Garuda Indonesia Colours Magazine October 2014 | Page 136

134 Travel | Tana Toraja 5 Senses – Sound WHITE NOISE The sound of silence. Once away from the raucous traffic of Rantepao the silence descends and birdsong fills the air. The gentle lowing of buffalo from the rice fields and rivers creates a constant audible background. Keheningan. Begitu menjauh dari hiruk pikuk lalu lintas Rantepao, suasana langsung terasa sunyi, hanya kicau burung yang terdengar. Samar terdengar lenguhan kerbau dari sawah dan suara gemericik air sungai. Rice terraces cover the hills and valleys of the region. Tao-tao, patung yang dibuat menyerupai wajah orang yang telah meninggal, ditempatkan di pintu masuk, bersama tiga puluhan patung lainnya yang diletakkan di ketinggian sekitar 30 meter di atas permukaan lembah, menghadap ke dataran yang dulunya pernah mereka tempati. Bagian penting dari budaya Toraja ini masih bisa dilihat di Desa Ke’te’ Kesu, 2 km dari Kota Rantepao yang ramai. Di “kuburan”, di belakang desa, tulang belulang yang beberapa di antaranya telah berusia hingga 400 tahun, tergeletak jatuh dari peti yang dipahat pada dinding gua tanpa tersentuh. Itu merupakan adat kebiasaan etnis minoritas yang unik dan menarik ini. Walau demikian, pemakaman merupakan unsur penting di sini, pesona Rantepao dan pedesaan di sekitarnya sungguh menyihir. Pencinta kopi berkualitas datang dari berbagai tempat jauh untuk mencicipi kopi Arabika Toraja yang terkenal, diproduksi oleh petani kecil di perbukitan. Baik varietas Arabika maupun Robusta, keduanya memiliki sensasi rasa kacang yang hangat dengan sedikit kayu manis dan kapulaga serta sentuhan lada hitam. Tuan rumah Toraja kami sangat ramah dan bangga dengan wilayah mereka. Mereka merasa senang ketika pada malam terakhir kunjungan, kami meminum minuman favorit setempat, sarapa. Campuran jahe, gula aren, dan santan ini terasa sehangat dan sememikat mereka yang menyajikannya untuk kami.