Geo Energi januari 2014 | Page 55

Tabel 1. Perbandingan berbagai bahan baku biodiesel (Teresa M. Mata et al., 2010) Bahan Baku Kandungan lipid (%/bobot biomassa) Yield minyak (L/ha/tahun) Lahan yang digunakan (m2 tahun/kg biodiesel) Produktivitas biodiesel (kg biodiesel/ ha/tahun) Jagung 44 172 66 152 Kedelai 18 636 18 562 Jarak 28 741 15 656 Canola 41 974 12 809 Bunga Matahari 40 1070 11 946 Castor 48 1307 9 1156 Kelapa Sawit 36 5366 2 4747 Mikroalga (rendah lipid) 30 58700 0.2 51927 Mikroalga (medium lipid) 50 97800 0.1 86515 Mikroalga (tinggi lipid) 70 136900 0.1 121104 campuran biodiesel yang dihasilkan dari beberapa spesies mikroalga. Dalam hal kekayaan sumber daya hayati, bisa dibilang Indonesia adalah juara dunia, termasuk keragaman spesies mikroalga. Eksplorasi megabiodiversitas alam Indonesia untuk mendapatkan spesies mikroalga potensial penghasil biodiesel mutlak dilakukan agar proses produksi biodiesel berbahan baku mikroalga layak secara tekno-ekonomi dan berkelanjutan. Dengan begitu, target Pemerintah untuk mengurangi atau bahkan meniadakan impor solar bisa tercapai. Tidak hanya itu, pencampuran biodiesel ke solar bahkan bisa ditingkatkan dari 10% menjadi 15 atau mungkin 20% dengan produksi mandiri. Keuntungan Menggunakan Mikroalga sebagai Bahan Baku Biodiesel Tidak hanya unggul telak dari sisi produktivitas bila dibandingkan dengan bahan baku lain, penggunaan mikroalga untuk produksi biodiesel juga membawa berbagai keuntungan di antaranya adalah: • Penggunaan lahan untuk perbanyakan mikroalga relatif sangat kecil bila dibandingkan tanaman lain. Sebagai perbandingan, mikroalga dengan 30% kandungan lipid hanya membutuhkan lahan seluas 1 m2 untuk memroduksi 5.9 liter biodiesel per tahun, sementara untuk menghasilkan liter biodiesel per tahun yang sama dari k elapa sawit membutuhkan lahan seluas 10 m2. • Produksi biodiesel dari mikroalga tidak bersaing dengan produksi bahan pangan, karena perbanyakan mikroalga dapat dilakukan pada lahan yang tidak layak ditanami tanaman, termasuk tanaman untuk bahan pangan, seperti kelapa sawit ataupun kedelai. • Selain menghasilkan biodiesel, produksi dari mikroalga juga bisa ditujukan untuk mendapatkan produk lainnya, EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014 seperti protein, biopolimer, karbohidrat dan residu biomassa yang juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk ataupun untuk produksi biogas. • Mikroalga mampu memfiksasi gas karbon dioksida (CO2) yang ada di atmosfer Bumi. Hal tersebut akan mengurangi jumlah CO2 yang ada di atmosfer yang selama ini dikenal sebagai gas rumah kaca atau penyebab utama pemanasan global yang telah menjadi masalah negara-negara dunia. 1 kilogram biomassa mikroalga kering dapat memfiksasi 1.8 kg gas CO2. • Produksi massal biodiesel dari mikroalga tidak menyebabkan terjadinya deforestasi, karena, seperti telah disebutkan di atas, perbanyakan mikroalga dapat dilakukan pada lahan yang tidak layak ditanami tanaman. Rasanya uraian di atas sudah cukup menjelaskan potensi yang dimiliki mikroalga sebagai bahan baku biodiesel. Namun, Swastika Praharyawan, MSi, Apt Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bagaimana dengan aplikasi produksi skala besarnya? Apakah layak secara tekno ekonomi? Studi terbaru yang dilakukan oleh Nagarajan et al. (2013) menyatakan bahwa produksi biodiesel berbahan baku mikroalga membutuhkan biaya sekitar USD$ 0.42 – 0.97 per liter. Angka itu tentunya belum disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, tetapi dapat dijadikan kisaran untuk menilai secara kasar kelayakan produksi biodiesel dari mikroalga. Sebenarnya, angka itu masih bisa “digoyang” jika produksi biodiesel dari mikroalga diiringi dengan produksi komoditi lain yang juga dihasilkan dari mikroalga yang sama, sebut saja antioksidan, protein, karbohidrat, biopolimer ataupun biogas. Kesemua produk sampingan tersebut memiliki nilai ekonomis tersendiri yang dapat dioptimalkan untuk membuat proses produksi biodiesel mikroalga menjadi lebih layak. Tabel 2. Perbandingan karakteristik fisiko-kimia petrodiesel dengan biodiesel dari mikroalga Scenedesmus incrassatulus dan kelapa sawit (Martha TAP et al. & M. Mofijur et al., 2013) Karakteristik Petrodiesel Biodiesel Mikroalga Scenedesmus incrassatulus Biodiesel Kelapa Sawit Densitas pada 15oC (kg/m3) 850 803 864.42 Viskositas kinematis pada 40oC (cSt) 2.6 3.78 4.5 Calorific value (MJ/kg) 45.5 41 36.8 Cetane number 40-55 62 54.6 Stabilitas oksidasi, 110 o C (jam) - 19 10.3 Cloud point (oC) -20 9 16 Pour point (oC) -35 3 15 Cold filter plugging point (oC) -25 -4 12 55