Geo Energi januari 2014 | Page 47

Geo energi/ sarwono mengeluarkan SIM,” tandas Budi. Kebijakan demi kebijakan yang terasa tidak realistis inilah yang kemudian mendorong organisasi profesi pertambangan, seperti IAGI dan Perhapi untuk membentuk Komite Kebijakan Nasional Mineral dan Batu Bara. Budi, yang merupakan salah satu dari 16 orang di Indonesia yang menyandang gelar sebagai CPI (Competent Person Indonesia, ahli pertambangan yang kompeten di bidangnya, -red), didapuk sebagai ketua. Menurut Budi, komite ini hadir untuk membantu pemerintah dalam mengkaji secara konseptual maupun filosofis kebijakan Minerba yang akan ditetapkan. “Terkait kebijakan hilirisasi tersebut, saat ini pemerintah sedang menyusun hukum, dan Perhapi dilibatkan. Komite ini akan memberi usulan-usulan ke pemerintah,” ujarnya. Dalam tujuan yang lebih luas, Budi berharap komite yang dipimpinnya saat ini mampu menyediakan platform yang dapat menjadi referensi antar-kementerian. “Jadi, masalah tambang tidak berbenturan dengan (Kementerian) Kehutanan. Tambang tidak lagi berbenturan dengan industri, lingkungan atau teknologi,” harapnya. Jika kebijakan-kebijakan pemerintah mampu mendorong nilai tambah industri Minerba, Budi yakin, sektor pertambangan bisa menjadi salah satu sektor unggulan Indonesia. Budi punya mimpi bahwa industri Minerba mampu membuat industri lain berkembang, sebagaimana industri luar angkasa dan militer mampu membuat Amerika dan Inggris menjadi negara-negara terdepan. “Jika kebijakan nasional kita tepat, industri pertambangan bisa menjadi unggulan. Riset-riset dalam bidang Minerba dari berbagai universitas nasional diterapkan. Dengan begitu, Indonesia bisa punya banyak ahli pertambangan. Contohlah, Inggris yang tidak punya tambang, tetapi punya banyak tenaga ahli penambangan,” tuturnya memberikan perbandingan. G EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014 47