Garuda Indonesia Colours Magazine October 2013 | Page 128

126 Samosir Travel | Taipei Travel | Taipei 127 Courtesy of City Yeast 5 Senses – Sight ESLITE © Nisa Yeh/Flickr 5 Senses – Taste OYSTERS Taipei is rightly famous for its beef noodle soup, a dish imported by mainland immigrants who arrived after 1949. But another local speciality is often overlooked by visitors: oysters. Taiwanese oysters are small and sweet and prepared in many different ways. At A Mu De Dian, a no-frills family-run restaurant near Liuzhangli metro station, try them in the delicately flavoured ginger and spring onion soup. Kini, Treasure Hill benar-benar sudah berubah, di sini terdapat 14 studio seniman, ruang pameran dan pertunjukan, sebuah kafe dan juga losmen. “Orang mau melakukan sesuatu yang kreatif walaupun itu artinya pendapatan mereka tidak besar,” kata Hung. “Saya pindah ke Taipei 10 tahun lalu. Sejak saat itu, ada perubahan besar, dan yang banyak berubah adalah perasaan manusianya.” 146 Leye Street, Da’an District, T. 886 2 2732 0751 Perasaan manusia. Sepertinya frase itu merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan Treasure Hill, di mana terdapat rumah-rumah sederhana, dinding batu dan jalan-jalan sempit. Deretan pepohonan membelah desa mulai dari hutan di bagian belakang hingga ke sungai di bagian bawah, di mana air dari Sungai Xindian mengalir melewati Fuhe Bridge. © Huangjiahui/Flickr Taipei terkenal dengan mie daging sapinya, kuliner hasil impor dari imigran daratan yang datang setelah tahun 1949. Tetapi kuliner lokal lainnya yang kadang terabaikan oleh para tamu adalah: kerang. Kerang Taiwan berukuran kecil dan manis serta dimasak dengan beragam cara. Di A Mu De Dian, sebuah keluarga menjalankan restoran dekat Liuzhangli metro station, coba cicipi menunya yang dimasak dengan jahe dan sup daun bawang. Inside an Urban Regeneration Station, one of Taipei’s restored historic buildings. Traditional New Year fortune-writing. Part of the URS programme is to encourage community activities.. Old buildings all across Taipei are being fixed up and turned into creative spaces. Meninggalkan kuil, Hung berjalan memasuki desa, menaiki undakan anak tangga, melewati pohon beringin besar lalu menuruni anak tangga yang lainnya – mudah sekali tersesat di sini – sebelum akhirnya sampai di rumah kecil berwarna abu-abu. Seora