Geo Energi januari 2014 | Page 25

Pertamina Humas Kikir ala Mundakir Oleh Ishak Pardosi istimewa S iapa yang tidak kenal dengan Ali Mundakir. Pria paruh baya ini adalah corong informasi PT Pertamina (Persero) sesuai jabatannya sebagai Vice President Corporate Communication. Karena menjadi corong inilah, ia tak pelit membagi-bagi kontak komunikasi kepada siapa saja. Di body surat elektronik, terpampang jelas nomor handphone, email, serta alamat kantor lengkap dengan kode ekstensi. Demikian juga di kartu namanya, semua saluran informasi tertera di sana. Sangat mungkin, jika ia punya nomor HT (handy talky) atau saluran nge-break, akan dicantumkan pula di sana. Gaya bicaranya tegas dan lugas. Ada semangat optimisme yang terpancar di wajahnya. Terutama saat menguraikan apa saja yang telah dicapai Pertamina. Sebaliknya, ia akan bungkam jika ada pertanyaan kritis yang dilontarkan kepadanya. Ali Mundakir kerap bernada tinggi jika awak media menanyakan sesuatu yang dinilainya menyerempet Pertamina. “Anda mengerti UU-nya tidak. Semangat UU-nya kan membuat seperti itu. Kalau Pertamina sendiri itu milik negara. Tanya saja ke DPR, kenapa UUnya dibuat seperti itu. Bukan kemauan Pertamina seperti itu,” demikian Ali Mundakir menjawab pertanyaan GEO ENERGI, terkait pengelolaan Pertamina mirip perusahaan swasta. Menurutnya, Pertamina tunduk pada UU BUMN yang mengharuskan perusahaan mencari laba. EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014 Ali juga dikenal kikir informasi. Itu terbukti ketika GEO ENERGI berusaha menanyakan seputar ekspansi dan pembangunan gedung tinggi Pertamina. Pesan singkat, telepon, maupun surat elektronik yang dikirimkan kepadanya, tak satupun yang berbalas. Padahal, keterangan dari Ali sangat diperlukan sebagai penyeimbang pemberitaan. Tersumbatnya komunikasi perusahaan milik negara ini juga diakui mantan Dirut Pertamina Ari Soemarmo. Di zaman Ari, semua direksi diperkenankan berbicara kepada pers asalkan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Tidak ada yang melarang untuk berbicara. “Kalau memang salah ngomong, lalu kenapa?” ujar Ari kepada GEO ENERGI. Berbeda dengan saat ini yang cenderung menempatkan Ali Mundakir di garda terdepan. “Dan anehnya, Ali Mundakir ini terkesan sok jago. Pernah dalam satu seminar saya diundang sebagai pembicara bersama anggota DPR dan pejabat di SKK Migas. Sedangkan dari Pertamina, yang diutus adalah Ali Mundakir. Ini kan tidak selevel. Apa direksi Pertamina takut dicopot jabatannya kalau tampil di publik?” kritik Ari. Virus kikir informasi yang bersemayam di tubuh Mundakir tampaknya telah menyebar ke manamana. Darmawan Prasodjo, pengamat energi yang biasanya kritis, berbalik haluan 180 derajat. Entah apa yang terjadi pada Darmo ini. Dalam satu kesempatan di Balikpapan pertengahan Desember 2013, GEO ENERGI mencoba mengajak bicara soal jeroan Pertamina yang belakangan ini begitu ambisius melakukan ekspansi. Maklum, Darmo sebelumnya getol mengkritisi Pertamina. Namun apa yang terjadi, Darmo tak bersedia berkomentar. Dia malah menyatakan kegalauan hatinya. “Aduh Pak, saya gak berani ngomong soal Pertamina, nanti saya dimarahi Pak Ali Mundakir,” katanya kepada GEO ENERGI. Begitulah Pertamina, BUMN yang seharusnya terbuka kepada siapa saja, Kepala Humasnya justru membatasi diri. Hak publik untuk tahu, terkebiri. Sumber-sumber kritis yang bisa dimintai perimbangan, mungkin dijinakkan. Barangkali, Ali Mundakir ada baiknya belajar dari Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro atau Kepala Humas PT Total EP Indonesie Kristanto Hartadi. Keduanya dikenal sangat terbuka pada pers. Elan dan Kristanto akan tetap santai menanggapi sekeras apapun pertanyaan wartawan. Kalau memang tidak bersedia memberikan komentar, keduanya sering melontarkan ucapan No Comment atau Off the Record. Keduanya juga sangat terbuka memberikan informasi melalui pesan singkat, telepon, maupun surat elektronik. Lain halnya dengan Mundakir, saluran informasi telah dipublikasikan secara terbuka, sayang tak ada yang bisa dihubungi. Jangan sampai Pertamina gagal mendunia gara-gara humasnya kikir seperti Mundakir. G 25