Garuda Indonesia Colours Magazine January 2018 | Page 90

88 Travel | Blue Mountains 1 Award-winning Darley’s is best known for offering a fine-dining experience with a focus on local produce. 2 Chauffeur-driven vintage car touring from the historic Hydro Majestic Hotel is a popular (and comfortable) way to get to know the mountains’ many quaint townships. 2 1 Berkendara di sepanjang jalan raya Sydney setelah terbang dari Heathrow London, saya merasa heran. Alih-alih letih seperti yang biasa saya rasakan setelah menempuh rute London–Sydney, atau dikenal dengan istilah rute kanguru (yang di tahun 1930-an bisa memakan waktu hingga 12,5 hari), kali ini saya merasa segar, bersemangat dan siap menaklukkan dunia. Setelah beberapa saat, baru saya sadar kenapa saya merasa berbeda dari biasanya: saya terbang dengan pesawat Garuda Indonesia yang melintasi rute kanguru yang baru, dengan waktu tempuh kurang dari 15 jam untuk mencapai Jakarta, dan saya tertidur di sepanjang penerbangan. Dengan waktu tempuh lebih pendek, saya punya cukup waktu untuk menikmati secangkir kopi sebelum melanjutkan perjalanan saya dengan sangat nyaman (saya tertidur lagi). Untung sekali, sebab untuk destinasi terakhir itu saya memang memerlukan tenaga ekstra kuat. Kebangkitan Greater Blue Mountains Greater Blue Mountains—daerah berbatu-batu yang berjarak kurang dari dua jam di sebelah barat Sydney, terkenal dengan pemandangan dram atisnya. Langit biru, deretan pohon eukaliptus, tebing curam, air terjun dan desa-desa yang sepi. Menyala dengan pepohonan berdaun jingga di musim gugur, tertutup salju di musim dingin, penuh warna di musim semi dan sejuk menyegarkan di musim panas. Tidak aneh bila kawasan pegunungan seluas lebih dari satu juta hektare ini dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO pada 2000. Sayangnya, kala itu kehebatan Greater Blue Mountains—yang mampu membuat orang-orang kaya dan terkenal rela melakukan perjalanan 12,5 hari untuk melihat kawasan ini—sudah lama pudar. Bangunan-bangunan art deco telah lama runtuh, aneka ballroom berubah menjadi restoran dan kawasan ini—yang memiliki pemandangan ikonis seperti bukit batu Three Sisters dan gua batu kapur Jenolan Caves—telanjur identik dengan reputasi eksklusif “hanya untuk turis”. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya angin perubahan mulai bertiup di Greater Blue Mountains. Tetapi tampaknya kebangkitan kawasan ini didorong oleh tiga faktor utama, yakni kedatangan pemain besar di pasar resor mewah seperti One&Only Wolgan Valley pada 2009; renovasi besar-besaran mulai dari restorasi hotel bersejarah Hydro Majestic Hotel (diresmikan pada 2014), yang menelan biaya 30 juta AUD, hingga perbaikan jalan-jalan setapak serta atraksi pengunjung; dan yang paling penting, perpindahan orang-orang Sydney ke kawasan barat untuk membuka hotel butik, restoran dan kafe, yang membawa gelombang budaya, gagasan dan semangat baru. Satu hal yang jelas, Greater Blue Mountains berhasil bangkit dan kembali bersinar. Beragam Atraksi Dengan delapan cagar alam—Yengo, Wollemi, Gardens of Stone, Blue Mountains, Nattai, Kanangra Boyd, Thirlmere Lakes dan Jenolan Caves Karst Reserve—tak ada yang bisa mengalahkan daya tarik Greater Blue Mountains. Dan, Dylan Jones, pemilik Blue Mountains Adventure Company (www.bmac. com.au), mengatakan untuk melihat bagian terbaik dari kawasan ini, seseorang harus mau “sedikit bersusah payah”. “Kami menawarkan aktivitas petualangan sehari, seperti panjat tebing, abseiling (turun tebing) dan canyoning (menyusuri ngarai). Tapi, saya beri tahu Anda, waktu satu bulan tidak cukup untuk menjelajahi ngarai dan anak-anak sungai di sini.” Dengan lebih dari 400 jalan setapak (Jones merekomendasikan kepada pengunjung untuk menjajal jalan setapak The Grand Canyon di Blackheath dan The National Pass Walk di Wentworth Falls), Anda mungkin akan berpikir bahwa tempat ini hanya untuk para naturis dan petualang, padahal tidak demikian. Berkat renovasi di Scenic World baru-baru ini, pengunjung bisa