Majalah Digital Kabari Edisi 109 - 2016 | Page 43

SERBA SERBI yang sadar ada yang berubah di sekitar hidup mereka. Aria melihat antusiasme gerakan film indie perlu dijaga dan dirawat, diarahkan diberikan bekal pengetahuan dari pengalaman akademi dan studi empiric yang dialaminya. Melihat gerakan yang membahana Aria Kusumadewa yang telah lama berada dalam lingkaran mereka merasa perlu membuka ruang komunikasi lebih luas, kongkrit dan terarah. Dalam dua tahun terakhir setelah meraih Piala Citra untuk filmnya berjudul identitas, Aria digelayuti kekhawatiran akan kesalahan penafsiran gerakan indie film ini. Menukas pemahaman keliru buru ia kembali pada konsistensi awal dengan menyelenggarakan Jambore Nasional Komunitas Film Indie di Cibubur Bogor. Sikap dan penafsiran itu ingin segera diluruskan kembali. Langkah kongkrit kembali ke hebit yang membesarkannya tak urung masih belum sepenuhnya dapat dirangkumnya. Beberapa komunitas membentuk pola gerakan dengan  “identitas”  baru.  Komunitas Film Indie merupakan aset yang berpotensi melakukan transaksi untuk memenuhi harapan dalam karya dan profesi. Dalam beberapa peristiwa gerakan ini mulai menjadi organisasi profesi dan melegitimasi dengan melebur kedalam pola manuver untuk mencari posisi disektor formal yang selama ini justru menjadi pemicu dan aspirasi dalam kebersamaan. “Gerakan ini sudah keluar dari independency, membangun batas pemisahnya sendiri”  jelas Aria Kusumadewa, disadari atau tidak beberapa komunitas menjadi pesaing antar komunitas dan tidak lagi bersaing dalam karya. Persaingan telah bergeser. Aria menyatakan proses alami ini sedang diuji,  “Kita akan melihat endingnya, dan bagian dari spirit indie kita wajib membiarkan proses itu berjalan”, itu sikapnya. Kabarinews.com Gerakan konsisten pada kebebasan berkarya Tidak menepis realitas yang terjadi, sebagai jawaban Aria mulai menata jaringan yang hampir 1000 komunitas di seluruh Indonesia untuk melakukan kegiatan yang lebih kongkrit. Kegiatan yang difasilitasi oleh Propinsi Jawa Barat melahirkan kegiatan pelatihan dan berakhir dengan festival film indie nasional. Dalam berbagai pertemuan saat melakukan roadshow kebeberapa kota se-Jawa Barat ternyata masih begitu besar animo anak-anak muda yang terus berkarya secara kolektif tanpa lelah dan tanpa mengeluh. Aria Kusumadewa yang terlahir 27 September 1963, menjadi figur yang mewakili perjalan seutuhnya kiprah dalam profesi dan karya di zona kebebasan. Dengan karya-karya Beth, Novel Tanpa Huruf R, Identitas dan karya-karya film pendek karyanya telah memberi warna tersendiri khasanah dunia film Indonesia, di luar mainstream yang hingar bingar. Dalam kesendirian secara fisik, gagasan yang mengalir justru bagian dari kegaduhan jiwanya. Film bagi Aria Kusumadewa bagian dari jiwanya kemana ia pergi. Bahwa kebebasan itu memberi juga kemuliaan dari kerja kerasnya, bukanlah hal yang setimpal yang ingin dicarinya. Masih ada dunia lain di sisinya yang sesungguhnya mampu memenuhi syahwat duniawi untuk mencapai lebih dari apa yang dinikmatinya sekarang, dan bukan itu tujuan hidupnya. Independensi adalah spirit, itu harus menjadi keyakinan setiap sineas muda, keteguhan dan konsistensi berada dalam lingkungan komunitas film indie itu sendiri untuk menciptakan wajah baru dalam film Indonesia, babak baru arah perfilman dengan memaknai nilai kebebasan itu sendiri. Ketika kebebasan itu sudah menjadi bagian tak terpisahkan, kreatifitas dinilai oleh |43 ruang dan waktu, Tapi kebebasan adalah harga mati setiap sineas indie, karena di sana kebebasan itu telah menembus batas, ruang, waktu bahkan pikiran kita sendiri. (1021) Film dari Aria Kusumadewa Kabari