Garuda Indonesia Colours Magazine October 2015 | Page 149
Travel | Birding in Paradise
© Bjorn Olesen; © Artush / Shutterstock
Sulawesi adalah pusat
keanekaragaman hayati yang
menakjubkan di Indonesia. Adalah
Sir Alfred Wallace yang
menemukan bahwa perbedaan
unggas antara Kalimantan dan
Sulawesi, yang jaraknya kurang
dari 100 km, jauh lebih besar
dibandingkan perbedaan antara
unggas di Inggris dan Jepang!
Di Sulawesi Tengah, Anda akan menemukan
Taman Nasional Lore Lindu, dan Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone yang lebih besar di
sebelah utara. Keduanya memiliki populasi burung
Sulawesi yang sangat besar. Lore Lindu sendiri
termasuk daerah pegunungan yang mencapai
ketinggian 2.600 meter.
enggang, merpati, jalak dan banyak jenis lainnya.
Bagi Anda yang tertarik melihat primata liar dan
langka, Cagar Alam Tangkoko juga memiliki
populasi monyet hitam Sulawesi dan kera hantu
yang hanya keluar pada malam hari.
Bisa dibilang, kelompok burung paling cantik dan
berwarna-warni di Tangkoko adalah burung raja
udang dari suku Alcedinidae. Burung-burung ini
memiliki warna yang menakjubkan dan sering
bertengger di tempat terbuka sehingga mudah
dikenali. Dari tempat hinggapnya, mereka mencari
mangsa hewan kecil di rumput atau aliran sungai
di bawahnya. Dengan sedikit keberuntungan, Anda
bisa menjumpai tiga jenis raja udang di Tangkoko,
yakni cekakak hutan tunggir hijau, raja udang pipi
ungu, dan raja udang sulawesi. Hebatnya, mereka
semua endemik Pulau Sulawesi. Anda tidak akan
menemukannya di tempat lain di bumi, kecuali di
antara rimbunnya hutan Sulawesi.
Akan tetapi, taman alam paling populer di Sulawesi
adalah Cagar Alam Tangkoko Batuangus, yang
ukurannya lebih kecil. Kurang lebih dua jam
perjalanan dari Kota Manado, kawasan dengan luas
total kurang dari 100 km² ini adalah tempat yang
tepat untuk mengenal burung-burung Sulawesi.
Pada pagi hari Anda akan melihat sejumlah spesies
endemik seperti burung jenggot ungu pemakan
lebah, kadalan leher kuning, pelanduk sulawesi dan
merpati stephan. Jika beruntung, Anda akan
menemukan burung enggang, yang jenisnya hanya
dua di pulau itu—yakni julang sulawesi dan
kangkareng sulawesi yang berukuran lebih kecil—
sedang hinggap di pohon berbuah. Untuk
melihatnya, cari pohon ara besar yang sedang
berbuah, karena itu adalah magnet bagi burung
Sulawesi hornbill,
endemic to Sulawesi.
A massive tree
buttressed by roots within
Tangkoko National Park
in North Sulawesi.
147
The Book: A Photographic
Guide to the Birds of
Indonesia
Written by Morten Strange
and first published in 2001,
a new edition was published in
2012 by Tuttle Publishing. In this
edition, the author contributed 50
per cent of the photographs; more
than 40 other photographers
contributed some of their best
material, showing rare and
endemic species. The second
edition has 544 pages and
illustrates 912 species, of which
214 are found only in Indonesia.
It is the most comprehensive
photographic bird guide to any
country in the world. There is
also an annotated checklist to
all the 1,605 bird species found
in Indonesia. In 2014, the book
was reprinted with corrections
and updates. Available at all
leading bookstores in Indonesia
as well as online on Amazon.
Buku karya Morten Strange
ini pertama kali dicetak pada
2001. Edisi terbarunya diterbitkan
pada 2012 oleh Tuttle Publishing.
Selain penulis, yang menyumbang
50 persen foto di dalam edisi ini,
40 fotografer lainnya ikut
memberikan karya terbaik
mereka yang memperlihatkan
spesies-spesies langka dan
endemik. Edisi kedua terdiri atas
544 halaman dan menjelaskan
tentang 912 spesies, di mana
214 di antaranya hanya terdapat
di Indonesia. Buku panduan
birding bergambar paling lengkap
di dunia ini juga memuat daftar
1.605 spesies burung yang
ditemukan di Indonesia. Pada
2014, buku ini dicetak ulang
dengan beberapa koreksi dan
pembaruan, dan sudah bisa
dibeli di toko-toko buku
terkemuka di Indonesia,
atau secara daring di Amazon.