Geo Energi januari 2014 | Page 54

Kolom Potensi Mikroalga sebagai Bahan Baku Biodiesel Swastika Praharyawan, MSi, Apt Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia S ejak 4 Paket Kebijakan Ekonomi disampaikan pemerintah bulan Agustus 2013 lalu, geliat produksi biodiesel di negeri ini semakin terasa. Langkah pemerintah untuk memperbesar porsi penggunaan biodiesel dalam campuran solar semakin digalakkan dengan mendorong para produsen biodiesel untuk meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga target untuk mencampur biodiesel ke solar sebesar 10% dapat tercapai. Di tengah gencarnya usaha peningkatan produksi biodiesel itu, muncul keraguan berbagai kalangan, apakah biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO) mampu bertahan? Keraguan itu muncul bukan tanpa alasan, realisasi produksi biodiesel pada kuartal ketiga 2013, ternyata hanya mencapai 50.1% dari target yang ditetapkan sebesar 1.2 juta kiloliter. Banyak yang menganggap minyak kelapa sawit bukanlah bahan baku (feedstock) yang tepat untuk produksi biodiesel. Sebut saja isu lingkungan atau deforestasi dalam pembukaan lahan penanaman sawit, ditambah lagi isu harga yang ditawarkan pemerintah tidak kompetitif mengingat harga CPO ke depan diprediksi akan terus meningkat mencapai Rp 11000/kg. Kalau dipaksakan, kebijakan biodiesel dari sawit dikhawatirkan akan mandeg, karena produsen lebih memilih untuk mengekspor CPO dibandingkan mengubahnya menjadi biodiesel. 54 Biodiesel dari Mikroalga Kalau kita sudah tahu tentang besarnya potensi mikroalga sebagai bahan baku biodiesel, maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah biodiesel yang dihasilkan sebaik biodiesel sawit? Pada dasarnya, minyak nabati yang tinggi kandungan asam lemak C16-C18 masuk kriteria awal untuk dapat dijadikan bahan bakar biodiesel. Nah, pada umumnya, mayoritas kandungan minyak dalam mikroalga adalah asam lemak C16-C18. Atas dasar hal itulah kemudian mikroalga dianggap potensial sebagai bahan baku biodiesel. Banyak penelitian yang dilakukan guna mengaji lebih jauh karakteristik biodiesel berbahan baku mikroalga, salah satunya biodiesel yang dihasilkan dari mikroalga Scenedesmus incrassatulus (Martha TAP et al, 2013). Hasilnya, jika dibandingkan dengan biodiesel dari kelapa sawit, maka biodiesel dari mikroalga Scenedesmus memiliki karakteristik yang lebih baik dengan nilai cetane number (CN) sebesar 62, sementara CN biodiesel kelapa sawit dan Petrodiesel adalah 54.6 dan 40-55, secara berturut-turut. CN solar Pertamina saja hanya sebesar 48 dan Pert ֖