Majalah Digital Kabari Edisi 102 - 2015 | Page 66

SERBA SERBI Cerita Harry Chou MEMASOK FURNITURE DI AMERIKA Untuk menonton video, memberi komentar dan sharing artikel ini, klik KabariNews.com/78963 Didirikan pada 1998 silam, kini American Furniture Manufacture, Inc milik Harry Chou tumbuh dengan pesat. Tahun lalu Harry saja ia menggarap kurang lebih 70 hotel di Amerika Serikat, dari hotel skala besar maupun kecil. Puaskah dengan kesuksesannya itu? “Kalau merasa puas, kita akan berhenti memperbaiki diri. Untuk itu, kita mesti pasang target lebih tinggi,” katanya, berharap dapat memasok mebel ke pasar hotel yang lebih luas. B anyak orang menanyakan kenapa Harry Chou (53) yang awalnya merupakan seorang arsitek dari Surabaya lantas berubah haluan menggeluti bisnis furnitur di Amerika Serikat. Bukan hal sulit untuk dijawab. Harry hanya mengatakan semua itu suratan takdir yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Harry mengawali American Furniture Manufacture, Inc saat krisis moneter di Indonesia pada 1997, yang diwarnai dengan huru hara setahun kemudian. “Sebenarnya tidak ada keinginan untuk pindah ke AS. Tetapi berhubung paman saya kebetulan di Lippo Group memohonkan melalui lotere, saya mendapatkan Greencard, lalu baru pindah ke AS. Pertama datang saya, lalu empat bulan kemudian keluarga menyusul,” kata Harry kepada KABARI beberapa waktu lalu di Hotel Borobudur, Jakarta. Setelah hijrah ke AS, Harry mulai mengembangkan American Furniture Manufacture, Inc. Awalnya, mulai dari usaha kecil-kecilan di San Fransisco. Selama beberapa tahun perusahaannya hanya memasok seperangkat furnitur yang khusus digunakan di rumah tangga. Tapi 64 | Kabari - USA pada 2004 lalu, American Furniture Manufacture, Inc telah merambah jadi pemasok ke dunia furnitur khusus perhotelan, restoran, dan rumah sakit. “Sekarang kami tidak hanya menggarap khusus furnitur saja, melainkan juga membuat lampu, marmer, mebel, kursi, karpet dan lainnya” katanya. Harry mengatakan untuk lampu, kursi dan furnitur banyak didatangkan dari Tiongkok. Namun mulai tahun 2011 mulai masuk kayu-kayu dari Indonesia. Dia mempunyai alasan memilih Tiongkok, alih-alih bukan ingin mendapatkan bahan baku yang murah melainkan negeri yang dijuluki tirai bambu ini unggul dalam waktu dan urusan menyelesaikan furnitur dibandingkan Indonesia. Hanya saja saat pemerintah ingin menggalakkan eskpor produk lokal, Harry berupaya menjawabnya dengan membawa kayu-kayu dari Indonesia untuk produksi furnitur. Dalam membuat furniturnya, Harry bekerja sama dengan beberapa desainer di AS. Akan tetapi itu tidak menghilangkan ilmu Arsitek yang sebelumnya dia geluti. Ilmu arsitek tetap membantunya menjalankan bisnis, sebab menurunya, jika menerima spesifikasi dari ® California Media International, Inc DBA Kabari