SERBA SERBI
yang sadar ada yang berubah di sekitar
hidup mereka. Aria melihat antusiasme
gerakan film indie perlu dijaga dan
dirawat, diarahkan diberikan bekal
pengetahuan dari pengalaman akademi
dan studi empiric yang dialaminya.
Melihat gerakan yang membahana Aria
Kusumadewa yang telah lama berada
dalam lingkaran mereka merasa perlu
membuka ruang komunikasi lebih
luas, kongkrit dan terarah. Dalam dua
tahun terakhir setelah meraih Piala
Citra untuk filmnya berjudul identitas,
Aria digelayuti kekhawatiran akan
kesalahan penafsiran gerakan indie film
ini. Menukas pemahaman keliru buru ia
kembali pada konsistensi awal dengan
menyelenggarakan Jambore Nasional
Komunitas Film Indie di Cibubur Bogor.
Sikap dan penafsiran itu ingin segera
diluruskan kembali.
Langkah kongkrit kembali ke hebit
yang membesarkannya tak urung masih
belum sepenuhnya dapat dirangkumnya.
Beberapa komunitas membentuk
pola gerakan dengan “identitas” baru.
Komunitas Film Indie merupakan aset
yang berpotensi melakukan transaksi
untuk memenuhi harapan dalam karya
dan profesi. Dalam beberapa peristiwa
gerakan ini mulai menjadi organisasi
profesi dan melegitimasi dengan
melebur kedalam pola manuver untuk
mencari posisi disektor formal yang
selama ini justru menjadi pemicu dan
aspirasi dalam kebersamaan. “Gerakan
ini sudah keluar dari independency,
membangun
batas
pemisahnya
sendiri” jelas Aria Kusumadewa,
disadari atau tidak beberapa komunitas
menjadi pesaing antar komunitas
dan tidak lagi bersaing dalam karya.
Persaingan telah bergeser. Aria
menyatakan proses alami ini sedang
diuji, “Kita akan melihat endingnya,
dan bagian dari spirit indie kita wajib
membiarkan proses itu berjalan”, itu
sikapnya.
Kabarinews.com
Gerakan konsisten pada
kebebasan berkarya
Tidak menepis realitas yang terjadi,
sebagai jawaban Aria mulai menata
jaringan yang hampir 1000 komunitas
di seluruh Indonesia untuk melakukan
kegiatan yang lebih kongkrit. Kegiatan
yang difasilitasi oleh Propinsi Jawa
Barat melahirkan kegiatan pelatihan
dan berakhir dengan festival film indie
nasional. Dalam berbagai pertemuan
saat melakukan roadshow kebeberapa
kota se-Jawa Barat ternyata masih
begitu besar animo anak-anak muda
yang terus berkarya secara kolektif
tanpa lelah dan tanpa mengeluh.
Aria Kusumadewa yang terlahir
27 September 1963, menjadi figur
yang mewakili perjalan seutuhnya
kiprah dalam profesi dan karya di zona
kebebasan. Dengan karya-karya Beth,
Novel Tanpa Huruf R, Identitas dan
karya-karya film pendek karyanya telah
memberi warna tersendiri khasanah
dunia film Indonesia, di luar mainstream
yang hingar bingar. Dalam kesendirian
secara fisik, gagasan yang mengalir
justru bagian dari kegaduhan jiwanya.
Film bagi Aria Kusumadewa bagian
dari jiwanya kemana ia pergi. Bahwa
kebebasan itu memberi juga kemuliaan
dari kerja kerasnya, bukanlah hal yang
setimpal yang ingin dicarinya. Masih ada
dunia lain di sisinya yang sesungguhnya
mampu memenuhi syahwat duniawi
untuk mencapai lebih dari apa yang
dinikmatinya sekarang, dan bukan itu
tujuan hidupnya.
Independensi adalah spirit, itu
harus menjadi keyakinan setiap sineas
muda, keteguhan dan konsistensi
berada dalam lingkungan komunitas
film indie itu sendiri untuk menciptakan
wajah baru dalam film Indonesia, babak
baru arah perfilman dengan memaknai
nilai kebebasan itu sendiri. Ketika
kebebasan itu sudah menjadi bagian
tak terpisahkan, kreatifitas dinilai oleh
|43
ruang dan waktu, Tapi kebebasan
adalah harga mati setiap sineas indie,
karena di sana kebebasan itu telah
menembus batas, ruang, waktu bahkan
pikiran kita sendiri. (1021)
Film dari Aria Kusumadewa
Kabari