Majalah Digital Kabari Edisi 122 - 2017 | Page 34

34 KISAH Kita ga pernah nanya, itu kan hak masing- masing. Keputusan masing-masing orang untuk menjadi duafa atau fakir miskin. Jadi kita anggap yang makan di situ ya fakir miskin. Kalau ada orang yang sebenarnya mampu tapi makan di situ berarti mendoakan untuk jadi fakir miskin. Kita berpikir positif aja. di 14 titik. Mulai dari Kemang, Bogor, Depok, hingga Blora, Jawa Tengah. Gaw bersyukur melalui program ini, menggerakkan partispasi masyarakat. “Program yang baik itu didukung masyarakat. Di Masjid Raya Bogor sudah kita siapkan food box, jadi siapa saja warga Bogor yang mau  ngisi. Daftar via WhatsApp. Ada yang mau tanggal 1, 2, 3 jadi akhirnya penuh, selama 30 hari. Ini berarti kita berhasil menggerakan partisipasi masyarakat,” tukasnya tersenyum. “Yang mau  ngasih  itu minimal 50 porsi per hari,” sambung Gaw. Program lain yang tak kalah menginspirasi Kabari adalah Ketuk Berkah. “Ketuk Berkah ini kita ingin menghadirkan satu konsep baru, kita  ga  pengen yang namanya orang bagi-bagi sembako tapi kemudian orang duafa  dikumpulin. Nah, kita  ga  pengen kayak gitu. Kita lebih pengen ada cara baru yaitu  datangin aja  satu per satu. Jadi  sudah ketahuan itu tempat lansia, orang duafa, karena hasil survei kawan-kawan. Jam 8 atau 9 malam kita datangi rumahnya, ketuk pintu, bawa sembako. Jadi relawan itu bergerak,  relawan itu mendatangi. Jadi konsepnya seperti itu,” kata Gaw. Yang diberikan adalah sembako dan makanan. “Makanan siap masak, kayak ayam, tempe siap goreng. ® California Media International, Inc DBA Kabari