Majalah Digital Kabari Vol: 2 April - Mei 2007 | Page 27

Garin Nugroho Butet Kartarejasa obrolan itulah ia “menemukan” jiwa dan sosok yang akan dibuat potretnya. Bagi Indra memotret individu bukan semata memindahkan realitas fisik subjek. Justru karakter dan sifat subjek itulah yang harus ikut dipindahkan ke bidang dua dimensi yang kita sebut foto. Hal yang sama diterapkan Indra saat memotret sebuah komunitas yang bisa berupa keluarga, kelompok, profesi, atau pimpinan perusahaan. Pendekatan untuk pemahaman karakter dibangun Indra lewat dialog dan penjajakan. “Saya lihat rumahnya atau saya datangi kantornya. Dengan begitu, akan banyak hal yang bisa diserap untuk memberikan karakter bagi kelompok itu,” kata Indra. Sudah begitu banyak orang penting di Indonesia, dan juga dunia, pernah dipotret Indra. Seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo, mantan presiden Filipina Joseph Estrada, mantan Presiden AS George Bush Sr, dan mantan Menlu AS Colin Powell. Dalam kesehariannya fotografi potret adalah bisnis, namun ada foto yang ia cari untuk dirinya sendiri. Hasil foto-foto potret selama 15 tahun itu ia kumpulkan dalam buku “Indonesian Portrait” yang telah diluncurkan baru-baru ini. Bagi Indra, fotografi adalah hal yang teknis. Namun, saat fotografi melibatkan emosi, itu menjadi seni. “Ketika seorang fotografer bilang dia mengambil karakter orang yang dia foto, memang ada benarnya. Tetapi sebenarnya juga kelihatan karakter fotografernya dari foto itu,” kata Indra. (Teks: Pipit, Foto: Indra Leonardi) Gunawan Muhammad Grup AMI kabari: #2, april 2007 | 27