Garuda Indonesia Colours Magazine September 2016 | Page 79
Explore | Flavours
77
© Will Meyrick and Herlia Adisasmitav
Terletak di timur Sumbawa,
sekitar satu jam dari Bali
lewat pesawat, segala
yang ditawarkan Sumba:
pemandangan alam yang
masih asli, budaya yang indah
dan hidangan sederhana yang
lezat akan membuat Anda
bersyukur bahwa tempat
ini masih menjadi rahasia
di antara para wisatawan.
Saya menginjakkan kaki di Pulau Sumba
untuk menjajal hidangan khas dari tempat
dengan budayanya yang menarik serta
mencoba menginap di hotel terbaik
dunia versi majalah Travel + Leisure.
Nihiwatu, di tepi Laut Timor, adalah
sebuah kemewahan di tengah tanah purba.
Didirikan di tahun 1989, resor yang kerap
memenangkan penghargaan ini (satusatunya di pulau ini) diam-diam telah
berkembang menjadi salah satu tujuan
legendaris para peselancar andal dan
pelancong penyuka petualangan dari
seluruh dunia.
Berdiri di tengah alam pulau yang cantik
dengan keindahan bukitnya yang berbatu,
resor ini adalah tempat liburan favorit
bagi penyuka kemewahan bernuansa alam.
Pemilik asli Nihiwatu, Claude Graves
asal Amerika, mendirikan properti ini
bersama Yayasan Sumba (sumbafoundation.
org) dengan visi untuk melindungi dan
melestarikan budaya Sumba yang unik,
serta memberdayakan komunitas lokal agar
dapat mandiri dan juga mendukung keluarga
mereka. Resor ini telah mempekerjakan lebih
dari 90% warga Sumba lokal, sebuah tim
yang menjunjung semangat hospitality.
Panorama Sumba sungguh luar biasa,
tapi tanahnya kering, dan jenis pertanian
yang berkembang di sini menggambarkan
kurangnya asupan air di tanahnya. Warga
Sumba menanam jagung dan ubi, serta
menggembala kerbau. Mereka tinggal di
rumah panggung beratap jerami, saling
berbagi dan hidup seperti yang dilakukan
oleh nenek moyang mereka selama
bertahun-tahun; mereka juga masih
menggunakan jasa kuda untuk transportasi,
dan mengurbankan kerbau saat perayaan
syukuran hasil bumi dan laut.
Walau terdapat keluarga bangsawan, tradisi
penyembahan leluhur, kain tenun nan indah
dan kekayaan berdasarkan jumlah kuda yang
dimiliki, makanan di Sumba ternyata cukup
simpel namun bergizi, dengan menonjolkan
Panorama Sumba
sungguh luar biasa, tapi
tanahnya kering, dan
jenis pertanian yang
berkembang di sini
menggambarkan
kurangnya asupan air
di tanahnya.
rasa alami dari bahan-bahan yang digunakan.
Tiap hidangan menggunakan bumbu
yang tak terlalu banyak, seperti lada, serai
dan lengkuas. Tidak seperti di pulau lain
di Indonesia, Sumba tidak mengekspor
bumbu, tapi ada banyak bunga-bunga
yang bisa dimakan di sini, yang tidak
dikonsumsi oleh orang Bali.
Bunga pepaya dan jantung pisang yang
disajikan bersama ubi dan jagung merupakan
pengganti nasi sebagai makanan utama.
Namun kita juga bisa menemukan nasi
jagung di seluruh penjuru pulau, yaitu
nasi yang dicampur butiran jagung.
Hidangan sederhana ini dilengkapi
ayam kampung atau hasil tangkapan laut,
seperti gurita, landak laut dan makarel,
yang dimasak dengan kari atau sup dan
disajikan sebagai menu utama hari itu.
Saya juga menikmati sashimi dari ikan
hasil tangkapan saya saat bertualang
di laut terbuka—laut di sekitar Sumba
sangat dalam dan menyimpan banyak ikan.
Pesona Sumba, bagi saya, terletak pada
lanskap alamnya yang masih asli tak
tersentuh dan akses luar biasa untuk
memancing, berselancar, trekking,
berkuda dan petualangan budaya.
Jika Anda ingin menjelajahi cita rasa
lokal dalam konteks modern, Nihiwatu
menawarkan pengalaman bersantap yang
berkualitas, dengan menggunakan bahan lokal
terbaik hasil sendiri, entah ikan segar hasil
tangkapan laut, sayuran dan kacang-kacangan
dari tiga kebun organik milik hotel, maupun
beragam menu panggang dan bakar dari
peternakan hewan milik hotel, atau pizza yang
diproses langsung dari oven berbahan bakar
kayu dan cokelat organik dari pabrik cokelat
milik seseorang bernama Charly.
Selama kami tinggal di Nihiwatu, kantor
pusat Yayasan Sumba, kami sama-sama
mengagumi Sumba, pulau dan warganya,
dan saya melihat bagaimana Nihiwatu tidak
mengubah Sumba untuk mengikuti standar
pariwisata massal, melainkan mendukung
kelestarian warisan budayanya melalui
berbagai program yang bertujuan untuk
menyokong pendidikan, penyakit dan
kemiskinan. Terlihat bagaimana Sumba
membutuhkan tokoh-tokoh pemimpin
yang kuat yang bisa mempertahankan
keunikan pulau hingga jauh ke masa depan
tanpa meninggalkan kebanggaan Sumba.
The virgin beaches and dramatically thick treeline of
Sumba’s shores look like something out of Jurassic World.
I can’t help but buy something fresh at the markets
to experiment with in the kitchen, whenever and
wherever I travel!