Garuda Indonesia Colours Magazine May 2018 | Page 104

Travel | Banyuwangi 5 Senses – Touch HAND-DRAWN BATIK Banyuwangi produces batik fabric in special motifs with names such as gajah oling, kangkung setingkes and paras gempal. In Temenggunan there is a centre for local handicrafts that makes hand-drawn batik. One of the artisans, 84-year-old Kulsum, is the oldest batik-maker in Banyuwangi. Her batik is sold for Rp 325–350,000 per piece at her home (Jl. Agung Wilis No. 5). Banyuwangi memproduksi kain Batik dengan motif khas seperti gajah oling, kangkung setingkes dan paras gempal. Di Temenggunan terdapat pusat kerajinan lokal yang memproduksi batik tulis. Salah satunya adalah Mbah Kulsum yang merupakan pembatik tertua di Banyuwangi yang berusia 84 tahun. Kain batiknya dijual seharga Rp325–350 ribu per potong di rumahnya di Jl. Agung Wilis No. 5. Julukan Banyuwangi adalah “The Sunrise of Java”, karena setiap pagi, daerah ini adalah kawasan pertama di Pulau Jawa yang disinari matahari terbit. 1 “Musim hujan seperti sekarang ini membuat kawasan menjadi hijau. Datanglah lagi pada musim kemarau April–Oktober saat semuanya kering sehingga sabana berwarna kuning. Persis seperti Afrika!” ujar pemandu wisata saya, Eko. Menuju Pantai Bama, kami menemui banyak kera ekor panjang yang asyik berjalan-jalan melintasi mobil kami. Di dalam semak belukar, tampak beberapa ekor rusa (Cervus timorensis) yang terlihat gagah dengan tanduk menjulang tinggi. Tiba-tiba Eko menunjuk empat ekor burung merak hijau (Pavo muticus). Bulunya yang berwarna hijau kebiruan sungguh cantik berkilau. Saat musim kawin, burung merak jantan akan membuka ekornya yang panjang sehingga menyerupai kipas. “Musim kawin merak itu adalah bulan Oktober–November,” tambah Eko. Karena ini pertama kalinya saya melihat merak di alam bebas, saya pun berteriak girang yang justru membuat merak menjauh terbang. Kawasan lain yang juga menarik untuk dikunjungi adalah Glenmore, yang memiliki perkebunan kakao penghasil cokelat berkualitas. Nama Glenmore ditengarai berasal dari orang Skotlandia yang mencari suaka ke Belanda namun justru dikirim ke daerah ini pada abad ke-18. Perkebunan dan pabrik pengolahan kakao dapat dilihat langsung di Doesoen Kakao. Ada dua jenis kakao yang diproduksi perkebunan seluas 1.500 hektare ini, yaitu edel (Criollo) dan bulk (Forastero). “Edel adalah jenis kakao terbaik di dunia. Pemeliharaannya sangat sulit namun harganya termahal di dunia, bisa tiga kali lipat dari Forastero,” terang Indah Novita, Manajer Marketing Doesoen Kakao. Setelah dikeringkan, biji cokelat digiling hingga menjadi bubuk, disangrai, dipisahkan dari kulitnya, dibuang lemak dan ampasnya, baru diolah jadi cokelat bubuk atau permen cokelat. Sekitar 90 persen dari kakao diekspor ke Eropa dan Asia. Saya pun menikmati secangkir cokelat Glen’s Hot Choco di kafenya dengan harga hanya Rp10.000. Aromanya harum dan cokelatnya berbuih. Rasa cokelatnya menempel di mulut dan tidak berampas. Tempat Paling Instagrammable Banyuwangi memiliki lokasi wisata favorit para Instagramer, yaitu Hutan De Djawatan, tak jauh dari pusat Kota Benculuk, di pinggir jalan raya. Dulunya adalah tempat pengelolaan kereta api, kawasan ini berubah menjadi destinasi wisata karena hutan trembesinya yang berusia 100 tahun disebut mirip Fangorn Forest di film Lord of the Rings atau Dark Hedges dalam serial Game of Thrones. Banyak anak muda membawa tongkat selfie dan pasangan yang berfoto pre-wedding, sementara anak-anak kecil naik delman sewaan berkeliling hutan. Saya terpaksa menyingkir ke tengah hutan demi mendapatkan foto yang tidak ramai orang. 1 Glenmore has become a centre for quality chocolatiers in Banyuwangi. 2 2 Banyuwangi batik patterns. Oling elephants and cracked coffee are the most famous ones. 102