Garuda Indonesia Colours Magazine July 2014 | Page 95

Explore | Flavours Sulit membayangkan jika harus mengunjungi suatu tempat di bulan suci Ramadan untuk mencoba makanan khasnya. Tapi kini saya berada di Medan, dalam misi saya berwisata kuliner mencicipi beberapa masakan khas nusantara di Masjid Raya Medan yang terkenal. Banyak yang mengatakan jika, di tempat ini, seluruh menu yang ‘serius’ tersaji di bawah satu atap, dan serius tentunya menjadi kata yang cukup menjelaskan. Dibangun tahun 1909, desain Mesjid Raya Medan yang berbentuk segi delapan ini merupakan hasil pengaruh campuran Arab dan India – gaya khas Moghul yang elok – dan dipercantik dengan marmer yang menutup seluruh dindingnya, jendela kaca patri dengan motif bunga. Mesjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Indonesia dan terkenal sebagai salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi. Selama bulan puasa, halaman masjid berubah menjadi tempat makan bagi penduduk lokal. Kami datang tepat saat matahari terbenam di tengah keramaian pengunjung yang sedang berbuka puasa. Saya berdiri di depan pintu masuk bazaar makanan sebesar ukuran stadion, seraya terkesan dengan orang yang datang dan juga variasi makanan yang disajikan. Ribuan stan makanan tersebar di sepanjang mata memandang, suara riuh, cahaya lampulampu neon yang menemani aksi memasak yang cepat dari para pedagang makanan demi melayani pembeli yang mengantre. Tidak cukup itu saja, para penjaja kudapan mencoba berjalan di antara meja-meja yang sudah saling berhimpitan untuk menjual makanan ringan yang ditusuk bambu, seperti tahu, tempe dan udang, juga nampan-nampan berisi keik durian dan beragam kue kering. Di luar bazaar makanan ini berjejer pula gerobak-gerobak dorong yang menjual buah potong dan minuman ringan untuk menyegarkan dahaga setelah berpuasa seharian, ronde pertama. Ada banyak jenis makanan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya merasa seperti anak kecil yang berada di toko permen, saat melihatlihat beragam makanan yang dijual. Inilah tempat di mana Anda dapat melihat lebih dekat dunia kuliner Indonesia, mulai dari beragam jenis martabak, sate, kari, sup, hingga beragam pencuci mulut, kue dan juga minuman dingin, sambil menikmati suasana jajanan pinggir jalan. Biasanya, kurma dikonsumsi saat berbuka puasa, yang konon katanya juga menjadi kebiasaan Nabi Muhammad Sallallaahu ‘alaihi Wasallam setiap berbuka. Namun dari yang saya amati, orang-orang memulai buka puasa mereka dengan menikmati buah, cendol atau, cukup dengan segelas teh panas, dan selanjutnya disambung dengan makan besar hingga jauh malam. Dan tak hanya makanan saja yang banyak tersedia setelah matahari terbenam. Berbagai restoran pun Chefs cooking the famous Mie Aceh at Mie Aceh Titi Bobrok. Preparing the kerak telor – a traditional Betawi spicy omelette. During Ramadan, the grounds of the Masjid Raya Medan become the grand dining hall for everyone in town. 93