Laporan Utama
ke luar negeri untuk akuisisi-akuisisi
ini akan menggunakan utang kembali
melalui penerbitan surat utang global
(Global Bonds). Pada Mei 2013, BUMN ini
menjual global bonds senilai US$ 3,25
miliar atau setara Rp 30,8 triliun. Obligasi
diterbitkan dalam dua seri, dengan
Malaysia. Petronas pernah belajar jadi
perusahaan minyak nasional (Nasional
Oil Company/NOC) dari PT Pertamina
(Persero). Tapi kini, Petronas mampu
menjadi perusahaan migas raksasa
dengan memberikan kontribusi sangat
besar kepada pemerintahnya.
16
Karen Agustiawan, Direktur Utama
Pertamina
Pada tahun 2012, Petronas mampu
menyetor dana ke Pemerintah Malaysia
hingga Rp 190 Triliun, jauh lebih tinggi
daripada sumbangan Pertamina ke
pemerintah Indonesia Rp 7,7 triliun. Pada
2012, total laba Pertamina sekitar 25,89
triliun. Sumbangan Petronas itu setara
40% Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Malaysia. Bandingkan
dengan setoran Pertamina yang hanya
1,6% dari total APBN Indonesia.
Pengamat Ekonomi Energi,
Darmawan Prasodjo, PhD,
mengingatkan, pada periode 2012
Pertamina jauh ketinggalan dibanding
perusahaan sejenis di negara lain. Pada
periode tersebut, BUMN migas Malaysia,
Petronas, mencatatkan kenaikan
pendapatan hingga 700% alias tujuh kali
lipat dibanding 2011. Angka yang sama
ditorehkan Petrobras, raksasa energi
Brasil yang juga mencatatkan kenaikan
pendapatan hingga tujuh kali lipat.
“Menilik ini, ada kesalahan sistemik
yang terjadi di Pertamina, karena
Petronas itu sumber daya migasnya
hampir mirip dengan Indonesia.
Potensinya hampir mirip, tapi kok bisa
tujuh kali lipat. Jelas, ada yang salah
dengan Pertamina,” kata Darmawan,
kepada GEO ENERGI, di Balikpapan,
Kalimantan Timur, Kamis, 19 Desember
2013.
Bila dibanding perusahaanperusahaan sejenis dari negara lain,
Pertamina masih kecil. (lihat tabel
Capital Expenditur 5-10 tahun).
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
istimewa
masing-masing bernilai US$ 1,625 miliar.
Mantan Direktur Utama Ari
Soemarno mengkritik pedas alokasi
dana untuk ekspansi ini berasal dari
utang. “Perlu diingat juga, modal
untuk mengakuisisi blok Aljazair itu
juga menggunakan dana hasil global
bond yang berjumlah US$ 4 miliar. Dan
anehnya, global bond itu kan sudah
menganggur dua tahun. Sedangkan
bunga per tahunnya mencapai US$
200 juta. Itu bukan jumlah yang sedikit.
Sehingga, investasi di luar negeri
itu harus betul-betul dimanfaatkan
Pertamina. Harus dipastikan dulu apakah
lapangan itu masih ekonomis atau tidak,”
kata Ari, kepada GEO ENERGI, Senin, 30
Desember 2012.
Bila tak dihitung cermat, hal ini
akan menimbulkan beban besar bagi
Pertamina, yang berujung pada cashflow
yang tidak sehat. Menurut Ari, Pertamina
harus bisa mengukur diri. Jangan
sampai, niat besar dibuntuti dengan
beban yang makin besar yang tidak
efisien.
Boleh saja Pertamina mengejar
ketinggalan dari kompetitor sekaligus
mantan murid: Petronas. Namun, tetap
harus diukur dengan kemampuan yang
memadai. Dari sisi keuangan, Pertamina
juga masih kalah jauh dibanding
Petronas, BUMN migas milik Negeri Jiran
geo energi/ sarwono
Tahun 2013 Pertamina menargetkan
laba sekitar US$ 3,05 miliar atau sekitar
Rp 33,5 triliun. Sementara tahun 2014
Pertamina memasang target laba bersih
sebesar US$ 3,44 miliar (Rp 37,8 triliun)
yang akan diperoleh dari pertumbuhan
agresif semua lini dari hulu hingga
hilir. Pertamina juga menargetkan
pertumbuhan aset konsolidasi sebesar
US$ 52,6 miliar atau naik sekitar 13% dari
tahun ini.
Laba itu masih harus disetorkan
ke negara sebesar 2/3 dari total
keuntungan. Jelas, angka ini tidak
sebanding dengan rencana-rencana
besar Pertamina.
Sementara dari sisi kewajiban,
utang Pertamina sudah menggunung.
Ikhtisar laporan keuangan Pertamina
2012 menunjukan, rasio utang terhadap
modal (Debt to Equity Ratio / DER), pada
tahun 2012 sudah mencapai 67,05%.
Jumlah DER 2012 ini naik dari 2011 yang
sebesar 55,15%, 42,43% (2010), 27,25%
(2009), dan 15,45% (2008).
Pada 2012, rasio utang jangka
pendek Pertamina terhadap modal
(Short Term to Equity Ratio) mencapai
27%, naik dari periode 2011 yang
sebesar 24,18%, 18,5% (2010), 10,39%
(2009), dan 8,35% (2008).
Utang Pertamina akan bertambah
besar, mengingat pembiayaan ekspansi