Listrik
68
Muh. Nuh. Menristek
masalah, demand (kebutuhan listrik)
Kalimantan tidak sebesar Pulau Jawa.”
Batan saat ini tengah menyusun
dua skenario pembangunan PLTN yang
akan ditawarkan pada pemerintah.
Skenario pertama, untuk memasok
kebutuhan listrik nasional Batan
merekomendasikan membangun PLTN
yang mampu membangkitkan listrik
antara 1.000 MW hingga 2 ribu MW.
Skenario kedua, PLTN dengan daya
pembangkit lebih kecil. “Kalau hanya
untuk kebutuhan Bangka tidak sampai
200 MW. Skenario dua bisa jadi hanya
untuk pemenuhan (kebutuhan listrik)
Bangka,” kata Djarot.
Kendati bakal membawa tawaran
lokasi hanya di Pulau Bangka,
Djarot mengaku, lembaganya tetap
melanjutkan studi terhadap lokasi
lainnya yang sudah lebih dulu di
kerjakan lembaganya. Dua lokasi itu
berada di Semenanjung Muria Jawa
Tengah, serta Banten. “Opsi tetap kita
buka karena keputusan itu ada di
tangan pemerintah,” kata Djarot.
Sementara Surveyor Indonesia,
pelaksana studi kelayakan tapak PLTN
menyatakan, PLTN layak dibangun
Pulau Bangka
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
istimewa
Padamnya jaringan listrik di daerah
mereka tak kenal waktu, siang hari atau
malam. Namun belum ada solusi dan
upaya dari mereka yang menyatakan
tak setuju dengan pembangunan
PLTN. “Kalau mereka menolak harus
memberikan solusi karena dalam hal
mengatasi krisis listrik ini kami ingin
adanya solusi bukan penolakan,” cetus
Rajik.
“Masyarakat se-Kecamatan
Simba setahu kami tidak ada yang
menolak dan yang menolak itu adalah
masyarakat di luar Simpang Rimba. Kita
setuju lantaran krisis listrik,” tandasnya.
Kepala Badan Tenaga Atom
Nasional Djarot Sulistio Wisnubroto
menyatakan, lembaganya pada tahun
ini akan menuntaskan studi kelayakan,
termasuk studi tapak, bakal lokasi PLTN
di Pulau Bangka. “Awal tahun depan
kami sudah submit ke pemerintah
pusat. Terserah pemerintah untuk
memutuskan apakah ini akan berlanjut
atau tidak. Batan hanya sekadar
membantu melaksanakan studi
kelayakan,” katanya di Bandung, Kamis,
5 September 2013.
Menurutnya, Pulau Bangka akan
menjadi satu-satunya daerah yang
akan ditawarkan kepada pemerintah
pusat untuk lokasi pembangunan PLTN
pertama di Indonesia.
Djarot mengungkapkan sejumlah
pertimbangan lembaganya
memilihkan Pulau Bangka untuk bakal
lokasi PLTN. Di antaranya, Pulau Bangka
merupakan daerah stabil yang memiliki
kemungkinan kecil menghadapi
bencana gempa bumi. Alasan lainnya,
pulau itu relatif dekat dengan Jawa
dan Sumatra-dua pulau yang memiliki
kebutuhan enerji listrik terbesar di
Indonesia.
Kelak, dengan penempatan PLTN di
pulau itu, akan dikembangkan koneksi
listrik yang menghubungkan Bangka,
Sumatera, dan Jawa. “Nanti satu saat
ada jaringan dari Bangka ke Sumatera,
dan Sumatera ke Jawa. Idenya seperti
itu,” kata Djarot.
Lokasi kedua yang jadi
pertimbangan Batan adalah Pulau
Kalimantan karena seluruh pulau itu
berada di daerah yang relatif stabil.
“Prioritas kedua bisa jadi Kalimantan.
Karena kita belajar dari (bencana nuklir
di) Fukushima (Jepang); pemilihan
tapak itu sangat berpengaruh untuk
menghindari tsunami, gempa, dan
sebagainya,” kata Djarot. “Tapi yang jadi