Garuda Indonesia Colours Magazine May 2019 | Page 147
Garuda Indonesia / History of Garuda Indonesia
1
Utama Garuda Indonesian
Airways-GIA (sekarang
Garuda Indonesia) telah
memiliki visi jauh ke depan.
2
Wiweko mempertanyakan
fungsi flight engineer yang
selama penerbangan tidak
melakukan tugas apa pun
dan hanya duduk di belakang
pilot. Pertanyaan ini muncul
setelah melakukan uji coba
menerbangkan Airbus A300
saat mengunjungi pabrik
Airbus Industrie di Blagnac,
Perancis pada September
1977. Kemudian dia meminta
untuk mengeluarkan kursi
flight engineer tersebut.
3
E/ Served as
President Director of
Garuda Indonesia Airways,
February 17, 1968-1984.
Salah satu tugas
flight engineer adalah
mengoperasikan beberapa
tombol penerbangan yang
ada di belakang pilot. Namun
pada Airbus A300 kokpitnya
sudah serba otomatis dan
semua tombol telah ada di
hadapan pilot seperti yang
kita ketahui pada tampilan
kokpit saat ini. Kursi flight
engineer masih
dipertahankan saat itu
karena merupakan konsesi
dengan serikat buruh Eropa
dan sebenarnya tidak ada
fungsinya lagi di dalam
pesawat tersebut.
Selain itu berdasarkan
pengalaman Wiweko yang
juga pernah menginisiasikan
penyederhanaan jumlah
awak kokpit pesawat
bermesin empat dari DC-8
buatan pabrikan Douglas,
Amerika, dari lima menjadi
tiga awak kokpit dan
pengalaman terbang solonya
melintasi Samudera Pasifik,
membuatnya berkesimpulan
bahwa Airbus A300
cukup diawaki dua orang
saja. Sejak itulah sejarah
dunia penerbangan dengan
two-man cockpit tercipta.
Bahkan Wiweko juga
dilibatkan dalam perancangan
desain kokpit pesawat
berkapasitas 266-360
penumpang itu. Garuda
Indonesian Airways pun
menerima pesawat Airbus
A300-B4 FFCC pertama
(dari total sembilan pesawat
About
Wiweko
Held more than 10 pilot
licenses (Hiller 360, B-25
helicopters to Airbus A300
wide-body aircraft).
4
I/ Menjabat sebagai Direktur
Utama Garuda Indonesia
Airways 17 Februari
1968-1984.
Rating terbang yang dimiliki:
Memegang lebih dari 10
lisensi pilot (helikopter Hiller
360, B-25 hingga pesawat
berbadan lebar Airbus
A300).
Book reference
yang dipesan) pada 18
Januari 1982 di hanggar
Saint Martin Aerospatiale,
Blagnac, Toulouse.
Wiweko lahir di Blitar, 18
Januari 1923. Dia tumbuh
dengan ketertarikan pada
kedirgantaraan. Dia mampu
merakit model pesawat
terbang meskipun hanya
berdasarkan gambar
rancangan dari majalah
penerbangan. Bersama
temannya Fred Raas, mereka
mendirikan klub penerbangan
remaja Bandung pada 10
Desember 1937.
Wiweko juga dikenal sebagai
perintis AURI (Angkatan
Udara Republik Indonesia)
serta perintis Indonesian
Airways yang melakukan
penerbangan niaga
pertama Indonesia ke
Burma. Meskipun pada
akhirnya tugas dan fungsi
personel serta pesawat
Indonesian Airways harus
kembali ke fungsinya di
kesatuan AURI. Wiweko
merupakan anak bangsa
yang berhasil membawa
nama Indonesia ke kancah
dunia.
1. Wiweko tried an Indonesian-
made plywood plane.
2. Early test flight of an Airbus
A300, an FFCC pioneer.
3. Wiweko was involved in the
design of the FFCC cockpit.
4. Wiweko with several Airbus
officials after flying an Airbus A300.
E/ Cockpit Forward Facing
Crew. From Blitar to World
Class, Wiweko Soepono
Building Indonesia’s Fleet,
(2002, PT Primamedia
Pustaka).
I/ Forward Facing Crew
Cockpit. Dari Blitar Ke Kelas
Dunia, Wiweko Soepono
Membangun Penerbangan
Indonesia, 2002,
PT Primamedia Pustaka.
145