Kolom
Potensi Mikroalga
sebagai Bahan
Baku Biodiesel
Swastika Praharyawan, MSi, Apt
Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
S
ejak 4 Paket Kebijakan Ekonomi
disampaikan pemerintah bulan
Agustus 2013 lalu, geliat produksi
biodiesel di negeri ini semakin
terasa. Langkah pemerintah untuk
memperbesar porsi penggunaan biodiesel
dalam campuran solar semakin digalakkan
dengan mendorong para produsen biodiesel
untuk meningkatkan kapasitas produksinya,
sehingga target untuk mencampur biodiesel
ke solar sebesar 10% dapat tercapai.
Di tengah gencarnya usaha peningkatan
produksi biodiesel itu, muncul keraguan
berbagai kalangan, apakah biodiesel
berbahan baku minyak kelapa sawit (crude
palm oil atau CPO) mampu bertahan?
Keraguan itu muncul bukan tanpa alasan,
realisasi produksi biodiesel pada kuartal
ketiga 2013, ternyata hanya mencapai 50.1%
dari target yang ditetapkan sebesar 1.2 juta
kiloliter. Banyak yang menganggap minyak
kelapa sawit bukanlah bahan baku (feedstock)
yang tepat untuk produksi biodiesel. Sebut
saja isu lingkungan atau deforestasi dalam
pembukaan lahan penanaman sawit,
ditambah lagi isu harga yang ditawarkan
pemerintah tidak kompetitif mengingat
harga CPO ke depan diprediksi akan terus
meningkat mencapai Rp 11000/kg. Kalau
dipaksakan, kebijakan biodiesel dari sawit
dikhawatirkan akan mandeg, karena
produsen lebih memilih untuk mengekspor
CPO dibandingkan mengubahnya menjadi
biodiesel.
54
Biodiesel dari Mikroalga
Kalau kita sudah tahu tentang besarnya
potensi mikroalga sebagai bahan baku
biodiesel, maka pertanyaan yang kemudian
muncul adalah apakah biodiesel yang
dihasilkan sebaik biodiesel sawit? Pada
dasarnya, minyak nabati yang tinggi
kandungan asam lemak C16-C18 masuk
kriteria awal untuk dapat dijadikan bahan
bakar biodiesel. Nah, pada umumnya,
mayoritas kandungan minyak dalam
mikroalga adalah asam lemak C16-C18.
Atas dasar hal itulah kemudian mikroalga
dianggap potensial sebagai bahan baku
biodiesel.
Banyak penelitian yang dilakukan guna
mengaji lebih jauh karakteristik biodiesel
berbahan baku mikroalga, salah satunya
biodiesel yang dihasilkan dari mikroalga
Scenedesmus incrassatulus (Martha TAP et al,
2013). Hasilnya, jika dibandingkan dengan
biodiesel dari kelapa sawit, maka biodiesel
dari mikroalga Scenedesmus memiliki
karakteristik yang lebih baik dengan nilai
cetane number (CN) sebesar 62, sementara
CN biodiesel kelapa sawit dan Petrodiesel
adalah 54.6 dan 40-55, secara berturut-turut.
CN solar Pertamina saja hanya sebesar 48 dan
Pert ֖