wadah plastik bekas, drum, dan kaleng bekas,” kata Sri Bebassari, peneliti senior masalah sampah BPPT. Kampung Banjarsari tetap melakukan penghijauan dan pengelolaan sampah meski saat ini sudah dilepas oleh UNESCO. Kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah anorganik yang dilakukan mampu menurunkan volume sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hingga 50%. Kegiatan tersebut juga akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menjual kompos, produk daur ulang. Produk daur ulang yang mereka jual adalah taplak meja dari sedotan, bunga plastik, bingkai foto. Selain mengolah sampah, mereka juga menanam tanaman obat untuk penghijauan lingkungan. Awalnya tanaman obat yang ditanam berjumlah 20 jenis dan kini mencapai hingga 150 jenis. Pelatihanpelatihan yang dilakukan telah berhasil melahirkan kader-kader lingkungan baru sebanyak 55 orang (25 wanita dan 30 remaja). Pola hidup masyarakat kini berubah, dimana 60% warga Banjarsari telah mengikuti pola hidup yang sehat dan ramah lingkungan. Usaha dan aktivitas yang dilakukan warga Banjarsari telah membawa wilayah Banjarsari sebagai sekolah dan laboratorium pengelolan sampah terpadu bagi pelajar, tokoh masyarakat, anggota DPR/DPRD, bahkan tamu mancanegara. Pada tahun 2000, Dinas Pariwisata menetapkan Banjarsari sebagai daerah tujuan wisata. Atas kerja keras yang dilakukan, Harini Bambang dinobatkan sebagai penyelamat lingkungan. Kampung Banjarsari sendiri telah menerima banyak penghargaan, diantaranya Kalpataru (2001), Juara II piala Adipura (2007), dan taman gantung di salah satu rumah memenangkan Juara I lomba penghijauan lingkungan permukiman. q (Indah) Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36575 Ingin diumumkan kapan Majalah Kabari tiba? Kabari akan TWEET ke www.Twitter.com/IkutKabari. Silakan follow IkutKabari di Twitter Ingin beli Office Supplies murah meriah? Order Online di www.KabariStore.com KabariNews.com #50, Apr-Mei 2011 | 15