SERBA SERBI
Cerita Harry Chou
MEMASOK FURNITURE
DI AMERIKA
Untuk menonton video, memberi
komentar dan sharing artikel ini,
klik KabariNews.com/78963
Didirikan pada 1998 silam, kini American Furniture Manufacture, Inc milik Harry Chou tumbuh dengan pesat.
Tahun lalu Harry saja ia menggarap kurang lebih 70 hotel di Amerika Serikat, dari hotel skala besar maupun
kecil. Puaskah dengan kesuksesannya itu? “Kalau merasa puas, kita akan berhenti memperbaiki diri. Untuk itu,
kita mesti pasang target lebih tinggi,” katanya, berharap dapat memasok mebel ke pasar hotel yang lebih luas.
B
anyak orang menanyakan kenapa Harry
Chou (53) yang awalnya merupakan seorang
arsitek dari Surabaya lantas berubah haluan
menggeluti bisnis furnitur di Amerika Serikat. Bukan hal
sulit untuk dijawab. Harry hanya mengatakan semua itu
suratan takdir yang telah ditentukan oleh Yang Maha
Kuasa.
Harry mengawali American Furniture Manufacture,
Inc saat krisis moneter di Indonesia pada 1997, yang
diwarnai dengan huru hara setahun kemudian.
“Sebenarnya tidak ada keinginan untuk pindah ke
AS. Tetapi berhubung paman saya kebetulan di Lippo
Group memohonkan melalui lotere, saya mendapatkan
Greencard, lalu baru pindah ke AS. Pertama datang
saya, lalu empat bulan kemudian keluarga menyusul,”
kata Harry kepada KABARI beberapa waktu lalu di Hotel
Borobudur, Jakarta.
Setelah hijrah ke AS, Harry mulai mengembangkan
American Furniture Manufacture, Inc. Awalnya, mulai dari
usaha kecil-kecilan di San Fransisco. Selama beberapa
tahun perusahaannya hanya memasok seperangkat
furnitur yang khusus digunakan di rumah tangga. Tapi
64 | Kabari - USA
pada 2004 lalu, American Furniture Manufacture, Inc
telah merambah jadi pemasok ke dunia furnitur khusus
perhotelan, restoran, dan rumah sakit.
“Sekarang kami tidak hanya menggarap khusus
furnitur saja, melainkan juga membuat lampu, marmer,
mebel, kursi, karpet dan lainnya” katanya.
Harry mengatakan untuk lampu, kursi dan furnitur
banyak didatangkan dari Tiongkok.
Namun mulai
tahun 2011 mulai masuk kayu-kayu dari Indonesia. Dia
mempunyai alasan memilih Tiongkok, alih-alih bukan
ingin mendapatkan bahan baku yang murah melainkan
negeri yang dijuluki tirai bambu ini unggul dalam waktu dan
urusan menyelesaikan furnitur dibandingkan Indonesia.
Hanya saja saat pemerintah ingin menggalakkan eskpor
produk lokal, Harry berupaya menjawabnya dengan
membawa kayu-kayu dari Indonesia untuk produksi
furnitur.
Dalam membuat furniturnya, Harry bekerja sama
dengan beberapa desainer di AS. Akan tetapi itu tidak
menghilangkan ilmu Arsitek yang sebelumnya dia
geluti. Ilmu arsitek tetap membantunya menjalankan
bisnis, sebab menurunya, jika menerima spesifikasi dari
® California Media International, Inc DBA Kabari