sudah punya 9 sedangkan Pertamina
13. Nah, sekarang Pertamina rajin
mengurusi minyak sementara PGN
urus gas. Jadi, tangan saya ada dua,
satu Pertamina satu PGN,” ungkap dia,
memancing tepuk tangan Hendi Prio
Santoso sebagai tuan rumah acara.
Pernyataan Jero Wacik yang sangat
mengapresiasi PGN tentu saja disambut
hangat Hendi Prio. Pria setengah baya
ini sepertinya paham betul sinyal hijau
yang dikirimkan Menteri Jero. “Seperti
yang diamanatkan pemerintah, PGN
memang diarahkan untuk percepatan
konversi BBM ke gas. PGN akan
membuka seluruh jaringan di seluruh
Indonesia. Kita siap bekerjasama
dengan pihak swasta maupun BUMN.
Bahkan, termasuk Pertamina,” papar
Hendi kepada GEO ENERGI usai acara.
Hubungan Pertamina dan PGN
belakangan memang renggang karena
isu merger PGN-Pertagas. Diketahui,
Pertagas adalah anak perusahaan
Pertamina yang bergerak di sektor gas.
Menanggapi wacana merger tersebut,
Hendi yang sebelumnya irit bicara
mendadak terbuka. “PGN dan Pertamina
itu kan sama-sama milik negara, jadi
saya kembalikan ke pemerintah.
Semua tergantung pemerintah. Tapi
kan PGN yang badan usaha milik
negara kalau yang satunya (Pertagas)
kan anak perusahaan BUMN, dan itu
perusahaan biasa. Masa perusahaan
biasa mengakuisisi perusahaan negara?
Seharusnya dibalik dong,” ujar Hendi
sembari tertawa kecil.
Bukankah PGN juga tidak seratus
persen milik negara? “PGN itu milik
rakyat kok, pemegang saham setelah
pemerintah itu kan di antaranya
Jamsostek dan Taspen. Tapi sekali lagi,
semuanya tergantung pemerintah.
Yang pasti, PGN diberikan amanah
untuk mendukung konversi BBM ke
gas,” Hendi menegaskan.
Adu Kuat Dua Saudara
Upaya merger PGN dan Pertagas
berdampak pada melorotnya harga
saham PGN di lantai bursa. Menurut
Kepala Riset Trust Securities Reza
Priyambada, sejak munculnya isu
tersebut pada pertengahan November
2013, harga saham Pertagas dengan
kode emiten PGAS cenderung
melemah. Dalam sebulan terakhir,
saham PGAS terpantau turun 6,63
persen. Reza mengatakan, penyebab
utama pelemahan saham BUMN gas
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
itu memang karena terbawa sentimen
negatif dari pergerakan indeks harga
saham gabungan (IHSG) yang juga
tertekan. “Tetapi, adanya wacana
merger dan akuisisi dari Pertagas
juga ikut menjadi bumbu pelengkap
pelemahan saham PGAS,” ujarnya dalam
Diskusi Pakar di Kantor Bisnis Indonesia,
Kamis (19/12/2013).
Reza memaparkan, pelaku pasar
khawatir terhadap kinerja PGN jika
merger itu terjadi. Seberapa besar nilai
tambah yang diperoleh ketimbang
beban yang akan muncul bila aksi
merger sudah dilakukan. “Apakah nanti
justru akan ada beban tambahan yang
harus diemban oleh PGN. Itu yang
dikhawatirkan pelaku pasar sehingga
memberi sentimen negatif terhadap
pergerakan sahamnya,” ungkapnya.
Karenanya, Reza menilai lebih baik
PGN-Pertagas membentuk perusahaan
patungan (joint venture) atau kerjasama
dalam pengelolaan gas di Indonesia.
“Sebaiknya Pertamina & PGN fokus
pada usaha masing-masing. Pertamina
fokus meningkatkan kegiatan eksplorasi
gas, PGN dapat menyediakan sarana
infrastrukturnya. Atau jika ingin
bekerjasama mungkin lebih baik
membentuk joint venture,” tuturnya.
