Garuda Indonesia Colours Magazine May 2018 | Page 78

76 Explore | Flavours
1
Kepopuleran tempe kian berkembang seiring dengan terus bertambahnya jumlah penganut diet vegetarian dan vegan .
© Nisa Hanan
Dari desa sampai restoran mewah , makanan berbahan dasar kedelai ini kian populer di seluruh dunia .
Tempe sering dipandang sebagai “ makanan murah ”, yang disajikan di meja makan pada tanggal tua atau di saat kantong sedang tipis . Tapi sekarang , makanan fermentasi dengan rasa yang simpel ini telah dikenal di seluruh dunia sebagai sumber protein yang serbaguna dan cocok dikonsumsi para vegetarian dan vegan .
Ada banyak cara untuk mengolah tempe menjadi makanan yang lezat : bisa digoreng , ditumis , direbus , atau dipanggang . Bisa dinikmati langsung atau digunakan dalam berbagai hidangan , dari sup sampai salad dan rebusan . Selain menjadi makanan pokok di rumah-rumah , tempe juga selalu tersedia di warung makan Tegal atau warteg . Tempe telah terbukti secara ilmiah sebagai pengganti daging yang sangat baik , karena selain tinggi protein , tempe juga rendah lemak jenuh dan kolesterol , rendah gula alami ( karenanya cocok untuk penderita diabetes ), sangat mudah dicerna dan bergizi , serta mengandung kalsium , zat besi , seng , vitamin B12 , probiotik dan senyawa anti-kanker isoflavon . Selain itu , dalam proses produksinya , tempe lebih ramah lingkungan dibanding daging . Inilah mengapa Anda harus mengonsumsi lebih banyak tempe !
Tempe menjadi bagian dari warisan kuliner Indonesia sejak ratusan tahun lalu . Kata kedelai atau kedele dalam bahasa Jawa pertama kali muncul dalam kisah Serat Sri Tanjung , yang ditulis sekitar abad ke-12 atau 13 . Sementara , tempe disebut sebagai makanan pokok dalam Serat Centhini , sebuah karya sastra 12 jilid yang diedit pada 1815 , tentang pengembaraan tiga anak Sunan Giri Prapen yang meninggalkan Giri , Gresik , Jawa Timur .
Secara tradisional , tempe dibungkus dengan daun pisang atau daun jati , meski kini lebih sering dijual dalam kemasan plastik . Asalnya , tempe dibungkus dengan daun waru , yang permukaan bawahnya memiliki bulu-bulu halus yang secara alami dilekati jamur Rhizopus oligosporus . Jamur khusus ini — sekarang tersedia dalam bentuk bubuk — sangat penting dalam proses fermentasi , dan merupakan kultur pembentuk miselium putih yang mengikat kedelai menjadi bongkahan padat namun lembut .
Tidak perlu peralatan canggih untuk membuat tempe . Walau begitu , tempe hanya bisa diproduksi dalam ruangan yang hangat karena harus difermentasi selama 24 hingga 60 jam , idealnya pada suhu ruangan sekitar 30 ° C hingga 32 ° C . Jika Anda tergoda untuk membuat tempe sendiri di rumah , Anda bisa mempelajarinya secara detail di situs Indonesian Tempe Movement ( www . tempemovement . com ).
Indonesian Tempe Movement adalah organisasi nirlaba yang didirikan tahun 2014 oleh keluarga ilmuwan yang terdiri atas ibu , putra dan kakek , yakni Wida Winarno , Amadeus Driando Ahnan-Winarno dan Profesor F . G . Winarno — yang terakhir adalah pelopor teknologi pangan di Indonesia . Trio inspiratif ini berkeinginan meningkatkan kesadaran tentang tempe sebagai sumber protein yang sehat , ramah lingkungan dan terjangkau , melalui kampanye di media sosial , program inkubasi bisnis , seminar serta lokakarya pembuatan tempe di Indonesia dan luar negeri .
Indonesian Tempe Movement telah mendulang sukses . Buku-buku mereka menjadi panduan bagi para pencinta kuliner yang ingin membuat makanan tradisional ini lebih dihargai . Banyak pengusaha muda yang terinspirasi oleh gerakan ini dan memulai bisnis tempe dalam beberapa tahun terakhir .
Salah satunya adalah Nisa Hanan , 22 tahun , dari Microo Tempe . Saat masih duduk di bangku kuliah semester dua , ia menghadiri konferensi internasional pertama yang diadakan Indonesian Tempe Movement tahun 2015 , di kota kelahirannya , Yogyakarta . Dari situ ia terinspirasi untuk mendirikan sebuah perusahaan yang membuat tempe dengan kedelai kuning