Garuda Indonesia Colours Magazine October 2014 | Page 123
Travel | Tokyo
121
Asakusa telah dikenal sebagai “kota rendah” atau
shitemachi selama beratus tahun lamanya–
tepatnya semenjak dinyatakan sebagai ibu kota
pada tahun 1603.
yang terutama dilengkapi pemandangan
menakjubkan yang dapat dinikmati
dari lantai 8.
Dari sudut Kota Tokyo ini, gedung-gedung
pencakar langit terlihat rendah—kecuali yang
tertinggi dari semua gedung tersebut, Tokyo
Sky Tree, yang terletak hanya satu kilometer
jauhnya dari seberang Sungai Sumida.
Bangunan setinggi 634 meter itu adalah
contoh arsitektur Jepang yang menakjubkan
di abad ke-21 ini dan merupakan menara
tertinggi di dunia (untuk saat ini!). Dari teras
lantai 8 pusat informasi turis ini dapat terlihat
segala hiruk pikuk Asakusa dengan Tokyo Sky
Tree yang berdiri bagaikan tanda seru raksasa
di bagian akhir!
Asakusa telah dikenal sebagai “kota rendah”
atau shitemachi selama beratus tahun
lamanya—tepatnya semenjak dinyatakan
sebagai ibu kota pada tahun 1603. Ketika
itu Tokyo dikenal sebagai Edo dan “kota
tinggi”-nya yang terletak di atas bukit,
di mana di dalam dan sekitar Kastil Edo
orang-orang kaya dan berkuasa membangun
rumah megah mereka. Tapi justru ke “pusat
kota” Asakusa-lah, orang-orang pergi untuk
beraktivitas (makan, tidur, dan beribadah),
dan hal tersebut telah ada jauh sebelum
kastil didirikan.
Kaminarimon, yang dibangun tahun
942 ini misalnya, telah didatangi oleh
wisatawan selama ribuan tahun lamanya.
Dari dulu hingga sekarang, mereka semua
datang untuk alasan yang sama: melihat
Kuil Senso-ji.
Didirikan pertama kali tahun 645, kuil ini
menyimpan patung Buddha kecil yang konon
didapatkan karena tak sengaja terjaring jala
ikan dari dasar sungai yang terletak tak jauh
dari tempat ini, 17 tahun lalu. Peristiwa ini
akhirnya diperingati setiap tanggal 18 Maret
dan 18 Oktober dengan tarian naga emas
Kinryu-no-Mai.
Memang pada bulan tertentu kuil tertua di
Tokyo ini tampak meriah karena sejumlah
perayaan yang diadakan. Jumlah pengunjung
meningkat drastis selama Tahun Baru yang
berlangsung tiga hari, dan daerah kuil serta
jalan-jalan di sekitarnya dibanjiri para
Sensō-ji Temple at dusk.
Reaching for Kaminarimon’s chōchin.
Taking in the sights of Hoppy-dōri
during a rickshaw ride.
A Buddha image in Sensō-ji Temple’s precincts.