Senada dengan Reza, rencana
akuisisi Pertagas terhadap PGN juga
dinilai belum tepat oleh Peneliti
Pusat Studi Universitas Gajah Mada
(UGM) Fahmy Radhi. Alasannya, PGN
memiliki aset yang jauh lebih besar
dibandingkan Pertagas. Tak hanya
itu, PGN juga dianggap memiliki
rekam jejak dan kemampuan yang
lebih banyak di sektor gas. “Menjadi
anomali jika Pertagas mencaplok PGN,
karena PGN punya aset yang lebih
besar jika dibanding aset Pertagas.
Untuk itu rencana akuisisi janganlah
dilaksanakan, karena belum pantas
untuk dilaksanakan,” ujar Fahmy.
Fahmy menjelaskan, jika Pertagas
memiliki keinginan yang berat
untuk menjalankan akuisisi PGN,
maka Pertamina harus menyediakan
dana minimal sebesar Rp 70 triliun
atau setara 56,97% dari total saham
PGN. Untuk itu, daripada Pertamina
mengeluarkan dana banyak untuk
mengakuisisi PGN, lebih baik Pertamina
menambah pipa-pipa yang dimiliki oleh
Pertagas.
Di pihak lain, kalangan pengamat
menilai ketegasan pemerintah
sebagai regulator mutlak diperlukan
terkait kebijakan open access pipa
gas. Diketahui, retaknya hubungan
Pertamina dan PGN berawal dari pro
kontra penerapan open access. Bila
open access diterapkan, PGN tidak
lagi menjadi sebagai distributor
tunggal untuk kebutuhan gas industri
dan rumah tangga. “Kebijakan open
access bukan hanya sekadar hitunghitungan kolaborasi tapi bagaimana
penerapannya agar infrastruktur
gas yang ada dapat memberikan
manfaat yang sangat besar baik
terhadap ekonomi maupun bagi akses
masyarakat terhadap energi dan gas,”
kata Komadi Notonegoro, pengamat
migas dari Reforminer Institute.
Menurut Komadi, seharusnya jika
investasi awal pipa gas sudah kembali
dan secara teknis masih bisa dipakai,
ini semakin mempertegas open
access bisa diterapkan tanpa alasan
apapun. “Jangan melihat celah untuk
membatalkan ini, karena tidak ada yang
dirugikan dengan kebijakan tersebut.
Toh keuntungan dari pemilik pipa masih
bisa didapat dari toll fee,” tuturnya.
Untuk itu, sambung Komaidi,
peran pemerintah sebagai pembuat
regulasi semestinya harus dipertegas
yakni berani melaksanakan UU
Migas, Peraturan Menteri ESDM yang
mengamanatkan open access tanpa
membedakan pipa baru atau lama.
“Artinya kebijakan open access harus
diterapkan di semua jaringan pipa gas
tanpa membeda-bedakan sehingga
menjadi celah untuk menggagalkan
kebijakan ini,” ujar dia.
Sebelumnya, ihwal ketidakrukunan
PGN dan Pertamina melalui Pertagas
diakui Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Menurut Dahlan, kedua perusahaan
BUMN ini kerap bersinggungan karena
berada di lahan bisnis yang sama. “Jadi
Kementerian BUMN kan tahu kalau
mereka dari dulu kurang rukun,” ungkap
Dahlan di Jakarta, Kamis (28/11/2013).
Sebenarnya, Dahlan sudah
berencana mengundang jajaran
dire ksi kedua perusahaan tersebut
untuk mencari solusi yang terbaik.
Akan tetapi, rencana Dahlan hingga
ujung tahun sepertinya belum
terlaksana. Jajaran direksi kedua
perusahaan masih sibuk dengan
pekerjaan masing-masing. “Besoklah,
akan dibahas semua termasuk skema
restrukturisasi. Saya akan dengarkan
dulu. Pokoknya tidak akan ada emosi
di situ,” Dahlan berjanji. G
31